Tiga

1.9K 345 12
                                    

(Name) fokus memukuli samsak di depannya. Peluh membasahi tubuhnya yang hanya dibalut leging hitam dan sport bra. Surai yang awalnya dikuncir rapi, kini sudah acak acakan. Beberapa anak rambut lepas menutupi wajahnya.

Sudah seminggu ini ia fokus menyelidiki tentang Rindou Haitani. Besok diketahui bahwa bawahan pria itu akan melakukan transaksi narkoba.

Misi mereka adalah menangkap dan mengintrogasi untuk tau lebih banyak tentang sosok Rindou.

Mau bagaimanapun, pria itu adalah eksekutif dari organisasi kriminal paling berbahaya. (Name) tidak punya alasan untuk meremehkannya.

(Name) memberikan pukulan terakhir pada samsaknya lalu berjalan ke tepi. Ia menegak air mineralnya dengan rakus.

Bagi seorang polisi, kemampuan menggunakan senjata memang sangat penting. Namun sejak SMP dulu, (Name) giat berlatih bela diri.

Situasinya tidak selalu bagus. Jadi bukan tidak mungkin jika tiba tiba ia terdesak dan tidak bisa memakai senjata. Di saat itulah kemampuan bela diri diperlukan.

Itu juga yang membuat (Name) menjadi polisi yang sedikit lebih unggul dibanding rekan rekan sepantarannya.

"Aku pasti akan menangkapmu, Rindou Haitani. Dasar bajingan tengik, sebentar lagi kamu akan memakai baju tahanan."

Seulas seringai kecil terbit di bibir (Name).
.......

Dua orang pria itu duduk dengan santai. Rindou membuka sebuah wadah kecil dan mengambil beberapa pil sekaligus. Ia menelannya dengan senyum cerah di bibirnya.

Rindou mendongakan kepalanya sembari memejamkan matanya. Sensasi ini sangat ia sukai. Sensasi seperti terbang ke langit ketujuh.

"Rin, jangan menelan lebih banyak dulu. Kita punya tamu di sini." Ran memperingati membuat Rindou kembali membuka matanya.

Iris violetnya menatap sayu pria di hadapannya yang duduk dengan tidak nyaman.

"Kamu sudah pastikan bahwa besok aku akan bertemu dia kan?" Tanya Rindou dengan nada rendah.

"Y-ya. Saya bersumpah, tuan! (Name) termasuk anggota dalam misi ini. Anda pasti bertemu dia."

"Harus Eiji. Aku harus bertemu dia." Rindou bangkit dari duduknya. "Ini menyangkut harga diri putrimu kan?" Bisik Rindou.

Ia menyeringai sembari mengusap lembut pipi Eiji yang menunduk gemetar.

"Benar. Putrimu yang dengan tololnya melemparkan tubuhnya pada kakakku." Rindou tersenyum semebtara Ran sudah tertawa kecil.

"Jangan begitu, Rin. Dia cukup memuaskan, kamu tau?" Ucap Ran dengan nada mengejek.

Eiji menunduk dengan tangan terkepal. Harga dirinya sudah tidak tersisa sedikit pun. Ia seorang polisi dengan pangkat tinggi, dihormati oleh bawahannya. Namun putrinya malah jatuh cinta pada kriminal kelas atas, dipermainkan dan dibuang seperti sampah.

Lalu kini terancam videonya akan disebarkan jika ia tidak membantu adik dari bajingan yang sudah membuang putrinya.

Eiji menyayangi (Name) seperti anaknya sendiri. Sungguh. (Name) adalah bawahannya yang berharga.

Namun harga diri putrinya jauh lebih penting dari apapun.

"Aku harap ini bukan omong kosong. Jika aku tidak melihat wajah (Name) besok di antara para bawahan sampahmu." Rindou mengapit kasar pipi Eiji.

"Wajah putrimu akan terpampang dimana mana. Dan mungkin dia akan cocok untuk dijual di salah satu kelab malam kami." Rindou menyeringai lebar.

"Sa-saya mohon jangan lakukan itu."

Captive (Rindou Haitani x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang