happy reading!
Jinan memainkan kakinya, membentuk pola abstrak, sambil menggerutu dalam hati sebab pak Jamal tak kunjung kembali.
Sekolahnya sudah mulai sepi, meskipun masih banyak murid yang berlalu-lalang.
Dia benar-benar bingung mau melakukan apa, ingin bermain ponsel pun dia tak punya. Ponsel lamanya jatuh dan retak, saat dia bertengkar dengan Ayahnya.
Awalnya masih bisa digunakan meskipun setengah layarnya menjadi hitam, namun kini ponsel itu mati total.
"Jinan!"
Seseorang memanggil namanya, membuat anak itu celingukan mencari sumber suara.
Awalnya dia pikir itu pak Jamal yang memanggilnya, namun dia terbelalak melihat om Gian berdiri sambil menatapnya.
✨
Gian tak hentinya menekan klakson saat ada yang menghalangi jalannya, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, sesampainya di area sekolah Jinan, dia langsung memarkirkan mobilnya di depan salah satu ruko dan berlari menyebrang ke sekolah Jinan.
"Woy kalo mo mati jangan disini!"
Suara klakson dan makian terdengar nyaring, Gian menyebrang tanpa melihat sekitarnya dulu, sedangkan dari arah kirinya ada sebuah mobil putih yang melaju dengan kencang, untungnya sang pengemudi sempat menginjak pedal rem.
Gian menundukkan kepalanya dan berulang kali meminta maaf, murni kesalahannya karena langsung berlari tapi tak melihat sekelilingnya. Dia langsung berlari ke pos security tempo hari.
Tak perlu waktu lama bagi Gian untuk menemukan anak itu, tubuhnya yang tinggi membuatnya mudah terlihat.
"Jinan!" dengan nafas yang terengah-engah Gian memanggilnya.
Jinan tampak terkejut sekaligus panik saat melihat omnya.
Dia langsung celingukan kesana-kemari, seperti mencari sesuatu. Gian langsung berlari menghampirinya.
Anak itu jelas sekali menghindari tatapan Gian, dia membuang tatapannya ke sembarang arah.
"Ji bibir kamu kenapa?" tanya Gian.
"Gapapa om" anak itu masih berusaha menyembunyikan wajahnya.
"Gapapa gimana?! luka loh ini!" Gian menaikan nada bicaranya, khawatir.
Untung saja, tak lama berselang, pak Jamal pun datang. Dia tersenyum ramah pada Gian. Namun Jinan langsung bangkit dan berjalan cepat mendahului Gian.
"Terimakasih ya pak, kami pulang dulu" kata Gian sambil membungkuk hormat.
Setelah mengucapkan terimakasih dan berpamitan pada pak Jamal, Gian langsung berlari menghampiri anak itu yang sudah jauh di depannya.
"Ayo" kata Gian sambil menarik tangan Jinan.
Anak itu malah menghempaskan tangan Gian.
"Om Gian ngapain sih disini?" tanyanya."Jemput kamu lah! ayo buruan masuk mobil" Gian mencoba memegang tangan Jinan lagi, namun dengan gerakan cepat dia menghindar.
"Apasih?! gak mau!" Jinan berteriak.
Sadar mulai banyak orang yang memperhatikan mereka, Gian langsung merangkul pundak Jinan.
Sampai di parkiran Gian melepaskan rangkulannya, "Kamu kenapa sih?" tanya Gian.
Jinan mendengus marah, "Harusnya aku yang tanya, om ngapain kesin?!"
![](https://img.wattpad.com/cover/304865553-288-k453643.jpg)