A Selection (End)

2.9K 408 9
                                    

Arka memasuki rumah dalam keadaan lelah. Ia melonggarkan simpul dasi yang seharian ini terasa mencekik di lehernya. Entah apa tujuan sang ayah sampai mengirimkan mantan kekasihnya ke Solo, tepat saat ia sedang jauh dari Gine—istrinya.

"Ibu mana?" Arka bertanya kepada pelayan yang tadi membukakan pintu.

"Di atas, Pak. Belum turun sejak siang."

"Gak dicek ke atas?" tanyanya dengan nada khawatir.

"Tadi udah keluar kamar, Pak. Ibu bilang mau makan malam di rumah bu Pia."

Arka menghela napas. Ia langsung menaiki undakan tangga untuk menuju ke lantai 2 di mana kamarnya dan Gine berada.

Saat membuka pintu, ia melihat Gine tengah duduk terpaku di depan meja rias. Arka mengerutkan kening karena Gine tampak begitu menghayati lamunannya sampai tidak menyadari ia membuka pintu, lalu menutup dan mengunci benda itu.

"Sayang?"

Arka kian keheranan karena Gine tidak bereaksi. Istrinya itu hanya duduk sambil menatap cermin tanpa berkedip. Arka mendekat, lalu memeluk Gine dengan beberapa kecupan yang mendarat di puncak kepalanya.

Gine tersentak, kemudian mengerjap sambil menatap pantulan Arka dari dalam cermin. Ia mengusap lengan Arka, lalu memaksakan senyuman senang menyambut kepulangan suaminya.

"Bukannya besok ya?"

Arka mengangguk. "Gak bisa lama-lama di sana. Udah gak fokus karena kangen kamu," jawabnya.

Ia mengangkat tubuh Gine, lalu membawanya ke kasur. Gine menahan dada Arka sambil mengode pria itu untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

"Cium dulu. Kangen banget."

Arka memaksa. Gine pun tidak bisa menolak. Ia menerima ciuman Arka yang dirindukannya juga. Hampir seminggu pria itu di Solo dan Gine sudah sangat merindukannya seperti bertahun-tahun lamanya tidak bertemu.

Arka terengah. Ia menikmati wajah cantik Gine yang sejak beberapa hari ini hanya bisa ia lihat melalui ponsel. Ingin sekali rasanya Arka melepaskan rindu sekarang juga. Tapi ia ingat kalau dirinya baru saja pulang dari luar kota dan belum membersihkan diri.

"Mas gak akan lama," bisiknya setelah mengecup bibir Gine dengan lembut.

Arka tergesa membuka pakaiannya, lalu memasuki kamar mandi. Ia mengguyur tubuhnya dengan air dingin dengan cepat. Sedangkan di kamar, Gine masih terpaku di tempatnya. Ia menelan ludah dengan susah payah. Sejak tadi, sudah banyak rangkaian kata yang akan ia sampaikan pada Arka. Tapi tak ada satu pun yang diingatnya.

Di dalam kamar mandi, Arka tengah melilitkan handuk di pinggang saat matanya tak sengaja menangkap sesuatu di dalam tong sampah. Ia meraih benda itu, lalu mengerutkan kening.

"Samar," gumamnya.

Lama menatap benda di tangannya, Arka tersenyum. Senyum yang susah payah ia kendalikan. Rasanya benar-benar menyesakkan. Karena bahagia dan juga banyak tanya.

"Sayang," Arka kembali ke kamar dan menatap Gine yang sudah siap dengan penampilannya.

"Mau ke mana?" tanya Arka.

"Ke rumah mama. Diajak makan malam di sana. Baju Mas ini ya. Aku tunggu di bawah."

Gine sudah memikirkan rencananya. Ia akan mengabaikan Arka dan menolak untuk disentuh. Ia ingin pria itu marah dan mereka bertengkar, lalu ada alasan yang akan membuat Gine menyuarakan isi kepalanya.

Arka meraih pinggang Gine saat wanita itu melewatinya. Ia dekap dengan posesif, lalu dikecupnya tengkuk Gine beberapa kali.

Gine yang mendapatkan perlakuan seperti itu jelas keheranan. Arka memang romantis sejak dulu. Tapi sekarang bukan waktunya untuk melakukan itu, kan?

SHORT STORY NEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang