17- Antara Mimpi dan Obsesi

72 21 0
                                    


Entah ini mimpi atau obsesi. Aku hanya tak menyangka, kamu membawaku pada berbagai hal yang bukan sekedar ilusi.

***


Satu pekan telah berlalu. Berita tentang Anara yang menjadi salah satu juara dalam perlombaan membuatnya banyak mendapat ucapan selamat, bahkan saat kegiatan rutin upacara bendera, gadis itu sempat maju ke depan untuk menerima piala. Nara tentu saja merasa sangat senang karena berhasil menyumbang piala untuk sekolahnya.

Hari ini, katanya pengumuman calon peserta anggota OSIS diumumkan. Nara harap-harap cemas, takut tak mendapat kesempatan seperti tahun kemarin.

Sebenarnya Lala dan Rana sempat mengatakan sesuatu yang mengarah bahwa dirinya lolos. Namun, Nara tidak ingin langsung percaya. Takutnya sudah terlanjur berharap, tapi akhirnya kecewa.

Hubungannya dengan Alvaro juga sudah mulai membaik. Memang selalu seperti itulah jalannya. Mereka saling menjauh tanpa bertukar sapa, tapi akhirnya Alvaro akan datang seolah tak pernah terjadi apa pun sebelumnya. Hal tersebut sudah terjadi untuk kali ke sekian.

Mendengar pengumam calon peserta sudah ditempel di mading, Nara dan yang lain segera pergi untuk melihat. Akan tetapi, yang terjadi selanjutnya malah membuat Nara merasakan tubuhnya lemas seketika.

Calon Ketua OSIS SMA Cempaka:

1. Irgi Argandi Putra

2. Anara Aleana Sarasvati

3. Keanu Nugraha

Nara tidak salah melihat, bukan? Ia bahkan sudah mengabaikan ucapan orang-orang disekitarnya yang mengucapkan selamat. Bukan ini yang Nara inginkan.

Ia tak bisa menahan diri untuk tidak merutuk. Hanya dalam hati, tentu saja. Ini yang Nara kurang suka, ada dua cara pemilihan ketua OSIS di sekolahnya. Pertama, calon yang mengajukan diri, kedua hasil pilihan seluruh anggota OSIS dan guru jika tidak ada yang mau dengan sukarela maju. Tapi, kenapa harus dirinya yang tidak memiliki pengalaman? Bahkan saat SMP ia memilih mengikuti ekstrakurikuler Pramuka dibandingkan ikut organisasi tersebut.

"Ini termasuk pemaksaan bukan, sih?" keluh Nara yang menumpukan dagu di atas lipatan tangan. Tatapan melas ia lontarkan ke arah Irgi dan Keanu yang tampak sama frustasinya.

Keanu, si tampan dari IPS 1 mengacak rambutnya. Lelaki berkulit putih itu berkali-kali meringis. Sekolahnya memang unik, para calon ketua OSIS seperti tengah berulang tahun hingga diberi kejutan.

Hanya Irgi yang terlihat lebih santai meski Nara tahu kalau teman sekelasnya juga merasakan hal sama. Nara menyenggol lengan Irgi yang kemudian meliriknya dengan dahi mengerut.

"Mau coba bilang lagi sama Kak Helda?" Pertanyaan Nara dibalas dengan kedikan. Mereka sudah melakukan hal itu tadi, bahkan sempat menemui Pak Damar selaku pembimbing OSIS, tapi hasilnya nihil.

Katanya, mereka harus bersyukur menjadi orang terpilih. Para guru dan seluruh anggota OSIS tentu sudah mempertimbangkan dengan sangat matang. Selain dipilih karena berwawasan yang luas, kepribadian yang baik adalah poin utama.

"Aku nggak bisa ngebayangin gimana nanti berdiri di podium dan diliatin banyak orang, terus harus nyampein visi misi yang ... hh bahkan aku nggak berniat membuat itu," ucap Nara. Membayangkan saja ia merasa takut.

Dua hari adalah waktu yang diberikan untuk mempersiapkan visi dan misi. Setelah itu, beberapa hati kemudian langsung diadakan pemilihan. Nara was-was. Ia tidak ingin terpilih menjadi ketua, tapi juga tak mau menjadi badut di hadapan semua orang karena penampilan buruknya nanti.

About Aidan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang