Yelinda kesal karena Raden tidak percaya ucapannya. Laki-laki itu pasti menganggap Yelinda tengah bercanda atau menggodanya.
"Gak usah ngaco, El. Gue cowok. NORMAL."
Raden sengaja menekankan satu kata di akhir ucapannya sambil beranjak duduk kembali. Kepalanya malah kian pusing mendengarkan hal tak masuk akal itu.
"Gue mau tidur. Jangan ganggu."
Yelinda mengerutkan keningnya. Ia mengikuti Raden ke dalam kamar, lalu melipat kedua lengan di dada saat melihat Raden naik ke atas kasurnya tanpa permisi. Laki-laki itu seolah menganggap itu kamarnya sendiri.
"Lo gak percaya, kan? Sama. Gue juga. Tapi Ardo serius pas bilang itu ke gue. Dia bilang kalau gue tuh penghalang bagi dia buat deketin lo."
Yelinda ikut naik ke atas kasur, kemudian menepuk tubuh Raden yang kini terbalut selimut. Kedua tangannya sengaja menutup telinga agar tidak mendengar apa yang Yelinda sampaikan.
"Ngeselin," kata Yelinda.
Raden menghela napas panjang, lalu menatap Yelinda yang kini tengah memainkan ponselnya.
"Dia bilang gue ngekorin lo ke mana-mana. Bahkan dia bersyukur karena kemarin gue gak ikut lo giat."
Kening Raden mengerut dalam. Ia merasa ngeri dengan fakta yang Yelinda sampaikan.
"Lo beneran normal, kan? Gue gak mau punya teman belok. Amit-amit."
Yelinda bergidik ngeri membayangkan jika Raden ternyata punya perasaan yang sama dengan Ardo.
"Gaklah. Gue normal. Lo mau bukti?"
Yelinda memutar bola mata.
"Apa yang mau lo buktiin?" tantangnya.
Raden tersenyum miring.
"Sini."
Yelinda membiarkan saja Raden menariknya masuk ke dalam selimut. Ia tidak tahu apa yang akan laki-laki itu buktikan.
"Loh? Apa-apaan it—"
Raden memeluk Yelinda cukup erat. Tubuh depannya dengan tubuh belakang Yelinda tidak memiliki jarak sedikit pun. Benar-benar menempel sempurna sehingga Yelinda bisa merasakan ada yang salah dengan bokongnya.
"Sumpah itu apa? Jangan bikin gue takut!"
Tubuh Yelinda menggeliat meminta untuk dilepaskan. Tapi Raden sama sekali tidak memberikan ruang untuk gadis itu lepas dari pelukannya.
"Lo bisa rasain sendiri punya gue. Keras, kan?"
Yelinda menelan ludah. Matanya membelalak saat Raden malah kian mendesak bokongnya. Yelinda juga tahu itu milik Raden. Tapi ia tidak tahu kenapa bisa sekeras itu.
"Kok bisa? Lo ...."
"Gue pusing, El," bisik Raden dengan nada rendah.
"Gak nyambung. Gak ada hubungannya pusing lo itu sama burung lo yang keras! Lepasin gak?"
"Coba aja."
Raden memejamkan mata merasakan adiknya kian memberontak di bawah sana seiring tubuh Yelinda yang bergerak tak karuan. Ia mengumpat di dalam hati karena gejolak sialan itu harusnya tidak muncul saat ini.
"Kok tiba-tiba? Lo gak pernah gini," komen Yelinda tak habis pikir. Ia menyerah karena tidak bisa melepaskan diri dari belitan tangan dan kaki Raden.
"Gak sengaja liat foto seksi," balas Raden dengan santai.
"Hah? Foto seksi?"
Yelinda mengerutkan kening. Sedangkan Raden tidak lagi membalas. Wajahnya ia tenggelamkan di ceruk leher Yelinda. Menghirup aroma tubuh gadis itu yang menenangkan sekaligus menambah gairahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Любовные романы[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...