Empat

1.9K 360 11
                                    

Dia disini. Bajingan itu ada di depan mata (Name). (Name) menggertakan giginya, bagaimana bisa pria itu repot repot turun tangan langsung?

Iris (Name) terbelalak. Jangan bilang ada seseorang yang menyebarkan rencana mereka.

Tapi siapa?

Suara letusan pistol membuat kesadaran (Name) kembali. Ia menatap benci Rindou dengan pistol di tangannya. Pria itu melepas tembakan ke udara sembari menyeringai lebar.

"Kalian para polisi memang idiot sejak dulu. Orang orang yang menyedihkan."

Rindou menjentikan jarinya. Dua puluh orang berpakaian serba hitam dengan senjata lengkap gantian mengepung mereka. Keadaannya berbalik dalam hitungan detik.

"Aku dan aniki sudah tau rencana kalian. Lalu aku berfikir." Rindou menepuk tangannya. "Sudah lama aku tidak bermain main dengan para pecundang."

"Jadi aku ingin ikut bermain main."

Rindou menjentikan jarinya hingga salah seorang bawahannya mendekati pria itu.

"Jalankan sesuai rencana. Kamu mengerti?"

"Mengerti bos!"

Baku tembak terjadi. Berbagai umpatan sudah meluncur dalam hati (Name). Mereka kalah jumlah. Dan bawahan Rindou tidak memberi mereka celah untuk memanggil bala bantuan.

(Name) melempar satu pistolnya yang sudah kehabisan peluru dan mengambil pistol baru. (Name) menarik pelatuknya dan tepat sasaran hingga mengenai dada salah satu bawahan Rindou.

Dari ekor matanya (Name) melirik Kiel. Gerakan pria itu lambat sekali.

"Kiel! Awas!" (Name) berlari menerjang Kiel. Sebuah peluru menuju ke arah pria itu.

Keduanya jatuh dengan posisi (Name) yang menimpah tubuh Kiel.

"Ada apa!? Gerakanmu lambat!" Peringat (Name).

Wajah Kiel pucat. Pria utu meringis, "(Name), kaki kananku tertembak."

(Name) menatap tak percaya. Ia melihat sekitarnya dan rekan rekannya sudah tumbang. Mereka sudah kalah.

"Kita tidak boleh kalah!" (Name) merebut pistol Kiel dan menembak dengan membabi buta dan berhasil mengenai lima bawahan Rindou.

Rindou bertopang dagu dengan tatapan tidak lepas dari (Name). Menakjubkan. Ia jauh lebih tangguh dibanding yang ia duga awalnya.

Rindou terperangah saat (Name) menghilang dari pandangannya.

"Cepat pergi ke neraka."

Suara lirih dari belakang membuat Rindou terbelalak dan menengok. Sejak kapan gadis ini sudah ada di belakangnya!?

(Name) mengarahkan tendangannya dan menghantam rahang Rindou dengan telak.

(Name) mundur menjaga jarak aman sementara Rindou mengusap rahangnya dengan wajah santai.

"Hebat juga. Mungkin kamu akan cocok di Bonten." Gumam Rindou.

"Jangan mimpi. Tidak mungkin aku mau bergabung dengan iblis seperti kalian."

"Nona manis. Lihat sekitarmu, rekan rekanmu sudah tidak berdaya. Sementara aku, bawahanku masih banyak." Rindou menyeringai. Sepuluh orang pria dengan tubuh masih bugar muncul melindungi Rindou.

"Ternyata kamu hanya pecundang." Desis (Name). "Baik, kirim semua bawahanmu dan akan aku patahkan leher mereka satu persatu."

"Kamu membuatku ketakutan." Rindou mengejek.

(Name) mengepalkan tangannya. Orang waras manapun pasti tau bahwa kemungkinan (Name) menang tidak ada. Satu orang dengan tangan kosong melawan lebih dari sepuluh orang bersenjata lengkap dengan tubuh yang segar bugar.

Captive (Rindou Haitani x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang