Dua Puluh

1.8K 306 40
                                    

This could be the end of everything
So why don't we go somewhere only we know?
-

Kadang sebuah kenyataan terlalu menyakitkan untuk diterima sampai seseorang menolak untuk percaya. Itu yang Rindou rasakan saat ini.

Mendengar kabar dari teman (Name), tanpa basa basi ia mengendarai mobilnya seperti orang kehilangan akal. Dan yang dilihatnya saat ini membuat semua sendi di tubuhnya lemas.

(Name) terbaring dengan wajah pucat. Alat alat penunjang kehidupan melekat pada tubuh (Name).

Rindou jatuh bersimpuh sembari menggenggam erat tangan kekasihnya. Biasanya (Name) akan balas menggenggam tangannya, tapi ini tidak.

Rindou menunduk dalam, airmatanya menetes.

"Mengapa kamu?" Lirih Rindou. "Mengapa harus kamu yang mengalami ini?"

"Kita bahkan baru memulai semuanya." Tubuh Rindou bergetar hebat. Genggamannya semakin erat pada tangan (Name).

"Tolong bertahan. Aku selalu bercita cita melihatmu dalam balutan gaun pengantin. Lalu kita mengikat janji, kita akan menjalani hidup yang bahagia dan menyaksikan anak anak kita tumbuh, lalu menghabiskan masa tua bersama."

"Masih banyak hal yang ingin aku lakukan denganmu." Rindou terisak parah.

Kaguya yang melihatnya ikut menangis, ia merasa bersalah. Seharusnya dia yang berada di posisi (Name). Kiel berusaha menenangkannya.

"(Name), ayo cepat sadar. Dokter di sini berbohong kan? Kamu selalu tangguh, kamu pasti baik baik saja." Rindou belum menyerah.

"Aku tidak bisa kehilangan gadis yang memberiku plester disaat orang lain menatapku dengan wajah ketakutan."

"Kalau kamu tidak ada, siapa yang akan mewujudkan cita citaku."

Rindou berada dalam titik paling hancurnya saat ini.
........

Rindou berbaring meringkuk di atas ranjangnya. Ia memeluk baju (Name), berusaha menghirup aroma yang biasanya menempel pada tubuh (Name).

Sudah tiga hari, tidak ada kemajuan. Karena kepanikan sore itu, Rindou kesulitan mengetahui siapa sosok bertudung yang menyerang kekasihnya.

Tatapan Rindou lurus ke depan. Ia membuka nakasnya, mengambil wadah berisi narkobanya.

"Kemarikan!" (Name) berkacak pinggang dengan wajah merengut kesal. Satu tangannya terulur pada Rindou.

"Apa?" Tanya Rindou berpura pura bodoh.

"Rindou Haitani, kemarikan narkoba yang ada di sakumu atau tidak ada pelukan untukmu malam ini!" Ancam (Name).

Rindou membolakan matanya. Buru buru ia mengeluarkan narkoba yang ia sembunyikan dan menyodorkannya ke arah (Name).

"Bagus." (Name) tersenyum puas.

"Tapi aku butuh dosis pelukan yang lebih banyak!" Protes Rindou.

(Name) tertawa lepas dan merentangkan tangannya. "Dasar, bodoh. Kemari dan ambil dosis pelukanmu!"

Captive (Rindou Haitani x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang