Ini agak nganuh...💦
***
Pagi yang cerah secerah senyum Inez. Wanita itu bangun tidur dengan desahan lega. Ia begitu nyenyak tertidur sejak tadi malam Keenan mengantarnya pulang. Pria itu bahkan mengecup keningnya sebelum melepas Inez memasuki rumah. Manis sekali.
"Tuan Putri, ayo bersiap. Saatnya ngampus," ujar ibu Inez yang masuk ke kamarnya dengan sebuah nampan berisi sarapan.
"Mama gak kerja?" tanya Inez heran saat melihat pakaian ibunya sangat santai.
"Pernikahan Tuan Putri lebih penting dari pekerjaan," jawabnya.
Inez mendengkus, lalu kembali tersenyum malu-malu. Hatinya begitu membuncah saat ini. Keenan memang kaku dan tidak banyak tingkah. Tapi sekalinya bertingkah, sangat berbahaya. Detak jantung Inez taruhannya.
"Habis ngobrolin apa semalam sampai Keenan minta langsung nikah?" tanya ibu Inez penasaran.
Inez berdeham, lalu turun dari kasur, kemudian berlalu memasuki kamar mandi mengabaikan pertanyaan ibunya. Ia hanya memberikan tatapan geli karena sang ibu mencebikkan bibir.
"Semoga putriku selalu tersenyum seperti itu, Tuhan," gumam ibu Inez dengan harapan besar akan kebahagiaan sang putri.
Cukup lama menunggu Inez selesai membersihkan diri, ibunya langsung menyuapi Inez sarapan. Sedangkan wanita itu sibuk bolak-balik memilih pakaiannya untuk ke kampus pagi ini.
"Masuk kelas Keenan, kan?" tanya ibu Inez.
"Hu'um."
"Pakai yang tertutup, Fel. Gimana pun, Hasrat pria itu gak main-main."
"Mama ih," kesal Inez. Ia selalu geli mendegar ibunya memberi wejangan tentang lawan jenis.
"Kamu mau 20 tahun loh bulan depan. Kamu juga bakalan nikah sebentar lagi. Kamu akan tahu kalau semua yang pernah Mama bilang itu gak bercanda," jelas ibunya.
"Mama nakut-nakutin," rengek Inez.
"Loh? Kok nakut-nakutin sih? Mama serius. Harusnya kamu tuh ya belajar kalau Mama kasih wejangan. Cari tahu. Hapemu canggih keluaran terbaru. Masa kalah update sama Mama."
Inez mencebikkan bibir. Ibunya selalu menang jika berdebat dengannya. Pantas saja wanita yang melahirkannya itu selalu mendapatkan proyek besar mengingat kecerdasannya memenangkan sesuatu.
"Ini gimana?" tanya Inez sambil memperlihatkan dres selutut yang ia punya. Agak ketat, tapi tidak terbuka seperti dres yang pernah ia pakai.
"Boleh deh. Kalau Keenan horny, ya itu salah kamu."
"Mama!" seru Inez dengan wajah memerah.
Ibunya hanya terkekeh. Usai menyuapi Inez, ibunya keluar dari kamar dengan senyum yang tak luput dari bibirnya. Putrinya sudah dewasa dan sebentar lagi akan menikah. Rasa senang tidak bisa ia tutupi.
Di dalam kamar, Inez bersiap. Tak lupa ia memberi pemerah pipi dan bibir agar tidak terlihat pucat. Setidaknya ia berseri pagi ini.
Inez turun ke bawah ketika selesai dengan dandanannya. Ia mengernyit melihat ibu Keenan sepagi ini sudah bertamu. Apa wanita itu sedang ada janji dengan ibunya?
"Pagi, Tante," sapa Inez sembari meraih tangan ibu Keenan, lalu mengecupnya.
"Pagi, Cantik. Duh, calon mantu," puji ibu Keenan dengan ramah.
"Felys berangkat dulu ya, Tan. Mam," Inez berpamitan sambil mengecup pipi ibunya.
"Eh, tunggu. Kamu masuk kelas Keenan, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...