"Fal, aku bareng ke kampus ya. Aku lagi gak enak badan juga mau nyetir."
Zara sudah siap untuk berangkat ke kampus. Sedangkan Naufal baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil yang menggantung di lehernya. Sedangkan tubuhnya dibalut kimono handuk berwarna hitam.
"Pakai celana," kata Naufal tanpa menatap Zara yang duduk di tepian kasur menghadap ke arahnya.
"Hah?"
Naufal berlalu ke walk in closet, lalu keluar lagi dengan 1 celana jeans berwarna biru tua. Ia melemparnya ke atas pangkuan Zara masih dengan wajah datar tak ramah sama sekali.
Zara yang tidak ingin mengenakan celana itu sontak menolak. Naufal menoleh seketika dan melempar kesal handuk kecil yang kini ia pegang. Kain itu teronggok di lantai dan ia melangkah lebar mendekati Zara.
"Jangan bikin gue emosi pagi-pagi begini, Zara," desis Naufal sambil mencengkram rahang Zara.
Zara menahan napas. Setelah 2 bulan bersama, ini pertama kalinya Naufal mengatur pakaiannya. Biasanya Zara bebas mengenakan apa pun yang ia mau. Kenapa lelaki itu tiba-tiba berubah? Apa semalam Naufal merasa tidak puas? Tidak. Zara sangat ingat bagaimana cairan lelaki itu begitu deras memenuhi rahimnya. Hal yang membuktikan Naufal sudah sangat terpuaskan.
"Fal, pakaianku terbilang sopan."
Naufal mengeraskan rahangnya mendengar nada protes dari sang istri. Ia tidak habis pikir kenapa Zara tidak ada rasa takut padanya. Gadis itu sudah sering kali Naufal kasari, tapi ia selalu saja membantah apa yang Naufal perintahkan.
"Lo mau gue perkosa depan anak kampus?"
Zara menelan ludah. Bayangan gila bagaimana Naufal akan nekat melakukannya seketika membuatnya bergidik ngeri. Dengan langkah tergesa menuju walk in closet, Zara akhirnya mengganti rok selutut yang ia gunakan dengan celana panjang.
Zara selesai. Ia keluar dan menemukan Naufal tengah memasang kancing kemeja. Celana panjang lelaki itu sudah terpasang di kakinya tapi risleting dan pengaitnya masih terbuka. Zara mendekat, lalu mengambil tugas untuk membantu Naufal.
Naufal diam saja memperhatikan apa yang Zara lakukan. Ia menatap wajah cantik Zara sambil menelan ludah. Saat gadis itu mendongak, Naufal membuang muka sambil mengeraskan rahangnya.
Selesai dengan penampilan Naufal, Zara lebih dulu keluar dari kamar. Ia berlalu menuju dapur di lantai bawah. Ia belum sarapan dan Naufal juga sama. Zara membawa bekal saja untuk bisa mereka nikmati di perjalanan.
"Buruan!"
Zara tersentak dan buru-buru untuk keluar dari dapur. Ia mengikuti langkah Naufal menuju mobil. Setelah Zara duduk dan mengenakan sabuk pengamannya, Naufal mulai meninggalkan rumah.
Di perjalanan, Zara membuka kotak bekalnya. Ia meraih sendok yang memang hanya 1 ia bawa. Zara menyuapi Naufal nasi goreng yang ia masak sendiri. Ada telur ceplok kesukaan lelaki itu juga.
Naufal menerima dengan tenang meski matanya tetap fokus menatap jalanan di depan sana. Mulutnya mengunyah dan terus terbuka menerima suapan demi suapan dari Zara.
Zara sudah kenyang hanya dengan beberapa suapan. Sisanya Naufal yang menghabiskan. Zara juga mengangsurkan minum untuk Naufal. Semua yang mereka nikmati itu bekas bibir berdua.
Beberapa menit kemudian mobil Naufal tiba di parkiran kampus. Zara lebih dulu hendak keluar tapi Naufal menahan lengannya. Lelaki itu menarik Zara dan mengatur sandaran kursi menjadi rendah, lalu mendorong Zara untuk terbaring.
Zara panik. Ia menahan dada Naufal dan menggeleng dengan pandangan memohon. Naufal tidak peduli, ia tetap meraup bibir Zara dengan kasar sehingga lipstick merah muda yang gadis itu pakai belepotan. Bahkan sampai menempel juga di bibirnya sendiri.
Zara terengah ketika Naufal menyudahi cumbuannya. Meski tidak membalas dengan sama agresifnya, Zara tetap saja kewalahan. Ia kembali duduk dan meraih tisu untuk membersihkan bibir Naufal.
Naufal mengulurkan tangan untuk membuka kancing kemeja Zara membuat gadis itu kembali panik. Ia sengaja tidak menahan tangan Naufal karena tidak mau membuat lelaki itu marah. Bahkan saat ia menolak, tidak aka nada artinya.
Naufal berhasil membuka beberapa kancing kemeja Zara. Ia mengulurkan tangan dan menarik bra gadis itu untuk menurunkan cupnya. Wajah Naufal kembali mendekat dan kini melahap sebelah payudara Zara dengan rakus.
Zara hanya bisa menggigit bibir sambil menatap liar ke sekeliling parkiran. Ia takut kalau ada yang mengetahui perbuatan mereka di dalam mobil.
"Nghhmm..."
Naufal menyudahi hisapannya, lalu menatap wajah Zara yang kini memerah. Ia membiarkan Zara merapikan kembali penampilannya sebelum benar-benar keluar dari mobil.
***
"Kamu udah bicara dengan Zara soal ini?"
Langkah kaki Zara terhenti saat ia hendak memasuki ruang tengah di rumah orangtuanya. Ia mendengar ayahnya menyebut namanya. Zara tidak ingin mengganggu. Ia berbalik dan siap melangkah saat suara ibunya terdengar menyahut.
"Belum. Tapi aku yakin Zara gak akan nolak. Buktinya dia bertahan dengan Naufal meskipun tahu sikap kasar lelaki itu."
"Tapi mau sampai kapan kita bohong? Orangtua Naufal makin nuntut agar anaknya nikah lagi. Perkara keturunan."
"Kamu yakin Zara subur? Aku gak bisa kehilangan kerjasama ini."
"Mas, sabar. Zara masih muda juga. Kamu mau gimana supaya dia hamil? Kita gak bisa control semuanya."
"Kalau Zara gak bisa hamil bulan ini. Naufal benar-benar akan menikahi gadis lain," jelas ayah Zara.
"Zara gak akan masalah kalau di madu," kata ibunya.
Zara merasakan dadanya sesak. Detak jantungnya juga meningkat begitu cepat. Jadi, ia hanya objek untuk pekerjaan ayahnya? Orangtunya ternyata sama saja dengan orangtua Naufal.
"Kamu ini. Mentang-mentang Zara bukan anak kandung kita, bisa seenaknya," ucap sang ayah.
"Kamu juga, Mas. Kita sama, jadi jangan salahin aku soal ini. Lagian dia malang banget, ibunya jadi tumbal dan sekarang dia juga bakal sama."
"Tapi kamu yakin kan kalau Naufal gak ada perasaan ke Zara?"
"Yakin. Sandiwara Naufal itu sudah terbongkar sama aku. Tenang aja. Mau dia pura-pura baik di depan semua orang, aku gak bakal ketipu lagi. Zara juga bodoh."
"Yasudah. Kita tunggu aja kabar kehamilan dia baru mikir lagi gimana ke depannya. Kalau sampai Zara gak hamil dan Naufal ternyata punya perasaan ke dia, Naufal pasti nolak dinikahkan lagi. Bisa-bisa tumbalnya kamu sama ibu Naufal."
Saat itulah Zara merasakan seseorang menarik pinggangnya dan mendekapnya sehingga ia tidak lagi mendengar dengan jelas apa yang dibahas oleh kedua orangtuanya di dalam sana.
Zara merasakan matanya panas. Aroma wangi yang ia kenali kini memenuhi rongga hidungnya. Naufal tengah mendekapnya dengan erat. Lelaki itu menatap ruang tengah dengan perasaan benci. Sejak awal ia tahu maksud orangtuanya begitu saja menyetujui pernikahannya dengan Zara. Gadis yang ia bawa secara paksa untuk menjadi calon istrinya.
***
Gatau ini gimana. Req cerita dari pembaca. Tumbal2. Maminces mau numbalin perasaan boleh gak nih?
Btw, pre order ditunggu sampai pukul 00.00 WIB malam ini ya sayang.
Vol.11 2022 udah ready di Karyakarsa. Yg mau beli per judul silakan ke sana.
Lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...