#27. perihal penyesalan dan si bentala

314 31 0
                                    

"Banyak buku yang aku baca, dan Kalimat yang sama kadang terulang. Tentang penyesalan yang datang di akhir."
"Lalu di sambung dengan candaan, 'kalau di awal namanya pendaftaran, haha'."

•••

Hari ini ulangan terakhir. Berarti mereka akan segera naik ke kelas akhir dan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Bel tanda waktu ujian selesai pun telah terdengar. Semua murid kian berhamburan keluar, ada juga beberapa yang masih membereskan barang-barang atau melaksanakan piket.

Metasha termasuk ke opsi pertama. Ketika semua buku itu sudah masuk, slerek tas ia tarik agar tas menutup. Menggendong nya di bahu seraya beranjak keluar kelas dengan sesekali berpamitan dengan yang masih ada di kelas.

Hari ini tujuannya adalah pemakaman. Iya, kalian sudah pasti benar jika yang kalian pikirkan adalah pemakaman milik adik Kim Sunghoon, Kim Sunoo.

Seperti biasa, dia akan mampir ke toko bunga dan membeli bunga seperti yang sering dia lakukan. Namun bedanya kali ini adalah bunga yang Metasha beli.

Kali ini Metasha membeli bunga tulip kuning dan Daisy, dia tetap membeli Daisy karena Sunoo menyukainya juga artinya yang sangat indah.

Tak banyak pembicaraan yang terjadi di toko. Metasha sungguh lelah, namun ia tak mau langsung pulang kerumah. Dia ingin bercerita kepada Sunoo walau akhirnya tetap, ceritanya berakhir tanpa sebuah balasan.

Setelah selesai dan tidak akan ada lagi yang ia beli, segera lah ia taruh bunga itu dikeranjang sepedanya lalu mulai mengayuh cepat pedal tersebut.Perjalanan nya tak lama, hanya beberapa menit.

Begitu Metasha sampai disana, dia masih belum turun dari sepeda nya. Metasha hanya terpaku pada sepeda motor ninja hitam, sepeda motor itu mirip sekali dengan kepunyaan Sunghoon hadiah dari Taehyung, ayah Sunghoon dan Sunoo.

Mereka gak cuma memproduksi satu kali, tepis Metasha dalam batinnya.

Namun saat tinggal beberapa langkah lagi, Metasha berhenti. Tepat disamping pohon dekat pusara Sunoo Metasha terdiam mematung menatap punggung seseorang yang cukup familiar.

Punggung itu seperti milik Sunghoon. Iya, Sunghoon. Dia tak keliru, karena dirinya sudah cukup hafal dengan postur punggung pemuda yang kerap kali ia temui saat tengah berkunjung ke rumah Jian.

Sekarang Metasha berada di tengah kebingungan antara memilih kembali dan kesini lagi esok harinya atau tetap menunggu hingga Sunghoon pergi. Namun sepertinya pilihan kedua tidak mungkin, jadilah ia memilih berbalik sebisa mungkin tanpa suara agar tak mengganggu Sunghoon.

Namun nyatanya pemuda itu sudah mengetahui keberadaan nya. Metasha pun jujur terkejut saat Sunghoon memanggil namanya. "Metasha?"

Metasha tak jadi berbalik, namun juga bingung apakah ia harus menjawab panggilan Sunghoon atau tidak.

Metasha menghembuskan nafasnya pelan. Oke, ia akan menjawab panggilan itu. "Iya..?" Jawab Metasha, walau ragu mendominasi jawabannya.

Pemuda dihadapannya itu tersenyum, walau samar Metasha masih bisa melihatnya. "Ah, ternyata benar. Gue kira salah orang."

Metasha tersenyum tipis, "saya kira, kakak tidak tahu nama saya."

"Gue tahu, Sunoo yang bilang. By the way, ngobrol sama gue santai aja, oke?" Dari nada bicaranya terlihat bahwa dirinya baik-baik saja. Tapi matanya menyiratkan sebaliknya.

goodbye noo (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang