Hanya tentang kamu yang melukaiku tanpa sadar serta aku yang melukainya dengan sengaja.
***
Gadis itu menidurkan kepala dengan posisi menyamping. Tatapannya tertuju pada ponsel di tangan yang menampakan isi chat dari seseorang. Nara mengembuskan napas berat lalu melirik ke arah Irgi yang sedang sibuk membaca proposal untuk kegiatan ulang tahun sekolah.Di ruangan tersebut hanya ada mereka berdua. Keanu izin pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Nara menegakkan badan lalu mengetikan sesuatu di ponselnya dengan cukup singkat.
Nara sedang galau. Makanya ia menolak ajakan Lala dan Rana untuk membeli mie ayam di seberang sekolah yang terkenal enak. Di sinilah dirinya sekarang setelah mengekori Irgi yang katanya hendak memeriksa proposal yang diberikan Bulan pagi tadi.
Menyuruput susu kotak rasa original kesukaannya, Nara merengut melihat story WhatsApp milik sang gebetan. Perasaan sesak kembali melandanya mengingat ucapan Irgi saat perjalanan menuju ruang OSIS.
"Mereka tambah deket aja, ya?" ucap Nara saat melihat Aidan yang duduk bersebelahan dengan Sheyla di pinggir lapangan. Irgi yang ikut mengarahkan pandangan beralih menatapnya. "Loh, emang lo belum tau?"
Dahi Nara mengernyit. "Tau apa?"
"Mereka, kan, udah jadian minggu lalu."
Saat itu Nara merasakan tubuhnya lemas seketika. Kenapa tak ada yang memberitahunya. Rana bahkan anteng-anteng saja, padahal dulu sangat dekat dengan lelaki itu.
"Ra! Nara!"
Anara tersentak kemudian menatap teman sekelasnya yang malah menggerakkan dagu. Menaikan sebelah alis, Nara menoleh dan mendapati Keanu tengah menyodorkan sebungkus roti padanya.
"Makasih, Nu." Nara mengambil pemberian lelaki yang beberapa minggu ini menjadi akrab dengannya.
Mengangguk, Keanu duduk di sebelahnya lalu mengeluarkan ponsel untuk bermain games. Dibanding sebagai tempat melaksanakan kegiatan OSIS, ruangan ini lebih mirip sebagai tempat bersantai.
Meski terdengar riuh suara para siswa dari arah lapangan, setidaknya orang-orang tak bisa sembarangan masuk. Nara dapat menenangkan diri tanpa terganggu apa pun.
"Eh Ra, si Septian nanyain tadi."
Nara menatap Keanu yang tampak tersenyum setelah memberitahukan tentang adik kelasnya. Ya, Septian. Lelaki yang pernah hampir ia tabrak di dekat toilet dua bulan lalu. Lelaki itu menjadi sering menyapanya serta mengirimi chat, seperti saat ini contohnya.
"Nara lagi naik daun ya sekarang." Irgi sudah menyimpan proposal yang tadi dibacanya. Ia melangkah dan mendudukan diri di kursi kosong dekat Nara.
"Artis kali ah naik daun," ujar Nara agak sensi.
Keanu dan Irgi saling melirik lalu terkekeh bersamaan.
"Beneran loh, Ra. Lo nggak tau atau cuma pura-pura nggak tau?" Keanu memberikan tatapan menggoda padanya. Nara mengedikan bahu, tak mau menjawab. Sebenarnya ia juga menyadarinya, hanya saja Nara memilih bersikap tak acuh. Baginya berpura-pura tidak mengetahui lebih baik dibandingkan harus menolak mereka yang mendekat secara terang-terangan.
"Udah, deh! Nggak usah bahas yang kayak gitu." Nara mengibaskan tangan. Mendapat chat dari Rana yang katanya sudah berada di kelas, ia bangkit dari duduknya membuat kedua lelaki di dekatnya menatap bersamaan. "Duluan, ya, Rana nungguin di kelas."
Nara kemudian berjalan ke luar ruangan. Keadaan koridor cukup ramai karena jam istirahat masih berlangsung. Saat mengarahkan tatapan ke lapangan, kakinya otomatis terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Aidan ✔️
Fiksi RemajaKatanya, Aidan ingin memiliki pacar yang hebat, tapi Anara tak masuk kriteria. Lalu, kedekatan sang pujaan hati dengan sahabatnya menumbuhkan kembali semangat yang mulai sirna. Saingan Anara jelas bukan gadis biasa. Kirana dengan julukan siswi geni...