Take My Body

9.1K 1K 36
                                    

Lagi enak nulis POV orang pertama🥶

Semoga gak nganuh bacanya yak!

***

Helaan napas berat keluar begitu saja saat aku menatap dua garis merah dari benda persegi yang aku pegang. Aku hamil. Pantas saja aku tidak mens sejak bulan lalu. Bahkan berat badanku juga naik 5 kilo. Hal yang sejak dulu sulit sekali terjadi meski aku sudah makan begitu banyak.

Kembali menghela napas berat, aku mengusap wajahku, lalu menyimpan benda itu ke dalam saku celana kerjaku. Aku sedikit merasa pusing dan juga mual. Apalagi jika mencium aroma pedas. Anehnya, aku tidak menyadari perubahan ini lebih awal.

"Astaga!"

Aku terlonjak saat keluar dari bilik toilet dan seseorang berdiri di sana sambil bersedekap dada. Tubuh tegapnya membuat tubuh mungilku menggigil seketika.

"Kenapa ke sini? Kalau ada yang lihat gimana?" tanyaku sedikit was-was sambil memperhatikan sekitar.

"Orang-orang udah pada pulang. Kamu ngapain aja sampai lama banget di sini. Aku kira—"

"Ini aku mau pulang. Kamu kenapa belum pulang?"

Aku melewati tubuh tegap itu hendak keluar dari toilet. Tapi lenganku lebih dulu ditahannya dan dia mendorongku hingga menempel di dinding.

"Mas!"

"Maura, lihat aku."

Aku menelan ludah. Menatapnya sama saja membongkar apa yang sedang aku sembunyikan. Bagaimana pun dia tidak boleh tahu mengenai hal ini. Aku tidak mungkin merusak karirnya.

"Maura,"

Nada suaranya mulai berbeda dan itu membuatku mau tidak mau menatapnya dengan berani. Aku lihat ada kekhawatiran di sana dan aku memaksakan senyum untuk menenangkannya.

"I'm doing fine."

Cukup lama aku menatapnya untuk meyakinkan kekhawatirannya tidaklah benar. Untungnya dia segera percaya dan mengangguk. Wajahnya maju untuk bisa memberikan kecupan lembut di keningku. Rasanya sesak menerima ini. Aku bisa membayangkan bagaimana dia akan kecewa jika tahu aku mengandung benih orang lain.

"Tunggu aku sebentar lagi. Aku mohon."

Aku kembali menelan ludah. Ini permohonan yang entah keberapa kali selama kami menjalin hubungan. Dia selalu memintaku untuk menunggunya. Bahkan setelah 1 tahun berlalu dia masih belum menyelesaikan apa-apa. Aku masih saja menunggu seolah harapan itu memang ada.

"Hm."

Aku memutuskan untuk mengiyakan saja agar tidak memperpanjang drama kali ini. Dia berlalu lebih dulu dan aku menyusul beberapa saat setelahnya. Seperti biasa, dia akan pulang dengan istrinya dan aku seorang diri.

"AAAA!"

Aku membelalak saat seseorang menarik pinggangku memasuki sebuah ruangan. Aku menatap pelakunya dan mataku kian membesar. Bagaimana ini? Apa yang akan dia lakukan kali ini? Apa dia akan kembali mengulangnya? Tidak. Aku tidak bisa.

"Apa berselingkuh dengannya menyenangkan?"

Aku menggeleng kuat. "Bapak salah paham."

"Salah paham? Kamu kira saya bodoh seperti istrinya?"

"Pak, saya—"

"Apa peringatan saya malam itu kurang jelas, Maura?"

Aku merinding mendengar nada berat itu menyapa pendengaranku. Aku memejamkan mata saat tubuhnya kian menekan tubuhnya ke pintu besar itu. Kejadian malam itu kembali terlintas di benakku dan aku benar-benar meremang dibuatnya.

SHORT STORY NEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang