Empat Belas

1.6K 296 21
                                    

(Name) mematung di tempatnya. Jadi selama ini sosok yang ada di mimpinya adalah Rindou? Rindou dalam ingatannya belasan tahun yang lalu.

"Sial, mengapa dia masih menyimpan plester ini?" Gumam (Name) lirih.

"Karena orang yang memberikannya meninggalkan kesan berharga. Aku menyimpannya karena berharap suatu saat kita bisa bertemu lagi, (Name)."

(Name) menoleh dan menemukan Rindou bersandar di pintu sembari menatap ke arahnya.

"Urusanku selesai lebih cepat dari dugaanku." Sambung Rindou.

Rindou melangkah masuk membuat (Name) mundur menjauh. Ia masih terkejut dengan apa yang terjadi. Perasaannya campur aduk saat ini.

"Jadi selama ini kamu bukan secara asal menawanku. Bagaimana kamu bisa melakukan ini?" Tanya (Name) tidak percaya.

"Saat pertama bertemu kamu belasan tahun yang lalu aku pikir kamu pria yang baik. Tapi kenyataannya saat tau kamu orang yang sama, kamu hanya bajingan brengsek yang menyakiti orang yang penting bagiku."

Rindou mengernyit, "Apa maksudmu?"

"Apa yang kamu lakukan pada Kiel?" Tanya (Name).

Raut wajah Rindou berubah seketika. Bibir pria itu membentuk garis lurus dengan mata yang menatap tajam (Name).

"Maksudmu polisi laki laki itu?" Balas Rindou. Pria itu terkekeh tanpa beban.

"Sial, bahkan sampai sekarang yang kamu pikirkan tetap dia? Aku buat dia tidak bisa bertingkah sok pahlawan lagi. Dia berniat merebut kamu dariku. Sayang sekali dia tidak mati, huh?"

"Dia suami sahabatku!" Bentak (Name). "Anaknya masih sangat kecil. Ini yang membuatku benci kamu! Ada yang salah dengan otakmu, sialan!"

"Aku melakukan ini untuk kamu. Untuk kita." Rindou semakin mendekat.

(Name) melirik meja kerja Rindou yang tinggal berjarak beberapa langkah lagi. Ada sebuah pistol yang tergeletak di sana.

(Name) bergerak gesit dan mengambil pistol itu. Ia menodongkan ke arah Rindou dan menatap benci pria itu.

"Tidak pernah ada kata kita di antara kamu dan aku!"

"Aku melakukan semua yang aku bisa! Aku sampai memojokan atasanmu agar mempertemukan kita. Aku merancang semuanya karena aku cinta kamu. Sejak belasan tahun yang lalu." Rindou berusaha mendekat.

"Mendekat satu langkah lagi dan aku akan meledakan kepalamu, Rin!" Desis (Name).

"Semua yang aku lakukan karena aku cinta kamu. Aku jadi gila karena mencintaimu!"

"Ayo mulai semuanya denganku. Tinggalkan hidupmu yang lama dan mulai semuanya denganku, (Name). Aku tidak akan pernah menyakitimu." Ucap Rindou.

(Name) terbahak. Ia mengeratkan genggamannya pada pistolnya.

"Yang kamu lakukan hanya menyakitiku. Semuanya! Kamu hanya menyakitiku!" Bentak (Name).

Ia menarik paksa gelang di tangannya dan melemparnya ke arah Rindou. Rindou menatap terluka (Name).

"(Name), aku-"

"Aku sudah tidak mau dengar apapun lagi, Rin."

"Kamu malaikatku." Ucap Rindou. "Aku hanya ingin bersama seseorang yang sudah menjadi cahaya hidupku selama ini. Sejak kamu di sini, aku tidak peduli wanita manapun. Aku tidak butuh narkoba jenis apapun. Aku hanya butuh kamu."

"Sayang sekali, huh?" (Name) tersenyum getir. "Bagiku kamu iblis. Aku benar benar sial sampai harus bertemu kamu. Entah dosa besar apa yang aku lakukan sampai hal mengerikan semacam ini menimpaku."

