"badjingan! Kenapa ada candra!" secara tak sadar qausar sedikit berteriak, buru-buru ia menutup mulutnya dan menjauh dari kerumunan. Ia tak mau candra, atau siapapun yang ada disini mengetahui keberadaan dirinya.
"eh? Sar? Disini juga lo?"
Mampus -batin qausar
Badan qausar menegang kala mendengar namanya disebut. Baru saja ia berkeinginan untuk bersembunyi agar tidak dikenali, malah jadi seperti ini.
Dengan perlahan qausar menoleh ke belakang sambil tersenyum kikuk melihat lawan bicaranya, "ha-hai hehe."
Si lawan bicara yang memiliki piercing di sebelah kanan ikut tersenyum riang. Dia tak menyangka kalau qausar akan datang. "tumben lo mau kesini?"
"ahh.. tadi niat gue cuma mau cari toko kelontong aja, malah kaga nemu hufft.." ia mengerucutkan bibirnya.
Laksana segera mengecek jam di pergelangan tangannya, tertera angka 01.03. Kemudian ia menghela nafas, "toko mana ada yang buka jam segini sih sar? Lo sakit? Anemia nih."
"ENAK AJA! ORANG KATA MIJON ADA KOK."
Telunjuk panjang milik qausar menunjuk pundaknya-tempat dimana mizon tidur-laksana mengikuti arah telunjuk itu, tapi tak lama kemudian ia kembali menatap qausar.
"bener-bener sakit lu." Ucapnya sambil mengalihkan pandangan.
Kesal karena dikatai seperti itu, qausar lantas bersedekap dada dan kembali menenggelamkan lehernya dengan bibir yang mengerucut. Siapa yang menyangka jika jiwa didalam tubuh pria menggemaskan ini adalah karyawan kantor berusia 23 tahun?
Keduanya terdiam dalam beberapa saat, sampai qausar bersuara. "kenapa candra ada disini?"
"katanya sih buat nemenin bimo."
"bimo?"
"itu, cowo disebelah candra."
Laksana menunjuk seorang laki-laki yang tengah tertawa bersama candra, ia memiliki paras yang lumayan tampan dan terlihat lebih soft daripada laki-laki yang tadi siang menonjok qausar. Eugh, qausar sedikit merasa ngilu kalau mengingatnya.
"mereka deket?" tanya qausar setelah berhasil menghapus ingatan tentang tadi siang.
"banyak yang bilang iya. tapi balik lagi, siapa yang gak mau jadi temennya candra? Gue rasa gaada."
"itu gue."
"buat lo pengecualian."
Qausar mendengus, "btw pacar lo yang barusan balapan mana?" tanyanya pada laksana.
Sejujurnya, qausar menyelipkan kata 'pacar' hanyalah untuk bercanda saja tapi kenapa seluruh muka laksana menjadi memerah. Ia pun menaik kan alisnya, "san? san? sakit kah? muka lo merah banget."
"hah?!" buru-buru laksana menutupi mukanya.
Qausar menatap aneh teman nya satu ini sebelum kemudian kembali bertanya. "jadi dimana dia? Menang ga?"
"ohiya! Gih gue anter ke tempatnya."
Muka memerah tadi lama-lama kembali normal. Mereka pun lantas berjalan bersama menuju tempat dimana si tengil alias guntur berada.
'-----'
Kami berdua berjalan menjauh dari kerumunan menuju sebuah tempat yang mana sosok guntur bersama segerombol orang ada disana.
"tur!"
Laksana berteriak sambil mengangkat salah satu tangannya. Sedangkan salah satu sosok yang amat ku kenali menoleh dengan ujung bibir terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Qausar
RomanceNamaku austin raymond. Mantan time traveler novel romantis yang cukup handal pada masa itu. Itu dulu, saat aku masih remaja. Kini aku kembali masuk ke dalam novel romantis. sek sek, KOK GENRENYA JADI GINI???!? "Lo cantik kalo senyum" DIEM LO SYALAN...