Kupu-kupu yang cantik tak berubah dalam satu kedipan mata. Sama halnya dengan manusia yang membutuhkan proses panjang untuk membuat dirinya menjadi lebih baik.
***
Gadis itu memperhatikan sosok di sudut ruangan yang tengah berjoged dengan dua sahabatnya. Lagu dangdut yang diputar lewat ponsel dan dihubungkan ke speaker mini milik Hemma membuat mereka berubah menjadi manusia tidak tahu malu.Anara terkekeh. Pemandangan seperti itu sudah bukan hal asing lagi, baik untuknya maupun teman sekelasnya. Beruntung waktu istirahat masih tersisa lima menit lagi sehingga mereka tak perlu mendapat teguran karena mengganggu konsentrasi belajar.
"Tarik, Mang!"
"Sik asik jos!"
"Eeee ... a ... e e e a ..."
Suara Aidan, Hema, dan Yuda berbaur menjadi satu, berbeda dengan satu sahabat mereka yang lebih kalem. Tak jauh dari ketiganya, Irgi sedang tengkurap di atas sajadah bersama Alvaro. Mereka sedang fokus memainkan bidak catur berukuran mini di keliling para komentator yang geregetan dengan permainan sengit keduanya.
Sedangkan sisanya? Wisnu dan Deki biasanya nongkrong di warung Mak Lastri yang terletak tak jauh dari sekolah. Para siswa yang berada di sana kerap terciduk sedang merokok, tapi meski sudah mendapat hukuman, mereka tak pernah jera.
"Udah, woi! Hape gue lowbat!" teriak Yuda setelah mendengar suara menyedihkan dari ponselnya. Baik Aidan maupun Hemma berseru dengan raut sedih. Mereka sudah seperti anak kembar layaknya Upin dan Ipin. "Yah ... padahal lagi seru."
Mengabaikan kekecewaan teman satu gengnya, Yuda berjalan ke luar ruangan, katanya hendak mengambil charger yang dipinjam tetangga kelas. Berbeda dengan Aidan yang malah menghampiri Rana, berbicara sesuatu yang tak bisa Nara dengar karena jarak mereka cukup jauh, pula keadaan kelas yang sangat gaduh.
Lelaki itu menerima sebotol air minum yang disodorkan Rana. Senyuman manis terbit di bibirnya.
Nara seketika mengalihkan pandangan ke arah jendela. Ia tidak bisa terus seperti ini. Nara harus tegas pada hatinya. Berhenti dan melupakan Aidan atau berlari untuk merebut perhatian lelaki itu sepenuhnya.
Dan ... ulat saja yang banyak membuat orang jijik dan takut bisa bermetamorofosa menjadi kupu-kupu yang indah. Lalu, kenapa aku gak bisa melakukan hal sama? tanya Nara dalam hati. Sekarang ia mungkin hanya sebatas teman sekelas yang sangat senang Aidan jaili, tapi tidak untuk nanti. Nara akan mengganti kegagalan yang ia dapat bertubi-tubi menjadi sesuatu yang membuat banyak orang terkesan.
Kembali menatap kedua insan yang tengah tertawa, Nara memfokuskan pandangannya pada Rana. Sahabatnya itu sudah memiliki pacar, apakah ia tidak mempunyai batasan untuk lelaki lain?
Aidan juga, seharusnya bisa menjaga jarak dengan gadis itu.
Lamunannya buyar mendengar bunyi notifikasi. Nara melirik pada layar ponselnya yang menampilkan nama Zian. Tanpa sadar ia menghela napas berat.
Lelaki itu terus mengirimi chat, bahkan sekarang meneleponnya. Bukan tanpa alasan Zian melakukan hal tersebut. Kakak kelasnya itu semalam mengungkapkan perasaannya. Namun, Nara menolaknya dengan alasan hanya menganggap teman. Sepertinya Zian masih belum mau menerima keputusannya karena hingga saat ini, ia tak henti mengganggu Nara.
***Siang cukup terik, tapi anak-anak kelas X-1 sedang melakukan latihan upacara bendera untuk besok Senin. Berhubung Nara merupakan siswa dengan tubuh lumayan tinggi, ia dan dua temannya terpilih menjadi pengibar bendera merah putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Aidan ✔️
Novela JuvenilKatanya, Aidan ingin memiliki pacar yang hebat, tapi Anara tak masuk kriteria. Lalu, kedekatan sang pujaan hati dengan sahabatnya menumbuhkan kembali semangat yang mulai sirna. Saingan Anara jelas bukan gadis biasa. Kirana dengan julukan siswi geni...