(Name) menatap tangannya. Aneh, tangannya gemetar. Padahal ia sangat yakin ia membenci Rindou dengan sepenuh hatinya. Mengapa ia merasa ragu untuk menarik pelatuk pistolnya?

Rindou mengepalkan tangannya. "Maaf, (Name). Bahkan dengan cara paling kotor pun aku harus mendapatkanmu."

Rindou berusaha menerjang ke arah (Name), namun (Name) segera menghindar. Refleksnya cepat dan ia berhasil menarik pelatuk pistol di tangannya.

Suara letusan pistol menggema di ruangan itu. Untuk sesaat, keheningan yang mencengkam terasa di ruangan Rindou.

Rindou menunduk, menatap luka tembak di perutnya. (Name) sendiri semakin gemetar hebat.

Sialan, mengapa ia gemetaran. Ini bukan pertama kalinya ia melayangkan peluru kepada seseorang.

"Kamu sebenci itu padaku?" Tanya Rindou lirih.

(Name) berlari menuju pintu. Lebih baik ia cepat cepat pergi dari sini.

BRUK!

Suara itu membuat langkah (Name) terhenti. Ia menoleh dengan ragu. Irisnya membulat sempurna melihat Rindou yang kini bersimpuh. Pria itu bahkan tidak memperdulikan luka di kakinya.

"Aku akan memohon, bahkan jika aku harus mencium kakimu." Rindou menempelkan kepalanya pada ubin.

"Satu saja. Aku mohon berikan satu kesempatan saja untukku. Aku mohon."

Airmata (Name) akhirnya lolos. Ia mengusap kasar airmatanya, namun airmatanya malah turun semakin deras. Rindou sendiri tidak kunjung menegakan tubuhnya.

(Name) menjatuhkan pistol di tangannya. Ia mendongakan kepalanya, berusaha mencegah airmatanya turun semakin deras.

"Aku selalu membayangkan apa akan berakhir seperti ini juga jika aku dan kamu bertemu dalam keadaan yang lebih baik." Lirih (Name) sebelum keluar dari ruangan Rindou.

(Name) langsung bertatapan dengan para pelayan yang menatap takut ke arahnya.

"Tuan kalian terluka. Aku yakin kalian tau apa yang harus kalian lakukan." Ucap (Name) dan bergegas keluar dari unit apartemen Rindou.

"Eiji." Geram (Name). "Dasar tua bangka keparat. Aku pastikan kamu akan menyesali ini semua."

(Name) mempercepat langkahnya.

Di sisi lain Rindou masih diam di posisinya. Ia yakin para pelayan terlalu takut untuk kemari dan menghampirimya.

Rindou mendongak. Ia bukan tipe yang mudah menangis. Namun saat ini airmatanya turun sendirinya.

Luka di perutnya tidak ada artinya jika dibandingkan sakit di hatinya saat ini.

Bagi sosok malaikatnya ia hanya seorang iblis yang harusnya ada di neraka.

"Mungkin memang benar aku yang salah. Aku yang jahat." Rindou bangkit dari posisinya.

Ia berjalan tertatih dan memungut pistol yang tadinya (Name) gunakan. Saat tadi (Name) gunakan pelurunya penuh.

"Mengapa kamu tidak membunuhku saja, (Name)?" Lirih Rindou.

"Tapi kamu kan malaikat. Mana mungkin orang sebaik kamu sanggup membunuh orang lain. Walau orang itu adalah sampah sepertiku juga kamu tidak membunuhku ternyata."

Rindou mengarahkan pistol itu ke kepalanya. Ia tersenyum lebar meski airmatanya tidak mau berhenti juga.

"Mungkin maksudmu aku harus membunuh diriku sendiri." Lirih Rindou sembari bersiap menarik pelatuk pistolnya.

Haiiii
Maaf pendek dan maaf udah lama gak update.
Seminggu ini sibuk banget karena ada acara keluarga, huhuhu.
Happy reading ♡

Captive (Rindou Haitani x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang