Sally 2

13.8K 1.2K 11
                                    

"Kenapa aku harus berdandan seperti ini? Memangnya kita akan ke mana?" tanya Putri Sally dengan kebingungan.

Putri Sally dipaksa bangun dari tidur lelapnya, lalu kembali dipaksa untuk membersihkan diri. Setelahnya, ia juga dipaksa untuk duduk tenang dan para pelayan kepercayaannya yang ahli dalam ber make up fokus mendadaninya.

"Yang Mulia Ratu bilang kau harus berdandan cantik karena sebentar lagi rombongan Pangeran Salman akan segera tiba," jawab pelayan kepercayaan Putri Sally.

Putri Sally mengernyit. Rombongan Pangeran Salman? Apa artinya hari perjodohan telah tiba? Kalau iya, Putri Sally harus bersiap untuk menentukan jawabannya. Jika pangeran itu tidak tampan sesuai dengan impiannya selama ini, Putri Sally berhak menolak.

"Baiklah. Aku juga tidak sabar ingin melihat pria seperti apa yang membuat Ayah menerimanya," kata Putri Sally dengan senyuman tipis di bibirnya.

Usai merapihkan kembali gaun yang Putri Sally kenakan, para pelayan mulai undur diri. Hanya tersisa 1 pelayan saja yang Putri Sally percayai.

"Apa aku sudah cantik?" tanyanya memandang pantulan dirinya di cermin.

"Sudah, Putri. Kau selalu cantik dengan memakai apa pun."

Putri Sally tersenyum bangga. Kecantikan sang ibu menurun padanya. Meskipun kekuatan peri yang ibunya miliki tidak menurun padanya, setidaknya ia masih keturunan peri.

"Putri, kita harus ke aula utama," ujar si pelayan.

"Ayo," ajak Putri Sally dengan semangat.

Putri Sally membawa sekitar 10 orang pelayan untuk mengikutinya menuju aula utama. Sedangkan sekitar 10 orang pelayan lagi berjaga di kediamannya.

Saat Putri Sally tiba di aula utama, saat itu pula rombongan yang ditunggu telah tiba. Putri Sally menoleh dan berbisik pada pelayan yang maju selangkah ke arahnya.

"Apa itu mereka?"

"Benar, Putri. Kita harus segera duduk," kata si pelayan dan Putri Sally langsung menduduki tempat yang sudah disediakan untuknya. Bertepatan dengan tempat Putri Quanda di sebelahnya.

"Selamat datang di Istana Kumbang, Pangeran Salman," ujar Raja Albert sembari menjawab tangan tamunya.

"Terima kasih karena sudah mengundangku, Yang Mulia," balas Pangeran Salman.

Raja Albert duduk di singgasananya bersama Ratu Aubrey di sebelahnya. Sedangkan Pangeran Salman duduk di tempat yang telah disediakan. Tempatnya bersebrangan dengan tempat kedua putri.

"Kak, menurutmu dia tampan?" tanya Putri Quanda penasaran.

"Entahlah. Aku berharap dia memiliki bulu lebat di sekitar rahangnya. Bukankah dia keturunan Mesir?"

"Kudengar begitu, tapi entahlah."

"Putri, harap diam," tegur kepala pelayan yang mendengar bisikan kedua putri itu.

Putri Sally dan adiknya sontak diam. Acara mendadak menurut Putri Sally ini segera dimulai. Putri Sally tidak begitu menyimak apa yang disampaikan oleh pejabat istana. Ia hanya terus menatap pria yang bersebrangan dengannya. Putri Sally sangat penasaran.

"Seperti janjiku kepada Pangeran Salman, lamaran akan diterima saat Putri Sally sudah dewasa. Dan waktu itu telah tiba. Kini aku serahkan semuanya kepada putriku."

Semua mata kini memandang Putri Sally. Sedangkan ia kebingungan dan menatap ke arah Ratu Aubrey yang tersenyum sambil mengangguk pelan padanya.

Dengan rasa bingung yang masih terjebak pada wajahnya, Putri Sally berujar dengan pelan, "bisakah aku melihat wajahnya? Aku tidak bisa memutuskan mau atau tidak disaat setengah wajahnya masih tertutup kain seperti itu."

SHORT STORY NEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang