Enam Belas

1.9K 336 34
                                    

(Name) menegak minuman yang diberikan bartender di hadapannya dengan rakus. Suara musik yang luar biasa keras dan orang orang yang bersenang senang tidak menarik perhatiannya sedikitpun.

Sejak dulu (Name) bukan tipe orang yang senang dengan dunia malam. Ia akan pergi ke kelab malam semacam ini hanya jika itu menyangkut pekerjaannya.

Seperti saat ia memata matai Rindou.

"Ah, sialan. Malah teringat lagi." Umpat (Name). Memanggil bartender, ia kembali memesan minuman.

Bukannya (Name) tidak memperdulikan Rindou atau tidak ingin segera memastikan keadaan pria itu. Ia hanya ingin menyelesaikan masalahnya dengan Eiji.

(Name) mau Eiji menderita. Itu yang membuatnya menunda keinginannya untuk kembali bertemu Rindou.

Minuman kembali tersaji di depan (Name) dan (Name) segera menegaknya tanpa pikir panjang. Hanya butuh beberapa detik sampai (Name) tumbang begitu saja.
.........

(Name) mengerjap ngerjapkan matanya sembari mengernyit menahan sakit kepala yang menyerangnya. Setelah merasa lebih baik, (Name) berusaha bangkit dari posisi tidurnya, namun tidak bisa.

Ia menoleh dan menemukan kedua tangannya yang terikat pada kepala ranjang.

"Fuck." Gumam (Name).

"Oh kamu sudah sadar. Obat yang kuberikan di minuman itu nampaknya benar benar manjur."

Suara itu membuat (Name) menoleh. Ia melihat siluet pria yang tampak duduk di depan sofa sembari menatap ke arahnya.

Rindou? Tidak, tidak. Suaranya berbeda. (Name) jelas hafal suara Rindou.

Sosok itu menyalakan lampu membuat penglihatan (Name) menjadi jelas. Sosok jakung dengan setelan formal dan surai violet pendek. Matanya mirip dengan mata Rindou.

"Kamu ingat aku?"

(Name) merasa sosok ini familiar. Setelah mengerti, ia membulatkan matanya.

"Ran Haitani." Gumam (Name).

"Baguslah kamu mengingatku. Aku malas memperkenalkan diri kepada orang yang hanya membuat adikku menderita."

Ran bangkit dari duduknya dan mendekati (Name) sembari menyalakan sebatang rokok. Sekali lihat juga (Name) tau pria ini tidak menyukai (Name).

"Bagaimana.....bagaimana keadaan Rin?" Tanya (Name) ragu.

Ran menatap sinis (Name) sembari menghembuskan asap rokoknya.

"Rindou! Aku kemari karena hendak mengambil barangku yang kamu simpan. Tapi kekacauan apa yang membuat para pelayanmu ketakutan!?"

Ran menerobos masuk. Irisnya membola melihat Rindou yang siap menarik pelatuk pistol dan meledakan kepalanya sendiri.

Tanpa pikir panjang Ran menerjang ke arah Rindou. Ia menarik paksa pistol di tangan Rindou dan melemparnya sejauh mungkin.

Plak!

Tanpa basa basi Ran menampar Rindou. "Apa yang ada di otakmu, sialan!?" Bentak Ran.

Rindou sendiri kembali menangis. "Dia membenciku. Dulu dia bilang mungkin dia akan senang kalau aku mati."

"Rin, sadarlah!" Sentak Ran.

Sial, jantungnya seperti melompat keluar dari tempatnya. Apa jadinya jika ia telat sedikit saja.

Ran menunduk dan melihat noda darah di kemejanya. Detik itu ia sadari luka tembak yang cukup parah pada perut Rindou.

Apa apaan ini sebenarnya.

Captive (Rindou Haitani x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang