happy reading!💐Jinan tengah merapihkan pakaian yang akan ia bawa pulang ke rumah. Dibantu oleh Gian dia memasukkan segala perlengkapannya ke dalam koper, hari ini Gian akan mengantar anak itu pulang.
"Udah lah gak usah pulang, mending disini aja tinggal bareng sama om" bujuk Gian ke sekian kalinya.
Tapi Jinan tetaplah Jinan yang bulat akan keputusannya. Biarpun Gian meminta seribu kali, maka yang akan dia dapat seribu penolakan pula dari Jinan.
"Takut telat masuk sekolahnya om, kan lumayan jauh dari sini"
"Ah alesan aja kamu, orang udah beberapa hari ini kamu sekolah gak pernah telat kan?"
"Atau pergi kita berangkat dari rumah jam 5 pagi?" tambahnya.
"Kalo itu sih lebay ya om"
"Tengil nih bocah!" ucap Gian yang membuat Jinan tergelak.
Sebenarnya Gian dengan berat hati mengiyakan permintaan Jinan yang terus merengek minta pulang. Sejak kemarin. Padahal Gian masih ingin Jinan menetap lebih lama di rumahnya.
"Nanti kan bisa nginep lagi sesekali, aku kayanya udah ngerepotin banget selama tinggal disini, tiga minggu loh om. Lagian kasian kak iko ditinggal di rumah" ucap Jinan sembari fokus melipat baju diatas tempat tidurnya.
"Gak ada ngerepotin segala. Lagian Jeri di rumah kan sama ayahmu, jadi gak akan mungkin digondol orang anaknya" ucap Gian.
"Yeuh sewot, bilang aja kesepian kan sendirian di rumah segede ini?"
"Udah diem, kamu kalo bahas ini ujung ujungnya pasti nyuruh nikah lagi"
Jinan menyengir, menampilkan deretan giginya.
"Itu tau" katanya.Gian mendelik.
"Nanti aja kek baliknya, temenin om disini. Besok deh janji om anterin" Gian menunjukkan jari kelingkingnya, juga dengan nada merengek yang dibuat buat.
Sedangkan anak itu melihatnya dengan tatapan aneh.
"Ga cocok om, udah bukan umurnya lagi begitu begitu" sarkasnya.
Padahal dia melakukan hal persis seperti yang Jinan lakukan tadi.
"Kamu tuh dari kemarin umur shaming terus ya? mentang mentang masih muda"
"Ya emang bener kalo aku masih muda, cuma kalo umur kan gak ada yang tau"
"Jinan.."
"Kenapa?"
"Jangan suka ngomong kaya gitu, om sedih dengernya"
"Kan faktanya begitu"
"Udah jangan ngomong itu lagi" tegur Gian.
"Iya iya maaf"
Gian melangkah keluar dari kamar Jinan, sedangkan Jinan terdiam melihat kepergian lelaki itu.
"Ngambekan kaya abg aja" ucap Jinan dengan suara pelan.
Gian selalu sensitif saat membahas tentang itu.
Tak berselang lama, Gian berteriak memanggilnya.
"Ayo berangkat sekarang aja!"Karena hari juga sudah semakin sore keduanya bergegas berangkat dari rumah Gian karena takut terkena macet jam pulang kerja.
"Udah semua barangnya?" Gian menaikkan satu koper dan beberapa tas Jinan ke dalam bagasi mobilnya. Benar benar seperti orang mau pindahan.
"Udah kok"