MHB-4
Double up!!
Seneng ga....???
Yang seneng ramaikan emot cung jari...
☝☝☝
Enjoy the show!!
💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕
Mendengar berita kehamilannya, seketika Maria menjerit kesakitan. Ia meraung meminta bayinya di selamatkan. Maria teringat pada kejadian ia keguguran dulu.
Dokter memberikannya suntikan penenang, di bantu suster tubuhnya di baringkan kembali di ranjang. Setelahnya dokter keluar menemui Tirta.
Nampak disana Kusuma dan Aryani mendampingi Tirta setelah mereka mendengar berita menantu mereka pingsan.
"Dokter gimana keadaan menantu Saya?" Tanya Kusuma begitu melihat dokter keluar dari kamar rawat sang menantu.
"Saat ini pasien sudah tidur, maaf terpaksa Saya menyuntikkan obat penenang. Tapi tenang saja, obat ini aman untuk ibu hamil." Jelas dokter pada mereka.
"Keadaan pasien saat ini masih perlu di pantau akibat dehidrasi yang di alaminya, karena itu bisa mempengaruhi janin. Dan usahakan agar pasien untuk bedrest sementara." Jelasnya lagi pada mereka semua.
"Lalu bagaimana keadaannya, Dok? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Tirta, dokter memahami maksud pertanyaan Tirta.
"Sebelumnya maaf, apakah pasien pernah mengalami keguguran?"
Terdiam sesaat sebelum menjawab, Tirta mengiyakan pertanyaan dokter.
"Kami pernah kehilangan bayi kami beberapa bulan lalu. Dan itu cukup mengguncang jiwa istri Saya. Karena kami sama sekali tidak mengetahui jika dirinya tengah hamil." Ucap Tirta menjelaskan.
"Begitu rupanya, Saya mengerti sekarang. Maaf, tapi apa pasien sempat di tangani oleh seorang psikiater atau psikolog?"
Melihat raut wajah ketat Tirta, dokter menjelaskan maksudnya.
"Maaf Pak, tapi dari yang Saya lihat keadaan istri Anda tadi begitu histeris dan setelah Saya mengetahui sebabnya, Saya menduga istri Anda tidak atau belum pernah di dampingi seorang yang ahli di bidangnya."
"Apakah Anda pernah mendengar kalimat babyblues syndrom? Atau mungkin trauma pasca melahirkan atau keguguran? Sepertinya istri Anda mengalami trauma pasca keguguran, dan saran Saya segera konsultasikan istri Anda kepada ahlinya, sebelum terlambat." Ucapnya kembali dengan menjelaskan beberapa kemungkinan yang akan terjadi pada Maria, istrinya.
"Kami akan pertimbangkan masalah ini, Dokter. Boleh kami minta rekomendasi ahlinya dari RS ini?" Ujar Kusuma.
"Saya akan rekomendasikan expert terbaik kami di bidangnya masing-masing. Psikolog dan juga SpOG." Jawab dokter itu seraya menuliskan dua nama di balik kartu nama miliknya.
"Katakan saja Anda rujukan Saya. Kalau begitu Saya permisi dulu, jika ada apa-apa silahkan tekan bel di atas ranjang pasien, kami akan segera memeriksa."
Dokter itu pamit undur diri pada Tirta juga orangtuanya. Tirta dengan gontai duduk bersandar di kursi tunggu. Aryani mengusap bahu putra sulungnya, menenangkan. Kusuma menghela napasnya lelah. Tak lama derap kaki berlari terdengar. Banyu dan Elmira tiba.
"Gimana keadaannya, Ma?" Tanya Elmira yang memeluk Aryani.
"Maria hamil kemungkinan masih 3 minggu." Jawab Aryani yang di sambut suka cita oleh Elmira dan Banyu.
"Tapi dia histeris, ketakutan juga kesakitan." Sambung Tirta lirih sambil menunduk. Membuat Elmira juga Banyu menanti jawaban.
"Keguguran yang dulu di alaminya membuatnya trauma, dan tadi dia histeris. Dokter menyarankan agar segera konsultasi ke psikolog. Kalau gak segera bisa membahayakan ibu juga janinnya." Jelas Aryani pada mereka berdua.
"Semua salah gue. Seandainya dulu gue bisa kontrol emosi gue, semua ini gak akan terjadi. Anak gue pasti masih hidup dan Maria gak akan trauma seperti ini." Ujar Tirta menyalahkan dirinya sendiri. Banyu memeluk Tirta dari samping berusaha memberikan kekuatan dan juga ketenangan untuk kakaknya.
"Jangan bilang gitu, Mas. Gak ada gunanya menyesali yang udah terjadi. Ambil hikmahnya, jadikan pelajaran. Jangan menyalahkan diri sendiri." Hibur Banyu.
"Iya bener, Mas. Maria pasti gak suka denger apalagi liat Mas Tirta salahin diri sendiri atas kejadian beberapa bulan lalu. Senua udah takdirNYA." Sambung Elmira yang di aminkan semuanya.
"Sebaiknya kamu temani istri kamu, hibur dan tenangkan dia." Titah Kusuma dan tanpa pengulangan, Tirta segera bangkit dan masuk ke dalam kamar rawat Maria.
Saat Tirta membuka pintu kamar rawat, matanya menatap Maria yang sudah bangun. Dengan cepat ia berjalan menghampiri sang istri, mengecup keningnya lembut.
"Sayang, kamu gak apapa?" Tanya Tirta saat melihat istrinya diam memandanginya.
"A-aku hamil, Bang. A-anak ki-kita gak pergi lagi kan?" Tanya wanita itu gugup sambil memegang perutnya kuat.
"Gak, Sayang. Dia akan tetap disini bersama kita sampai waktunya tiba untuk lahir." Jawabnya meraih tangan Maria yang memegang perutnya dan mengecup telapak tangannya lembut.
"A-aku takut, Bang. Nanti dia pergi lagi tinggalin aku, tinggalin kita." Isaknya memeluk tubuh sang suami.
Kehilangan bayinya dulu begitu mengguncang dirinya. Ia selalu merasa bersalah karena tak bisa menjaganya. Bahkan selalu menyalahkan dirinya karena tidak menyadari dirinya sedang hamil.
Itulah sebabnya dirinya diam-diam mengkonsumsi pil pencegah kehamilan. Namun sayang, beberapa hari terakhir dirinya lupa membeli pil tersebut lantaran banyaknya kegiatan. Terutama kegiatan ranjang mereka yang selalu di lakukan tiap hari, sehingga agenda untuk membeli pil tersebut terlupakan dan mengakibatkan dirinya kini hamil muda.
Tbc..
Udahan dulu ya, aku ngantuk.
Hehehe✌✌✌✌💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕
ziga1810
KAMU SEDANG MEMBACA
Tirta-Maria (End)
Ficción GeneralSequel dari Cinta Lama Bersemi Kembali (Elmira & Banyu). Meski sequel tapi cerita mereka jauh dari kisah pertama (ElBa), jadi jangan berpatokan pada kisah pertama ya gaes, meski nama pemeran sebelumnya muncul disini. WARNING! ! 21+ MATURE CONTACT DE...