3 pelipur lara

201 21 5
                                    


happy reading y'all!




Setelah membereskan pecahan piring dan mengepel darahnya di lantai, Jinan bergegas ke dapur untuk mencuci sisa piring yang masih utuh.

Dia sengaja meninggalkan lap pel yang dia gunakan untuk dicuci besok karena dia sudah mulai pusing dan rasanya tidak sanggup berdiri lebih lama lagi.

Lukanya sudah terbasuh air sejak tadi, rasa perih luar biasa juga menyapa telapak tangannya saat luka basah itu tersiram air sabun. Anehnya darah pun tak kunjung berhenti keluar.

Saat hendak kembali ke kamarnya Jinan semakin merasa pusing yang teramat sangat, pandangannya pun mengabur. Dia mencoba tetap berdiri dengan berpegangan pada apapun benda yang ada di dekatnya.

Menaiki tangga pun terasa menjadi pekerjaan yang sulit baginya. Bagaimana tidak seolah tak cukup pening menyerang kepalanya, kini kakinya pun terasa lemas, Jinan yang mencoba terus berjalan sambil berpegang pada pegangan tangga sebagai tumpuan. Sungguh seluruh tubuhnya makin sulit untuk diajak berkompromi.

"Ayo dong badan, Jinan cape pengen rebahan" dia merengek entah pada siapa.

Tubuhnya terasa begitu lelah, sampai akhirnya dia tak mampu lagi berjalan dan memilih untuk merangkak menaiki tangga itu hingga sampai di depan kamarnya.

Jinan langsung masuk dan merebahkan tubuhnya diatas kasur miliknya. Dia tak lagi mau bergerak walau satu centi, dia ingin segera tenggelam di alam mimpi.

Jinan terlonjak dan buru buru terbangun meski matanya masih terasa lengket. Dia mengambil jam weker diatas nakas, sudah pukul 8 rupanya. Dia segera mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu. Beruntungnya hari ini sekolah libur.

Air dingin langsung menyapa badannya. Jinan tak kuat berlama lama.

Saat melangkah keluar dari kamar, rumahnya tampak sepi. Mungkin ayahnya sudah berangkat kerja. Perlu Jinan ingatkan kalau Ayahnya adalah seorang workholic.

Jinan menginjakkan kakinya di ruang tengah, tapi tiba tiba dia teringat untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi malam, dia langsung bergegas pergi ke dapur.

"Kok gak ada ya?" gumamnya pada diri sendiri. Setelah mengitari dapur mencari lap pel semalam, dia ingat sekali menyimpan lap itu di sudut dapur dekat kamar mandi.

"A Jinan?"

"Hah ㅡ eh Ibuuu!"

Suara yang Jinan kenal menyapa gendang telinganya, Wanita paruh baya itu tersenyum padanya.

"Ibu Jinan kangen banget!" Jinan langsung menghampirinya, dia mencium tangan wanita itu.

"Aduh jangan A, tangan ibu kotor" ucapnya.

"Kapan pulang kesini A?"

"Kemarin Bu, dianter om Gian"

Ibu mengangguk pelan, lalu dia berjalan mengambil beberapa plastik belanjaan di dapur kemudian dibawanya ke meja makan. Sejak tadi Jinan terus saja mengekor seperti anak ayam pada induknya.

"Sini Bu, aku mau bantu potongin sayuran" Jinan mengambil talenan dan pisau di hadapannya.

"Eh jangan atuh A, gapapa biar ibu aja" tolak Bu Lia halus.

"Ih gapapa, aku mau bantu lagian gabut tau gak ada kerjaan"

Bu Lia akhirnya mengalah, membiarkan Jinan memotong sayuran itu.

"Oh iya bu, kak iko pergi ya?"

Ibu mengangguk pelan.
"Iya tadi jam 7 udah berangkat, ke Ibu mah ngomongnya mau main basket"

asa ; jinandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang