Terlahir sebagai anak bungsu tidak membuatnya menjadi manja. Apalagi Raja dan Ratu memberikan kasih sayang dan perhatian sama rata. Tidak ada yang dibedakan dari anak sulung, Pangeran Zayed, lalu anak tengah, Putri Sally dan terakhir Putri Quanda.
Zaman juga makin berkembang dan maju. Jika dulu saat zaman kakaknya masih ada perjodohan, maka kini tidak ada lagi. Kalaupun ada, Putri Quanda tidak akan menerimanya. Karena Putri Quanda sudah memiliki pria idamannya.
"Putri, Yang Mulia Ratu ingin kau segera bersiap," ujar pelayan pribadi Putri Quanda dari depan pintu kamarnya.
Putri Quanda yang yang tengah bersama sang kekasih di dalam kamar sontak terkejut. Ia gelagapan menyuruh pria yang bersamanya untuk bersembunyi.
"Aku tidak mau pelayan tahu kau di sini. Mereka bisa melapor ke Ayahku," kata Putri Quanda.
"Kalau begitu kita sudahi saja. Aku tidak mau kau kena imbasnya nanti. Aku juga tidak bisa seperti ini selamanya."
Putri Quanda terdiam. Ia menatap pria di depannya yang mulai beranjak dari duduknya, lalu hendak melompat melalui jendela. Tangan Putri Quanda spontan menahannya.
"Kau serius? Kau ingin kita putus?" tanyanya masih tidak percaya.
"Iya, Putri. Aku tidak mau kau dalam masalah jika terlibat sebuah hubungan dengan orang rendahan sepertiku," katanya.
Pria itu melompat hingga tangan Putri Quanda terlepas darinya. Sang Putri mendekati jendela. Ia menatap punggung pria yang kini sudah tidak memiliki hubungan apa pun dengannya. Matanya sendu. Apakah begini akhirnya kisah cinta yang ia dapatkan? Kenapa tidak seperti kisah cinta kedua kakaknya yang mulus-mulus saja?
"Dia pasti bercanda. Besok dia pasti akan ke sini lagi," gumam Putri Quanda meyakinkan diri.
Di tempat lain, Raja Albert menatap istrinya yang sedang memejamkan mata dengan kedua telapak tangan yang saling menempel. Sang ratu tengah melihat apa saja yang dilakukan putri bungsunya.
"Mereka sudah putus. Sampai kapan pun Putri Quanda tidak akan berani membawa pria itu ke hadapan kita. Jadi lebih baik memang di akhiri saja," katanya sembari membuka mata menatap Raja Albert.
Helaan napas panjang dari Raja Albert membuat Ratu Aubrey tersenyum lembut. Ia mengusap punggung tangan suaminya memberikan ketenangan.
"Tapi kau yakin mereka tidak melakukan hal--"
"Tidak, Suamiku. Jangan khawatir. Pria itu sama sekali tidak menyentuh Putri kita. Dia pria yang sopan. Hanya saja kadang pikirannya sama dengan pikiranmu."
Ratu Aubrey tertawa melihat mata suaminya memicing curiga. Ia mengecup bibir Raja Albert, lalu merebahkan kepalanya untuk berada di atas pangkuan sang suami.
"Aku berharap Putri Quanda segera menikah. Agar kau bisa tidur tenang," kata Ratu Aubrey.
"Aku selalu tenang," sangkal Raja Albert.
"Tidak. Aku tahu kau selalu gelisah memikirkan anak bungsu kita itu. Kau terlalu menyayangi anak-anakmu. Dulu sebelum Putri Sally menikah, kau juga begitu."
***
Sudah seminggu berlalu sejak insiden itu. Putri Quanda tidak lagi bertemu dengan mantan kekasihnya. Entah bagaimana kabar pria itu kini. Jujur, Putri Quanda merindukannya. Tapi ia tidak bisa melakukan apa pun saat ini. Kalau sampai Raja dan Ratu tahu, ia yakin kalau pria itu akan dikeluarkan dari istana karena sudah lancang mengencani sang putri.
"Putri, makan malam sudah siap. Yang Mulia Raja dan Ratu sedang menunggumu," lapor pelayan pribadi Putri Quanda.
"Aku tidak lapar," katanya dan menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...