5 jarak

175 19 9
                                    

happy reading y'All!✨

Keesokan paginya jinan sudah bersiap berangkat sekolah seperti biasanya, saat dia turun kebawah ternyata ayah dan kakaknya belum turun untuk sarapan, akhirnya dia memutuskan untuk mengambil beberapa lembar roti tawar untuk mengganjal perutnya yang sudah terasa lapar.

Buru buru dia merapikan meja makan seperti semula dan pergi sebelum kakak atau ayahnya melihat.

Sebenarnya jinan merasa bingung kenapa dia harus melakukan hal seperti ini, padahal dia hanya ingin makan roti di rumahnya sendiri tapi rasanya seperti sedang mencuri.

Dia gigit roti itu di mulutnya sebab keduanya tangannya sibuk mengikat tali sepatu.

"Maaf yah, kak jinan minta rotinya" ucapnya sebelum melangkah pergi dari rumahnya.

Benar saja tak lama jeriko yang sudah berseragam keluar disusul oleh ayahnya.

"Sarapan dulu kak" ucap Sena sembari duduk di salah satu kursi meja makan.

"Iya yah" jeriko juga menarik salah satu kursi di depannya.

Dia mengambil selembar roti dan mengoleskan selai coklat kesukaannya. lalu dia mulai melahap roti isi itu sambil memainkan ponselnya.

Sedangkan ayah membuka tutup kotak susu lalu menuangkannya ke gelas dan menyodorkannya ke arah jeriko.

"Makasih yah" ucap jeriko tanpa melirik pada ayahnya, ia sibuk mengunyah sambil menonton video singkat di ponselnya.

"Iya kak, ayo buruan sarapannya nanti telat"

Setelah menyelesaikan sarapannya jeriko langsung pergi ke parkiran dan mengeluarkan motor kesayangannya.

"Jeri berangkat yah, assalamualaikum"

Sesampainya di sekolah, tepat saat bel sudah berbunyi jeriko langsung memarkirkan motornya dan berjalan santai ke kelas.

"Woi jer!" teriak Zahran, teman basket satu tim dengannya.

"Kelas 10 banyak yang minat basket, gua gak nyangka bahkan ini dua kali lipat dari angkatan kita!"

"Really? udah pada masuk grup kah?"

"Sebagian belum Jer, masih banyak juga yang belum ngumpulin form pendaftaran" Jawab Zahran.

"Gapapa juga si, terakhir pengumpulan kan masih lusa" Kata jeri yang setujui oleh Zahran.

Keduanya berjalan bersama sambil berbincang singkat, Kebetulan Jeriko dan Zahran memang satu jurusan dan sekelas.

Disisi lain Jinan sudah duduk di bangkunya sejak tadi, dia sampai di kelas saat teman temannya belum berdatangan.

Tak lama pun Kavi masuk menyusul teman lainnya yang lebih dulu masuk dan menempati bangku mereka masing masing.

"Lo bawa form nya kan?" tanya Kavi sesaat dia mendudukkan dirinya di kursi sebelah Jinan.

Jinan menggeleng, "Form gua ilang dah, kayanya sih nyelip atau kebuang gitu soalnya gua cari ga ketemu" jawab Jinan, berbohong tentunya.

"Lah kobisa anjir? lusa terakhir loh Nan"

"Gapapa lah, gua gak usah aja"

"Apaan kok begitu?! gak ada ya, ntar gua mintain lagi dah itu formnya, sekalian mau ngumpulin punya gue ini" sewot Kavi sambil menunjukkan selembar kertas di tangannya.

Untung saja tak lama Bu Jihan masuk ke kelas dan memulai pembelajaran. Bu Jinan adalah salah satu guru favorit Jinan karena dia suka sekali menggambar dan melukis, berbeda dengan Jeriko yang dituntut sempurna akademik sejak kecil membuatnya lebih menyukai angka dan buku. Memang tak heran Jeriko bisa memenuhi segala ekspektasi ayah mereka.

asa ; jinandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang