Tujuh Belas

2.2K 338 32
                                    

Sudah lima belas menit dan (Name) belum beranjak dari tempatnya. Ia masih berusaha menenangkan Rindou.

"Hei, sudah. Kamu tidak perlu menangis lagi." (Name) buka suara.

Rindou menenggelamkan wajahnya k⁰e dalam ceruk leher (Name). "Aku pikir kamu marah padaku."

"Aku marah karena kamu menyakiti temanku." Jawab (Name) sembari mengusap lembut surai Rindou.

"Aku cemburu. Kamu terlihat begitu peduli pada dia, bahkan saat misimu saat itu." Ucap Rindou dengan suara pelan.

"Jangan bodoh, Rin. Dia suami sahabatku." (Name) memutar bola matanya.

"Kamu tidak makan dengan benar, kan? Makanan yang pelayan masak juga malah kamu tumpahkan." (Name) melirik jejak jejak makanan yang bertaburan di lantai.

"Aku mau memasak." Lanjut (Name).

"Ikut." Jawab Rindou.

(Name) menghela nafas, memasak dengan seseorang yang menempel padanya pasti akan merepotkan.

"Aku hanya memasak di dapurmu."

"Ikut."

"Hanya sebentar."

"Aku ikut."

"Fine!" (Name) mendengus.

Pada akhirnya ia berjalan dengan Rindou yang terus memeluknya. Pelayan yang melihat tidak berani mendekat membuat (Name) kesulitan sendiri memasak dengan Rindou yang terus menempel.

Ia berhasil memasak makanan sederhana. Yang terpenting adalah perut Rindou terisi.

"Nah, sekarang kamu makan." (Name) menuntun Rindou ke meja makan.

"Kamu makan?" Tanya Rindou dengan wajah penuh harap.

Tidak mungkin (Name) menolak jika Rindou memasang wajah seperti itu. Pada akhirnya (Name) ikut makan menemani Rindou.

"Kamu akan di sini kan?" Tanya Rindou setelah menghabiskan makanannya.

"Aku berencana seperti itu. Namun ada beberapa hal yang harus aku bereskan, terutama tentang Eiji." Jawab (Name).

"Biar aku yang bereskan. Kamu tinggal memintaku." Rindou menggenggam tangan (Name).

"Tidak mau. Aku mau mengurusnya sendiri." Jawab (Name) tegas. "Kamu sendiri punya sesuatu untuk kamu lakukan."
........

Kaguya dan Kiel membuka mulutnya lebar lebar melihat sosok yang datang sembari menggenggam tangan (Name). Tak hanya itu, di belakang mereka ada dua orang pria bertubuh besar yang membawa parsel berisi buah buahan. Hari ini (Name) membawa Rindou mengunjungi rumah Kiel.

"Aku bawakan buah tangan." Rindou buka suara.

"Aaahhh.....terima kasih." Jawab Kaguya canggung.

"Kamu tau aku masih polisi kan?" Tanya Kiel dengan nada sinis. "Aku bisa saja melaporkan ini."

Kaguya mencubit lengan Kiel membuat Kiel meringis.

"Aku datang karena ingin minta maaf. Karena (Name) aku sadar bahwa tingkahku yang sudah dua kali nyaris membunuhmu itu tidak baik. Jadi aku datang untuk menjenguk dan meminta maaf." Jawab Rindou.

"Begitu?" Tanya Kiel. "Jadi (Name), kamu memutuskan kembali dengan dia?"

(Name) tersenyum dan memeluk lengan Rindou. "Benar. Aku memutuskan meninggalkan kehidupan lamaku dan mulai lembaran baru. Aku akan berhenti sebagai polisi."

Kiel membuka mulutnya. "Kamu bercanda!? Kamu bersusah payah untuk bisa sampai di posisi ini!"

"Aku memilih Rin." (Name) tersenyum manis.

Rindou sendiri merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari (Name). Ia sangat ingin memeluk (Name) saat ini.

Kiel menghela nafas. "Kamu membuatku sakit kepala, (Name)."

"Tapi aku tidak sering melihat wajahmu sebahagia ini." Jawab Kiel. "Jadi aku anggap pilihanmu ini sudah benar."

"Aku pasti akan membantumu." Jawab Kiel.

(Name) tersenyum cerah. "Terima kasih, Kiel!"

Rindou sendiri mengecup punggung tangan (Name).

"Aku akan segera membereskan permasalahan Eiji." Ucap (Name). "Bantu aku menyusun rencananya."

"Tentu saja. Pasti aku bantu." Kiel menggangguk pasti.
......

Rindou lagi lagi membuat permintaan membuat (Name) menghela nafas. Pria itu ingin tidur seranjang dengan (Name). Rindou bilang ia ingin memeluk (Name).

Namun sampai (Name) tertidur, Rindou tidak kunjung tidur juga. Ia terlalu takut jika ia memejamkan matanya, (Name) akan kembali menghilang.

Rindou berjalan menuju lacinya, mengambil wadah berisi stok narkoba yang selalu terisi penuh.

Rindou sudah mengambil beberapa butir pil saat ia menatap wajah damai (Name). Pada akhirnya ia mengurungkan niatnya.

(Name) membuka matanya karena ia mendengar suara berisik. Ia bangkit dari posisi tidurnya dan menatap Rindou yang belum tertidur.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya (Name).

Rindou segera menyimpan kembali tempat narkobanya. Ia menggeleng. "Tidak ada."

(Name) merengut. "Aku tau dari kakakmu kalau misalnya kecanduan narkobamu cukup parah."

Rindou menunduk sembari menautkan jarinya gugup. "Aku tidak bisa tenang. Aku masih takut."

(Name) menghela nafas. Ia sudah tau pasti bahwa lepas dari kecanduan narkoba pasti sangat sulit. Namun ia sudah bertekad untuk membantu Rindou berhenti.

"Kemari." (Name) merentangkan tangannya. "Kamu yang meminta kita tidur bersama. Tidak adil kalau hanya aku yang tidur."

"Kamu tidak masalah jika aku memelukmu semalaman?" Tanya Rindou.

(Name) menggeleng.

Rindou segera naik ke atas ranjang dan menghambur ke pelukan (Name). Keduanya berbaring dan Rindou semakin mengeratkan pelukannya.

"Tidur." Ucap (Name) sembari mengecup pipi Rindou.

"Lagi." Pinta Rindou.

(Name) kembali mengecup pipi Rindou. Senyum Rindou semakin merekah.

"Lagi."

(Name) menghela nafas. Ia mengapit pipi Rindou dan menempelkan bibirnya dengan bibir Rindou. Rindou terbelalak dengan wajah memerah.

"Sudah kan? Ayo tidur." (Name) memejamkan matanya. Namun tangannya mengusap surai Rindou.

Rindou akhirnya memejamkan matanya dan menyembunyikan wajah (Name) di ceruk leher (Name).

"Pokoknya besok pagi jangan pergi sebelum aku bangun." Pinta Rindou.

"Iya. Aku akan memelukmu sampai kamu bangun." Jawab (Name).

Rindou tersenyum lepas. "Aku sangat sangat mencintaimu, (Name)."

Setelahnya Rindou memejamkan matanya. Dengan pelukan (Name), Rindou yakin ini akan menjadi tidur paling nyenyaknya.

Haiiiii

Hari ini dapet bonus foto bayi

Happy reading ♡

Captive (Rindou Haitani x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang