Enam

1.8K 345 14
                                    

Remaja laki laki dengan penampilan urak urakan itu mengernyit kesal. Suasana hatinya sudah buruk karena ia dikeroyok oleh sepuluh orang musuh kakaknya dan kini wajahnya babak belur.

Yang ingin ia lakukan hanyalah cepat cepat sampai ke unit apartemennya.

Semuanya berjalan mulus. Tidak ada satupun orang yang ia lewati di jalan yang memperdulikannya. Bahkan beberapa malah memasang wajah ketakutan dan bergegas menjaga jarak aman.

Namun ada gadis gila yang tiba tiba mencegatnya.

"Dengar ya, sialan. Jika kamu mencegatku hanya agar aku menyaksikan kamu membongkar isi tasmu, aku bersumpah akan memukul wajahmu walau kamu perempuan."

"Kamu tidak akan bisa. Aku bisa bela diri." Jawab gadis itu tanpa mengalihkan pandangannya dari dalam tasnya.

"Oh? Orang sinting ini menantang." Geramnya.

"Ketemu!" Pekik gadis itu antusias. Ia akhirnya mendongak membuat wajah manis itu terlihat.

Ia terperangah, rasa kesal dan ingin memukul gadis itu lenyap. Wajah ini. Wajah yang sama dengan sosok yang menolong nenek tua beberapa malam sebelumnya.

"Ini." Gadis itu menyodorkan sebuah plester berwarna merah muda dengan motif bunga bunga.

"Apa ini?"

"Ini plester. Kamu bodoh?" Balas gadis itu tanpa beban.

"Luka sobek di keningmu itu terlihat mengerikan. Pakai plester ini untuk menutup lukanya."

"Bodoh. Kamu pikir aku mau memakai plester norak seperti itu?" Ejeknya.

"Terserah. Yang penting plester ini untukmu." Gadis itu menarik tangannya dan meletakan plester itu ke atas telapak tangannya.

"Oke, sekarang aku mau pergi. Bye!"

Ia menatap langkah gadis itu. Aneh, dia bahkan berjalan sembari bersenandung riang. Seakan tidak punya masalah hidup.

Rindou membuka matanya. Ia bergegas mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk di atas ranjang. Ia mengusap peluhnya.

Rindou mengumpat pelan sembari mengusap kasar wajahnya. Mimpi itu lagi. Sejak bertemu (Name), ia tidak berhenti memimpikan peristiwa yang terjadi belasan tahun yang lalu itu.

"Rin, ada apa?"

Nampaknya tingkahnya membuat wanita di sampingnya terbangun. Wanita itu ikut duduk sembari menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

"Kamu berkeringat."

Rindou segera menepis kasar tangan yang berusaha menyentuhnya itu.

"Ada apa? Apa sesuatu terjadi?"

Rindou masih diam, berusaha mengumpulkan sisa kesadarannya yang mungkin masih tertinggal di alam mimpi.

"Tadi malam itu menyenangkan. Aku menyukaimu, dan aku harap kita bisa seperti ini terus. Kamu pasti merasakan hal yang sama kan, Rin?"

"Demi Tuhan, bisa kamu tutup mulutmu!?" Bentak Rindou mulai merasa muak.

Ia turun dari atas ranjang dan memunguti pakaiannya dengan cepat. Jari jarinya bergerak cepat mengancing kemejanya. Sementara jasnya ia sampirkan begitu saja pada bahunya.

"Kamu sudah mau pulang?"

Rindou hanya mengangguk kecil.

"Baiklah, aku paham kamu sibuk. Tapi jangan lupa hubungi aku lagi."

Captive (Rindou Haitani x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang