TiMar-3

1.1K 81 6
                                    

Mobil Tirta memasuki pekarangan kediaman keluarga Wardhana di ikuti oleh Pak Jamal yang membawa mobil Maria.

Ia melepaskan seatbelt dan duduk miring menghadap Maria. Gadis itu tampak damai dalam tidurnya. Tirta merapikan anak rambut Maria yang menutupi sebagian wajahnya.

Terlihat pergerakan kecil dari gadis itu, perlahan membuka mata memandang sekitar dan berakhir menoleh ke arah Tirta yang sedang menatapnya intens.

"Hm. Maaf Pak, Saya ketiduran." Ujarnya dengan wajah memerah malu.

Sementara Tirta, pria itu hanya mengangguk dan menyuruhnya keluar. Masih dengan arahan dari kepala dan dagunya.

Merapikan diri melalui kaca spion atas, Maria yang hendak turun melirik ke samping kanan dan terlihat sebuah paper bag dari butik ternama berada di jok kursi tempat Tirta tadi.

Tanpa berpikir dua kali ia meraihnya dan turun menyusul lelaki yang sudah lebih dulu turun dan meninggalkannya.

Ia menggerutu, dirinya sudah di 'culik' tapi malah di tinggal pergi. Sungguh terlalu.

Hampir saja Maria terjatuh karena menabrak punggung Tirta yang menantinya turun. Dengan cekatan Tirta meraih pinggang Maria menahan agar gadis itu tetap di tempatnya.

Wajah keduanya saling berhadapan dengan jarak yang cukup membuat siapapun akan salah paham bila dilihat dari belakang.

"Romantis banget sih Mas." Suara Banyu terdengar dari arah belakang Tirta.

Segera ia membantu Maria berdiri dan berbalik badan, menarik tangan gadis itu.

"Kamu ganti dulu, kalau mau mandi silahkan. Acara belum di mulai." Ucapnya mengarahkan Maria menuju kamar tamu di bawah tangga dan menunjuk paper bag yang di pegang gadis itu.

Tanpa banyak kata segera saja Maria memasuki kamar yang di tunjuk dan membersihkan diri.

Banyu memainkan alisnya naik turun menggoda kakaknya yang terkenal kaku dan dingin dengan siapapun termasuk wanita.

"Ada kabar apa nih?" Goda Banyu namun tak di tanggapi oleh Tirta. Malah ia beranjak naik ke atas menuju kamarnya.

"Gue tunggu penjelasan lo, Mas!!" Seru Banyu pada kakaknya yang wajahnya sepersekian detik memerah itu.

☆ ☆ ☆

Acara makan malampun di mulai, setelahnya mereka berbincang di ruang tengah. Maria membantu Mama membereskan meja makan dengan bik Surti.

"Jadi gimana? Ada penjelasan??" Banyu memulai percakapan menagih penjelasan soal hubungan kakaknya dan sekretaris sang Ayah.

"Ck! Penjelasan apaan sih!" Decak Tirta mengelak.

"Yang tadi itu..." Lanjut Banyu lagi, Tirta hanya memutar kan bola matanya jengah.

"Penjelasan apa?" Tanya Kusuma pada anak bungsunya.

"Gak ada apa-apa Pa. Si Banyu aja nih yang rese!" Elaknya.

"Yakin gak ada apa-apa? Kalo gak ada apa-apa kok bisa lo datang sama dia barengan?"

"Papa yang undang." Ucap singkat.

"Oh Papa yang undang. Bukannya dia bawa mobil ya, kok bisa barengan sama lo? Terus ngapain Pak Jamal bawa mobil dia?" Lanjut Banyu mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.

"Bawel lu Air!" Hardik Tirta pada adiknya itu.

"Yee! Lu juga air kali!" Banyu pun tak mau kalah ikut mengejek kakaknya yang salah tingkah.

"Hm, permisi Pak."

Tirta dan yang lainnya menoleh begitu mendengar suara Maria yang menginterupsi pembicaraan.

"Iya, ada apa Mar?" Jawab Kusuma.

"Saya mau pamit pulang. Sudah mulai larut." Ucap Maria pamit.

Kusuma melirik jam di tangannya dan betapa terkejutnya ia saat waktu sudah menunjukkan jam 9 malam.

"Oh iya. Terima kasih ya sudah bersedia ikut makan malam ini." Ujar Kusuma seraya berdiri begitupun Tirta dan Banyu.

Maria tersenyum kecil menanggapi ucapan bos besarnya itu. Dan setelahnya ia kembali masuk ke dalam guna berpamitan dengan Aryani dan mengambil tasnya.

"Biar di antar Tirta aja ya, Mar. Udah malam." Seru Aryani padanya.

"Eh jangan, gak usah Bu. Saya bawa mobil sendiri tadi." Jawab Maria menolak ucapan Aryani.

"Loh, bukannya kamu tadi kesini sama Tirta ya? Emang kamu bawa mobil?"

"Iya Bu. Tadi mobil Saya di bawa Pak Jamal."

Mendengar itu sontak semua melirik Tirta dengan tatapan dan senyuman penuh arti.

"Gak apa-apa. Biar di antar Tirta aja. Mobil kamu besok di antar Jamal ke kantor." Ucap Kusuma dengan tegas, tak ingin di bantah, namun Maria bersikeras membawa mobilnya sendiri.

Maria yang mendengar ucapan Kusuma tersenyum kikuk namun tetap menolaknya. Hingga Tirta menarik kunci mobilnya dan melemparkannya pada Banyu yang di tangkap dengan tepat.

"Saya antar. Udah malam." Tegas Tirta menarik tangan Maria. Dan menatap tajam gadis itu saat merasakan tarikan halus genggaman tangannya.

Dengan TERPAKSA Maria menerima ajakan Tirta dan kembali suasana hening tercipta selama dalam perjalanan.

Awalnya Maria diam, namun dia terkejut saat mobil mulai memasuki kompleks rumahnya. Padahal ia belum memberitahukan alamatnya.

"Kok Bapak tau arah rumah Saya?" Tanyanya namun tak ada jawaban.

Setibanya mobil di depan rumah Maria, Tirta melepas sabuk pengamannya dan turun bersamaan dengan Maria yang masih bingung.

"Pak! Kok Bapak tau alamat rumah Saya? Kan Saya belum bilang tadi." Tanyanya lagi dan lagi-lagi bukan jawaban atas pertanyaan yang ia ajukan.

"Masuk!" Ucap Tirta menatap tajam Maria, seolah memerintah.

Melihat itu, membuat Maria kesal karena pertanyaannya tak di jawab.

"Bapak stalking Saya ya?" Tuduhnya pada pria dingin itu.

Tirta mengernyitkan dahinya mendengar tuduhan untuk dirinya.

"Masuk dan istirahat. Saya pulang."

Maria yang kesal setengah mati mendengar ucapan Tirta memaki pelan.

"Saya dengar." Seru Tirta membuat Maria terdiam bingung.

"Masuk dan istirahat. Atau perlu Saya antar sampai kamar kamu?" Tirta mengulangi ucapannya berjalan mendekat sambil menyeringai seram. Membuat Maria mundur teratur, berbalik badan dan berjalan cepat menuju rumah.

Tirta tersenyum kecil melihat reaksi gadis itu dan berbalik memasuki mobil. Setelah memastikan Maria masuk ke dalam rumah barulah ia menjalankan mobilnya.

"Asli dah! Lama-lama serem banget itu orang! Bisa tau alamat rumah gue padahal gue belum bilang dimananya." Ucapnya pada dirinya sendiri.

Dan setelahnya Maria membersihkan dirinya dan mencoba melupakan soal Tirta yang tau alamat rumahnya.





☆ ☆ ☆ ☆ ☆ ☆


Tbc.

Tirta-Maria (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang