1- Satu Nama

337 36 25
                                    

Ketika segalanya berporos pada satu nama, Aidan.

***

Mereka bilang, Anara adalah gadis baik hati yang senantiasa memamerkan senyuman tulus dan tatapan mata penuh kejujuran. Namun, mereka salah besar. Nara hanyalah gadis bertopengkan wajah lugu. Tepatnya pandai berpura-pura saat mendengar sosok yang dikaguminya dipasangkan dengan orang terdekatnya, padahal hatinya menolak keras, tak suka.

Aidan Alif Muhammad nama lengkapnya. Lelaki selengean berwajah tampan yang banyak digilai oleh para siswi di sekolah. Aidan memiliki hidung mancung seperti perosotan TK. Kelebihan tersebut yang menjadi daya tariknya.

Entah sejak kapan Nara mulai menyukai lelaki itu. Mungkin saat pertama kali mata mereka bersitatap atau ketika Aidan khilaf mengatakan dirinya cantik, padahal ia hanya gadis dengan penampilan sederhana serta otak seadanya.

Nara tahu cukup banyak tentang Aidan. Hal tersebut juga yang membuatnya merasakan patah hingga hampir menyerah atas perasaannya. Lelaki itu menginginkan kekasih berparas cantik, pintar, dan segala tetek bengeknya seolah perasaan cintanya dihasilkan dari tolak ukur bernama kesempurnaan. Sedangkan dirinya? Gadis serba biasa yang menginginkan dianggap keberadaannya bukan hanya sebagai tempat kedua ketika Aidan bosan.

Yah, kenyataanya Aidan hanya akan berlari padanya saat hidupnya mulai terasa monoton.

"Lucu banget sih lo, haha."

Anara Aleana Sarasvati, gadis berambut sebahu itu menoleh. Sepasang muda mudi saling melemparkan candaan hingga tawa renyah terdengar- sedikit menyakitkan telinga.

Melengos, Nara menutup bukunya yang berisi coretan kemudian melangkah keluar kelas, kebetulan jam istirahat masih berlangsung.

Mendudukan diri di kursi kayu, ia memandang ke arah lapangan, di mana beberapa siswa dari mulai junior hingga senior tengah berebut bola.

Embusan napas lolos dari bibirnya. Empat bulan Nara menjadi siswa di SMA Cempaka. Sebuah sekolah swasta yang terbilang cukup sederhana, bahkan terkenal sebagai tempat pilihan terakhir bagi siswa yang gagal memasuki sekolah impian mereka.

Anara tentu tidak termasuk di dalamnya. Sejak awal, kedua orang tuanya sudah memintanya mendaftar di Cempaka, padahal ia tak pernah berpikir berada di tempat ini sama sekali. Ia ingin seperti kedua kakaknya yang masuk SMA Garuda. Kakak pertamanya sudah lulus tiga tahun lalu, sedangkan kakak keduanya saat ini berada di kelas dua belas. Nara merasa dibedakan, tentu saja. Namun, mengingat keuangan keluarganya yang sedang memburuk, ia berusaha menerima dengan sepenuh hati.

Merasakan kehadiran seseorang, Nara menoleh lalu kembali pada aktivitasnya setelah mengetahui siapa sosok tersebut.

"Ra, gue sama Aidan gantengan siapa?"

Nara menatap sosok di sebelahnya dengan dahi mengernyit, sedangkan yang dipandangi malah menampakkan raut muram.

"Kenapa sih, Kak?" tanya Nara bingung.

Lelaki dengan topi terbalik itu berdecak. "Jawab aja apa susahnya?"

Diam, Nara tidak tahu harus menjawab apa. Masalah ia memiliki perasaan pada sosok yang menjadi perbandingan kakak sepupunya. Walaupun begitu, tak dipungkiri kalau keduanya sama-sama tampan.

Pradipta, sepupu dari pihak ayahnya memiliki proporsi tubuh yang bisa dikatakan membuat laki-laki iri. Tinggi dan tampan. Style Dipta seperti boy grup dari negeri ginseng. Berbeda dengan Aidan yang tidak terlalu tinggi dan bertubuh kurus.

"Dua-duanya ganteng kok!" jawab Nara sekenanya.

"Tsk!" Terdengar decakkan dari lelaki di sebelahnya. Nara hanya tersenyum tak enak.

About Aidan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang