Chapter 03 : plot dimulai

1.7K 174 3
                                    

"ih tapi, gue.. lurus kan disini?" gumam qausar menatap lurus kearah cermin. Ia tak berharap ada yang menjawabnya.. namun. .

yh tergantung amal dan ibadah aja sih.

Suara nyaring nan mengesalkan menyaut. Suara mizon. Si kucing putih gembul yang saat ini sedang melayang-layang dengan raut wajah minta dipukul dihadapan qausar.

Qausar memalingkan pandangan dari cermin menuju dimana mizon melayang, tatapan nya menjadi tajam. "heh gumpalan benang kusut! lo kalo ngelempar gue ke suatu buku mbok ya yang lurus dikit dong! tapi serius jon, gue disini lurus?"

Mizon mengangkat bahu kecilnya, gue udah bilang gue cuma agent. yang memutuskan itu direktur! ya tergantung amal dan ibadah kalo kata gue.

Semakin kesal saja qausar mendengar ucapan mizon. Ia lalu berjalan pergi meninggalkan mizon yang masih melayang ditoilet.

Disaat kedua kaki qausar baru tiga kali melangkah menjauh dari toilet, bel sekolah berbunyi. Dia tak tau ini bel masuk atau istirahat, namun didalam hatinya ia sangat ingin pergi ke kantin. well, kita harus menuruti apa kata hati bukan?

Qausar pun berjalan menuju kantin.

Kita panggil austin dengan nama baru sekarang. Nama seorang siswa laki-laki yang reputasinya sedikit nakal. Qausar. Sang pentolan kelas dan paling ditakuti diseluruh sekolah. Hanya saja.. austin tak tau hal itu, ia hanya tau kalau qausar ini seorang siswa nakal.

Kantin dipenuhi oleh banyak siswa yang mengantri untuk makan. Melihat banyaknya kerumunan massa itu membuat qausar yakin bahwa bel tadi adalah jam istirahat. Dan untungnya ia sudah mendapat kan satu nampan makanan. Dirinya sudah tak perlu lagi mengantri panjang.

Beryukur dia datang lebih dulu tadi.

Ketika asyik menatap nampan yang ia bawa, sebuah tangan tiba-tiba mendarat pada pundak qausar diikuti kemunculan dua temannya yang nyaris kembar ini.

"yow! buset gercep amat lo sar, tau gitu gue titip elu tadi anjrot. ini semua gegara guntur bokernya lama banget anjing" ucap sang pemilik tangan dipundak qausar. Laksana.

Sosok disisi kiri qausar menyaut. "hehe ngapunten [maaf] den mas laksana, gue ga lagi dah makan seblak"

"udah tau lo gakuat pedes dipaksain. goblok banget" qausar yang berada ditengah-tengah mereka menyaut. Kini dia sudah paham situasi, jadi ia berkeinginan untuk terjun kedalam cerita.

"gue diejek! ya gue harus buk-"

"bukti kalo lo gampang terpancing? ck ck guntur" ucap qausar menggelengkan kepala lalu berjalan duluan. Ia itu berniat untuk makan sambil duduk! bukannya malah diajak ngobrol ditengah jalan seperti ini.

"bukan gitu! tu orang ngeselin banget kalo lo tau sar. sumpah mukanya tuh kaya suatu sampah yang siap ditendang. serius dah gue mau pukul dia kalo inget wajahnya" guntur melanjutkan ocehannya sembari mengekor qausar dibelakang, diikuti laksana disampingnya.

"nyeh, paling juga kaga berani lo mukul dia. Si anak sekolah depan itu kan yang lo maksud?" laksana bertanya.

"IYA! wah.. lo tau juga na? jangan-jangan lo pernah di-"

brak!

prannk!

Suara nampan terjatuh menghentikan pembicaraan guntur dan laksana. Keduanya sontak menoleh kearah qausar, karna asal suara itu dari situ. Disana, nampan yang tadi dibawa qausar sudah jatuh ke lantai dengan makanan yang berceceran dan piring yang sudah tak berbentuk seperti piring..

QausarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang