happy reading!
Hubungan Jinan dan Jeriko semakin memburuk sejak hari itu, terhitung sudah seminggu Jinan tak bertatap muka dengan kakak sulungnya, dia selalu berangkat ke sekolah lebih awal. Saat pulang sekolah pun dia selalu bergegas pulang, setiap hari dia mengurung dirinya di kamar, menyendiri di rumah yang sebesar itu.
Jinan takut bukan main pada ancaman Jeriko tempo hari, dia takut Ayahnya akan menghukumnya lagi, luka ditubuhnya memang bisa sembuh dan mengering, tapi sakit di hatinya tak pernah hilang sedikitpun.
Bahkan Jinan benar-benar menutup dirinya, dia tak pernah berkomunikasi dengan siapapun lagi, termasuk om Gian bahkan dengan Kavi pun hanya sekedar mengobrol seputar masalah sekolah.
Tinggal menghitung hari, umurnya akan bertambah. Jinan akan berulang tahun yang ke 16 tahun ini. Dia tak pernah menunggu atau mengharapkan datangnya hari kelahirannya itu.
Sore itu sepulang sekolah Jinan duduk di meja belajarnya sambil membuka tabungannya yang sudah lama dia kumpulkan, dia akan membelikan Bundanya hadiah.
"Lumayan juga" gumamnya setelah menghitung semua uang yang berada di dalam tabungan tersebut.
Anak itu mengambil beberapa lembar, lalu menyelipkan sisanya di tengah sebuah buku.
Inilah alasan Jinan tak pernah jajan di sekolah, karena dia menabung semua uangnya, bahkan dia ingin mencoba bekerja paruh waktu, namun sayangnya dia belum mempunyai kartu identitas.
✨
Akhirnya harinya pun tiba, sesuai rencana, hari ini sepulang sekolah Jinan pergi ke salah satu toko bunga langganan Bundanya. Dulu dia sering pergi kesana dengan Bundanya untuk membeli tanaman baru.
Dia sendiri yang memilih bunga yang akan dirangkai menjadi buket, karena dia tahu betul bunga apa yang disukai sang Bunda.
"Tolong dibungkus yang rapi ya mbak" kata Jinan kepala salah satu pegawai florist disana.
Setelah menyelesaikan pesanannya, Jinan membayar dan melangkah keluar dari toko tersebut lalu melanjutkan perjalanan ke salah satu TPU di kota ini.
Jinan tersenyum kecil melihat bunga yang dia bawa, hanya satu yang bisa dia gambarkan, cantik.
Sewaktu Jinan kecil, dia sering sekali pergi ke toko bunga yang berbeda-beda, fun fact tentang Bunda, dulu beliau sangat amat menyukai tanaman hias dan bunga, Ayah mereka membuatkannya taman kecil khusus di halaman belakang untuk menyimpan taman kesayangan milik Bunda.
Setiap sore, Bunda pasti sibuk di taman kecilnya itu, mulai dari menyiram tanaman sampai membersihkan daun kering yang gugur, sedangkan Jinan, Jeriko dan Ayahnya hanya bisa menonton dari gazebo sebab sang Bunda tidak mau mereka masuk ke area taman karena takut mereka merusak bunga yang dia rawat dengan baik.
"Kakak adek!" panggil Bunda.
Di suatu sore, Jeriko dan Jinan yang sedang bermain kejar-kejaran sontak berhenti saat Bunda memanggil mereka.
"Kenapa Bun?" tanya Jeri sambil menatap Bundanya.
"Loh kok kenapa? inget kata bunda kan?" Bunda malah balik bertanya.
Jinan menggaruk tengkuknya, "Apa Bundaaa?"
"Kakak sama adek gaboleh lari-larian di deket sini, ada pot bunga bunda, nanti kalau ketendang terus pecah gimana?" omel Giani.
"Sana masuk, main di dalam aja ya" perintah Bundanya.
Kakak beradik itu malah mendekati Bundanya yang sibuk mengatur letak posisi pot bunga miliknya, semua tanaman yang dirawat oleh bunda tumbuh subur.
