Tidak ada perempuan yang akan menolak pesona pria tampan nan rupawan. Apalagi pria itu juga matang dalam segala hal. Pengertian serta baik hati adalah nilai tambahannya. Begitu pun bagi Vanlia.
Gadis cantik itu menyukai kerendahan hati atasannya. Selain wajah tampannya, pria yang Vanila kagumi diam-diam itu juga murah senyum dan penuh pengertian akan karyawan yang bekerja di bawah pimpinannya.
"Bu Illa, ini laporan yang dibahas bapak kemarin. Sudah saya perbaiki sesuai denga napa yang bapak sampaikan. Tapi tolong dicek lagi ya, Bu," mohon seorang gadis muda menatap Vanilla dengan wajah memelas.
Vanilla tersenyum ramah. "Oke. Saya cek dulu ya."
Gadis itu mengangguk semangat. "Terima kasih, Bu. Saya izin kembali ke meja buat lanjutin kerjaan saya."
Vanilla mempersilakan gadis itu berlalu. Ia fokus mengecek ulang laporan yang dibahas atasan mereka saat rapat kemarin. Memang ada kesalahan fatal pada laporan tersebut. Tapi atasan mereka tidak marah. Ia malah memberikan saran serta masukan yang membuat karyawannya berdecak kagum.
Hal seperti itu tidak pertama kalinya terjadi. Belum pernah sekali pun mereka melihat atasan mereka lepas kendali akan emosinya. Sikap dan sifat itulah yang membuat mereka betah bekerja di sini.
"Siang, Illa."
Sapaan ramah itu membuat Vanilla mendongak dan tersenyum. Ia segera berdiri dari duduknya, kemudian menunduk sopan.
"Sultan ada di dalam?" tanya wanita itu.
"Maaf, Bu, bapak lagi keluar."
"Ke mana?"
Vanilla meringis. "Gak dikasih tau mau ke mana, Bu, soalnya bukan urusan kerjaan."
Wanita di depan Vanilla menghela napas panjang. Ia menatap kotak bekal di tangannya, lalu beralih pada Vanilla.
"Kamu udah makan siang?" tanyanya.
"Belum, Bu."
"Bagus. Ayo ke dalam. Makan siang sama saya."
Ajakan itu belum sempat Vanilla respon karena wanita di depannya lebih dulu berlalu memasuki ruangan atasannya. Vanila segera meninggalkan mejanya, kemudian menyusul wanita itu.
"Dia pergi sendiri?"
"Iya, Bu."
Vanilla membantu wanita itu menata kotak bekal ke atas meja. Setelahnya, mereka mulai menyantap makan siangnya.
"Gimana?"
Kepala Vanilla mengangguk menikmati sensasi makanan di dalam mulutnya.
"Enak banget. Saya suka bumbu masakan Bu Elsha. Gak pernah mengecewakan."
Pujian itu membuat wanita bernama Elsha tertawa. Ia menambahkan beberpa lauk ke tempat makan Vanilla.
"Kamu harus banyak makan biar lebih berisi."
Vanilla tertawa. Ia memiliki tubuh yang sulit gemuk. Mau sebanyak apa pun Vanilla makan, tidak akan berdampak pada tubuhnya.
"Kuliah kamu gimana?"
"Lancar, Bu. Nunggu sidang aja."
"Cepat ya. Rasanya baru kemarin kamu cerita mau lanjutin S2. Sekarang udah mau selesai aja."
"Saya yang jalanin rasanya lama banget, Bu."
Elsha tertawa. "Selagi muda, kejar karir dan pendidikan setinggi mungkin. Apalagi anak-anak muda kayak kamu yang punya otak pintar. Jangan sampai sia-sia."
Vanilla mengangguk setuju. Ia yang bukan terlahir dari keluarga kaya saja ingin sekali melanjutkan sekolah kembali ke jenjang yang lebih tinggi. Apalagi mereka yang sekolah tanpa harus memikirkan biaya. Pasti rasanya menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...