Sepuluh

1.7K 310 11
                                    

"Kamu jadi lebih penurut tiga hari belakangan ini." Rindou buka suara setelah mereka menyelesaikan sarapan rutin bersama.

"Begitu?" Tanggap (Name).

Tiga hari ini (Name) mulai memikirkan cara supaya ia bisa cepat cepat kabur. Dan hal pertama yang harus ia lakukan adalah mendapatkan kepercayaan dari Rindou.

Kalau tidak, ia tidak akan sudi berlagak menjadi gadis penurut seperti ini.

"Apa ada yang kamu mau?" Tanya Rindou.

(Name) menunduk demi menyembunyikan seringainya. Tentu ada yang ia inginkan.

"Benda di leherku ini mulai melukai leherku. Jadi aku akan sangat senang kalau kamu mau melepaskannya, Rindou." (Name) merubah mimik wajahnya menjadi memelas.

Rindou diam sejenak. Dapat terlihat pria itu sedang berfikir saat ini.

"Ayolah. Aku sudah menjadi tawanan yang baik kan?" Bujuk (Name) belum mau menyerah.

"Oke, oke. Kamu menang." Rindou menghela nafas.

Bodoh, ejek suara hati (Name).

"Tunggu sebentar. Aku ambil kuncinya dulu." Rindou membelai pipi (Name) sebelum beranjak pergi.

(Name) membekap mulutnya berusaha menahan tawa dan menyembunyikan seringainya.

"Harusnya sejak awal aku melakukan ini." Gumam (Name) dengan suara pelan.

Rindou kembali ke ruangannya membuat (Name) kembali mengubah ekspresinya. Dan benar saja, Rindou melepaskan jeratan di tangan (Name).

Tapi sebagai gantinya, pria itu menunduk dan memasang sesuatu pada kaki (Name).

"Benda ini akan berbunyi jika kamu keluar unit apartemen ini. Tapi setidaknya saat ini kamu tidak terkurung di dalam ruangan saja." Ucap Rindou.

"Aku sudah berterima kasih." (Name) mengusap pipi Rindou membuat pria itu mematung untuk sesaat.

"Aku harus pergi sekarang." Ucap Rindou.

"Oke." (Name) memaksakan seulas senyum manis.

"Tolong panggil aku Rin mulai hari ini." Sambung Rindou.

"Oke, Rin."

Rindou menunduk dan mengecup kening (Name) sebelum beranjak pergi.

(Name) sendiri berjalan menuju cermin besar di kamarnya. Ia memperhatikan penampilannya.

"Yah, mungkin dia tidak sebodoh yang aku perkirakan." Gumam (Name). "Tapi setidaknya sekarang aku bebas berkeliaran di sini."

"Aku harus mencari ponselku." Gumam (Name). "Jadi pertama tama, aku harus bisa mendapatkan kepercayaan pelayan di tempat ini."

"Lalu, aku yakin ada keparat yang berkhianat di kepolisian. Semoga saja di tempat sialan ini ada sebuah petunjuk." (Name) mengarsir surainya. Ia menatap tajam bayangannya di cermin.

"Semangat, (Name)!" (Name) menyemangati dirinya sendiri.

Suara pintu diketuk membuat (Name) menoleh. Ia mempersilahkan masuk. Seorang pelayan wanita masuk.

"Permisi, nona. Saya ingin membereskan bekas sarapan anda dan tuan besar." Ucapnya sopan.

(Name) mendekat. "Aku boleh membantu berberes?"

Dapat (Name) lihat pelayan itu terkejut. "Nona serius?"

(Name) mengangguk. "Kamu tau aku benar benar bosan kan. Lagipula, tidak ada salahnya jika mulai hari ini kita berteman kan?"

Captive (Rindou Haitani x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang