18 hari sial (2)

103 7 10
                                        

TW// bullying

happy reading!

Para berandal ini memang sudah tersohor di sekolahnya, mereka adalah anak-anak tingkat kedua, terlihat dari bet ditangan kirinya berwarna biru tua. Mereka yang ikut bergabung dengan komun kakak kelas yang sama-sama suka membuat onar dan membully membuatnya makin berani saja.

Namun tak disangka, Jinan akan terjebak dengan mereka. Kakinya terus dipaksa berjalan mengikuti kemana mereka akan pergi. Sialnya lagi mereka memilih gedung sekolah belakang yang terbengkalai sebab proses renovasinya mangkrak ditengah jalan.

"Maaf bang, gua mau ke kelas" kata Jinan sambil mencoba melepas tangan yang sejak tadi bertengger di bahunya. Namun bukannya dilepas, dia malah menarik Jinan untuk berjalan semakin cepat lagi.

Padahal Jinan tak mengenali mereka semua, tak ada satupun dari mereka yang memakai bet nama. Hanya Jinan mendengar mereka bercakap, bisa dia simpulkan kalau yang bertubuh agak gempal bernama Deka, yang tinggi dan rambutnya seperti sarang burung namanya Devon. Sedangkan yang sedari tadi merangkul bahunya Jinan tak tahu pasti keduanya hanya memanggilnya 'Ran'

Jinan tak tahu disekolahnya ada tempat seperti ini, toilet lama yang memang sudah tak digunakan lagi dan letaknya cukup jauh dari gedung sekolah yang baru, disulap menjadi 'markas' oleh mereka. Banyak kursi-kursi dan meja reyot yang mereka tumpuk disana.

"Buru buru banget sih, Nan. Gabung dulu lah sama kita-kita" katanya sambil mendudukan Jinan di salah satu bangku disana.

Jinan bangkit, "Bang gue—" belum sempat dia menyelesaikan ucapannya, si gempal melotot marah, "Duduk!" bentaknya.

Bagai kerbau dicocok hidung, Jinan menurut dia kembali duduk di tengah-tengah mereka, bingung harus melakukan apa.

Salah satu dari mereka mengeluarkan sekotak rokok dari kantong celana abunya. Dia mengapit batang tembakau itu diantara jari telunjuk dan jari tengahnya, tak lupa juga dia keluarkan pemantik dari sakunya dan mulai membakar rokok itu lalu perlahan dia menyesap nikotin itu menggunakan kedua belah bibirnya dan meniupkan asapnya tepat ke wajah Jinan.

Jinan terbatuk dan mengipaskan tangannya di depan wajah guna menghalau asap yang mengepul didepannya.

Dia kemudian tertawa pelan, "Lebay banget anjing, udah kaya anak cewe aja kena asap rokok dikit langsung ngipasin muka hahaha" ucapnya sambil memperagakan ulang dan tersenyum meledek.

Sebenernya tempat apa ini, dinding tua yang lembab dan berlumut tak lupa juga dengan gambar dan tulisan tak senonoh yang ada di setiap penjuru dinding membuatnya merasa tak nyaman.

Jinan hanya ingin kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran selanjutnya, atau mungkin Kavi juga pasti sedang mencarinya karena tak kunjung kembali.

"Sakau anjing gue pengen ngerokok dari tadi" ucapnya sambil mengepulkan asap ke udara.

"Eh bagi dong, abis makan ni gua belom udud paru-paru ora smile" kata Devon mengundang gelak tawa yang lainnya.

Devon dan Deka mulai bergabung menikmati batang tembakau itu bersama. Membuat tempat sempit dan gelap itu makin terasa sesak untuk Jinan yang sejak tadi batuk-batuk karena dadanya mulai terasa sesak.

Bukannya berhenti ketiga nya malah tertawa makin keras seolah pemandangan Jinan seperti ini menjadi suatu kepuasan tersendiri bagi mereka.

"Lemah banget dah, sini cobain dah ngerokok enak" tawar Deka dengan muka tengilnya.

Lalu seolah mereka berbagi pemikiran yang sama, ketiganya tiba tiba bergerak, Devon dan Deka memaksa Jinan berdiri dan memegangi bahu juga tangan Jinan dari belakang, sedangkan dari depan dia mengarahkan rokok itu ke hadapan Jinan.

asa ; jinandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang