Dua Puluh Satu

1.9K 318 33
                                    

Don't blame me, love made me crazy
-

Eiji tidak bisa duduk dengan tenang, ia mengepalkan tangannya. Sialan! Mengapa (Name) tidak langsung mati saja. Di tambah kini ruangan gadis itu dijaga ketat.

Eiji menggigit jarinya gusar.

Berlari menuju ruangan putrinya, ia mengeram kesal melihat putrinya yang belum kunjung selesai membereskan pakaian.

"Hei, cepat! Akan ayah tinggal kalau dalam lima menit kamu belum siap!"

Eiji berencana untuk menjauh dari Tokyo. Ia sudah dengar bahwa Ran yang menyelidiki soal pelaku penikaman. Itu artinya saat ini nyawa mereka dalam bahaya.

BRAKKKK!!

Bunyi pintu yang di tendang dengan brutal membuat Eiji mengumpat dalam hati. Sial, itu pasti mereka.

Buru buru Eiji mengambil pistolnya dan berjalan menuju pintu masuk rumahnya.

"Aku sudah mengetuk pintu, Eiji. Namun tidak kamu buka, kuharap kamu tidak masalah aku menghancurkan pintunya."

Di depan pintu masuk Rindou berdiri dengan sebilah katana di tangannya. Ekspresi datar dengan tatapan siap membunuh itu membuat Eiji gemetaran.

"Jangan mendekat!" Eiji mengacungkan pistolnya.

"Mengapa? Mengapa aku harus menuruti perintah makhluk hina sepertimu?"

Rindou semakin maju membuat Eiji mundur ketakutan. Eiji menghentikan gerakannya saat ia menabrak seseorang.

Eiji menoleh dan menemukan Ran yang tengah tersenyum manis.

"Eiji! Aku hanya berniat melakukan reuni yang manis dengan putrimu." Ucap Ran riang.

Eiji menatap sebilah katana di tangan Ran yang sudah menempel di leher putrinya.

"Kamu tau kan? Kami pernah melewati satu malam bersama. Aku yakin putrimu ini sangat senang bisa bertemu denganku lagi." Ucap Ran dengan nada mengejek.

Kesempatan itu Rindou pakai untuk menebas tangan Eiji yang memegang pistol.

Eiji diam sejenak sebelum berteriak kesakitan dan jatuh bersimpuh. Ia tidak percaya ini. Apa ia baru kehilangan tangan kanannya!?

"Ssttt sstt." Rindou menyumpal mulut Eiji dengan sapu tangan. "Sudah malam, kamu bisa membangunkan orang orang."

Putri Eiji sendiri tidak bisa melakukan apa apa mengingat katana milik Ran bisa menggorok lehernya kapan saja.

"Aku sudah dengar apa yang terjadi pada kekasihku. Tentu mungkin jika mengandalkan polisi kasus ini akan memakan waktu sangat lama. Jadi aku memakai caraku sendiri." Rindou tersenyum miring.

"Aku harus menyiksamu bagaimana ya."

"Mungkin memotong tangan kiri dan kedua kakimu. Atau mencabut kukumu satu persatu, atau bagaimana? Kamu punya ide?"

Eiji menatap benci Rindou.

"Harusnya iblis sepertimu punya banyak ide kan? Kamu bahkan tega menyiksa kekasihku."

"Rin, kita apakan yang satu ini? Pengertian sedikit, aku jijik terlalu lama berdekatan dengannya." Ran buka suara.

"Penggal saja kepalanya. Mau dijual ke pria hidung belang juga tidak akan laku." Jawab Rindou santai.

"Oke." Ucap Ran riang.

Pria itu mengayunkan katananya dan dengan cepat memenggal kepala putri Eiji. Darah menyembur, mengotori tubuh ketiganya.

Captive (Rindou Haitani x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang