MHB 3

515 41 0
                                    

MHB-3

Part ini agak nyeleneh menurutku, entah kenapa baru sadar setelah menulisnya.😥😩

Jadi maafkeun ya kalau merasa tidak nyaman dengan part ini. Untuk revisi lagi, jujur aku malas karena pasti akan hilang feel-nya. Hehehe✌✌✌

Yasudahlah, enjoy aja..😉😉

💕💕💕💕💕

Hari ini aku memutuskan untuk istirahat di rumah. Entah kenapa, tapi sepulangnya dari rumah besar kemarin aku merasa seperti tidak punya gairah dan semangat hidup.

Hilih!

Bahkan saat mataku terbuka, aku hanya diam menatap langit kamar kami.

Sesekali melirik suamiku yang masih terlelap dengan memelukku posesif. Membelai kepalanya yang sedang cosplay menjadi anak bayi.

Setiap malam saat akan tidur ia akan selalu menjadi anak bayi yang menyusu pada ibunya. Seperti saat ini, mulutnya sesekali masih aktif menghisap payudaraku.

Melirik jam di nakas yang sudah menunjukkan angka 6, perlahan aku menarik putingku yang masih di hisapnya dan menepuk punggungnya. Tidurnya terganggu karena benda kesukaannya ku tarik lepas.

Huft...!

Putingku memerah dan bukan hanya puting, tapi area dadaku penuh dengan tanda merah hasil kreasi suami bayiku.

* * * * *

Segera saja aku beranjak guna membersihkan diri. Tapi baru saja aku melepaskan pakaianku dan berdiri di bawah shower tubuhku seketika menggigil.

Cepat aku meraih bathrobe dan memakainya lalu keluar dari kamar mandi. Masih menggigil aku mematikan AC dan masuk dalam selimut sambil memeluk tubuh polos suamiku.

Bang Tirta terkejut mendapati ku memeluknya erat dengan tubuh kedinginan.

"Kamu kenapa? Kenapa menggigil begini?" Tanyanya panik sambil mengeratkan pelukannya di tubuhku.

"G-gak tau Bang. Tiba-tiba me-menggigil begi-ni." Ucapku terbata masih kedinginan.

"Di-dingin, pu-pusing..." erangku padanya. Memejamkan mata yang terasa sakit akibat kedinginan dan pusing.

"Sebentar aku bikinin kamu teh hangat. Kamu disini dulu." Ujarnya mencoba melepaskan pelukanku namun aku menahannya dan memintanya agar menyentuhku. Yang mana malah membuatnya marah.

"Don't leave. Touch me, please. I need you inside of me now." Pintaku padanya sambil meraih tangannya dan memintanya untuk merengkuhku.

"Kamu gila!? Kamu lagi sakit begini, masa aku tega sentuh kamu!" Semburnya melepaskan tanganku yang mencoba meraih miliknya.

"I need it! Just touch me and fill me with yours. Help me, please!!" Pintaku kekeuh dan dengan brutal mencium bibirnya sambil meremas miliknya.

Meski kedinginan namun tak membuat tubuhku kehilangan radar akan miliknya.
Mencium bibirnya brutal dan meremas miliknya hingga tegak berdiri, dengan cepat aku menindih tubuhnya dan memasukkan miliknya ke dalam tubuhku.

"Aah...!" Desah kami bersama saat kedua tubuh kami menyatu.

"Damn you, Love! Never ask me to stop!" Ucapnya lalu berguling berpindah posisi menjadi di atas tubuhku dan mulai bergerak maju mundur dengan cepat membuatku mendesahkan namanya.

"Aah Sayang!" Desahku meraih kepalanya dan melumat bibirnya sementara dia masih bergerak maju mundur memberikanku kenikmatan.

Gerakannya semakin lama semakin cepat, maju mundur sambil menaikkan kedua kakiku di bahunya. Mengusap klitorisku, membuatku semakin menjerit nikmat.

Tirta-Maria (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang