Hallo..
Selamat membaca.
Cerita ini bakalan ringan konflik karena berisi kisah cinta anak SMA.
•
•
****Hari yang sangat cerah Ayuni berangkat dengan Ken karena pagi-pagi sekali dirinya sudah nongkrong di depan rumah Ayuni.
"Pagi banget kak?" Tanya Ayuni
Ken mengangguk
"Iya, Bu Etty mau kasih materi terakhir untuk besok." Jawab Ken lalu menyalakan mesin motornyaTanpa ba-bi-bu Ayuni naik ke jok belakang motor Ken. Ayuni tidak perlu membawa helm karena Ken sudah menyiapkan dari rumah, helm berwarna kuning dengan kaca datar.
Mengendarai motor di pagi dengan udara yang masih sangat segar membuat keduanya terlena oleh suasana pagi ini. Roda motor berputar dengan sedikit lambat.
Embun pagi juga masih terasa dingin dengan semilir angin sepoi. Walaupun Ayuni menggunakan sweater tetap saja hawa dingin masih sedikit terasa menusuk kulit tangan Ayuni.
"Dingin ya?" Ken berucap dengan nada lembut
Ayuni hanya mengangguk. Kedua tangan nya ia gosok-gosok pelan untuk menyalurkan hawa hangat ke tubuhnya agar sedikit lebih baik.
Entah sebanyak apa materi yang akan di berikan oleh Bu Etty hingga keduanya di anjurkan berangkat pagi-pagi.
"Kak Ken, kok roda nya kaya kelok-kelok gitu?" Ujar Ayuni karena merasakan sesuatu yang tidak beres dengan roda Motor Ken.
Ken meminggirkan motor nya untuk memeriksa keadaan roda motor yang sepertinya tidak beres. Padahal dua hari lalu baru sama keluar dari bengkel akibat kecelakaan kecil yang Ken alami.
"Ban nya kempes," Ucap Ken setelah mengecek ban belakang motornya.
Ayuni mengangguk
"Cari bengkel yuk kak buat pompa. Urusan Bu Etty gampang deh." jawab Ayuni lalu mulai mendorong motor Ken dari belakang dengan posisi Ken memegang stir."Ayuni nanti kamu capek. Biar saya aja." Ujar Ken karena melihat bulir-bulir keringat mulai membasahi jilbab nya.
Ayuni menggeleng kuat
"Ga boleh gitu, kita harus sama sama dorongnya." Jawab AyuniSetelah sepuluh meter berjalan akhirnya mereka menemukan bengkel yang sudah buka di pagi seperti ini. Bapak bengkel yang hanya menggunakan kaos dalam dan celana sebatas lutut tidak terlihat kedinginan padahal udara masih sangat dingin.
Kenan menstandarkan motornya tepat di depan bengkel bertulisan kan bengkel bapak ganteng.
"Permisi pak, saya mau pompa ban bisa?" Kenan berucap setelah menemui bapak bengkel yang sedang sibuk menyapu
Pak ganteng mengangguk lalu memasang kompresor udara ke ban belakang motor Kenan dan mulai mengisi udara ban.
"Pagi-pagi sekali mas berangkat nya?" Tanya bapak bengkel
"Iya pak, ada urusan dengan guru." Jawab Ken dengan Alon.
Sepuluh menit kurang mengisi udara akhirnya selesai juga. Bapak bengkel tersebut menolak di beri ongkos mengisi angin dengan alasan wong cuma ngisi udara kok, udah gausah bayar. Tapi Ayuni tetap kekeuh memaksa Ken untuk membayar nya karena belum ada pelanggan satu pun, hanya mereka saja yang pertama.
Motor yang di kendarai Ken melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan untuk mengejar waktu karena mereka sudah terlambat menemui Bu Etty selaku pembimbing persiapan olimpiade esok hari.
Sesampainya disekolah mereka bergegas menuju ruang bimbingan belajar untuk menemui sekaligus mempelajari materi terakhir untuk di lombakan. Terhitung ada dua puluh lima sekolah yang mengikuti olimpiade matematika.
Setelah mengambil dan di beri penjelasan panjang oleh Bu Etty, Kenan dan Ayuni bergegas menuju tempat belajar indoor yang berada di sebelah perpustakaan sekolah. Tempat itu memang di gunakan untuk berbagai macam kegiatan belajar karena tempat nya yang lumayan sepi dan menyatu dengan alam.
Untuk hari ini dan besok Kenan juga Ayuni di berikan dispen tidak mengikuti pelajaran seperti hari biasa karena harus fokus.
•••••
Disisi lain Akala dan Gradi sedang menikmati sarapan di kantin sekolah sebelum bel masuk berbunyi. Tidak hanya mereka berdua ada Giska dan juga Artha yang duduk satu meja dengan mereka.
"Kal, kemaren si Ayuni nyariin Lo tuh," Giska berucap dengan pelan
Akala menatap mata Giska dengan tatapan bertanya sekaligus kurang yakin
"Kenapa nyariin gue?" Tanya AkalaGiska menghedikkan bahu nya acuh menjawab pertanyaan Akala barusan. Artha hanya mendengarkan.
Gradi menyeruput teh hangat
"Kemarin gue liat dia bawa permen kesukaan lo." Ucap Gradi santaiAkala membelalakkan matanya tak percaya
"Iya?" Akala terlampau kepo dengan topik pagi ini.Giska dan Gradi kompak menganggukkan kepala. Artha melihat tatapan binar Akala menjadi sedikit cemburu karena ia terlihat excited dengan topik yang menjurus kepada Ayuni, adik kelasnya itu.
"Emang lo kemana?" Tanya Giska
Akala nampak berfikir sejenak
"Duduk sama Gradi di taman sebelah lapangan deh kayanya.""Iya! Lagi patah hati kemaren." Sanggah Gradi sembari terkekeh geli membayangkan isi curhatan Akala yang sangat sangat gemas.
Akala melayangkan tepukan kecil pada kedua bibir Gradi
"Berisik! Gradi boong." Ungkapnya menyakinkan Giska dan Artha yang menatap matanya terkejutArtha kembali mengepalkan tangan.
"Tha!" Giska menepuk pundak Artha, "Lo kenapa bengong?" Tanya nya bingung
Artha gelapagan karena terpergok bengong sembari mengepalkan tangan
"A-ah, gue gapapaa." Jawab Artha dengan gaguMereka berempat menghentikan pembicaraan karena bel berbunyi, Bertepatan juga dengan sarapan pagi sudah habis. Langkah kaki mereka beriringan menuju kelas sebelah IPA 2 yang terletak di lantai dua.
Koridor sekolah sudah lumayan sepi karena siswa Maupun siswa sudah banyak beranjak masuk ke kelas.
Di tengah perjalanan Akala berhenti mendadak membuat Gradi ikut menghentikan langkahnya.
"Kok berenti anjirt? Udah bel ini."Akala tetap diam sembari menatap tempat di sebelah perpustakaan yang terlihat dari koridor lantai satu. Sekarang Gradi tahu apa sebab Akala berhenti mendadak begini,
Ternyata karena sang pujaan hati sedang menyiapkan beberapa kertas berdua dengan Kenan, angkatan mereka yang berasal kelas mereka. Kegiatan mereka di isi dengan tawa keduanya.
Gradi merangkul pundak Akala memberi kekuatan agar kuat seperti ultraman
"Gapapa, ayo masuk. Udah bel nanti l di kasih siraman maut Pak botak loh," Ujar GradiAkala tetap tak bergeming, tatapan matanya masih tertuju oleh Kenan juga Ayuni.
"Kal!" Sentak Gradi kencang di telinga Akala
"Apa sih!" Ketus Akala
Tanpa berpikir panjang Gradi segera menarik tangan Akala menjauh dari jangkauan pandangan yang terdapat Ayuni juga Kenan. Ia harus menyelamatkan si pria berhati tulus ini agar tidak patah hati melihat kegiatan tadi.
Terlebih bel juga sudah berbunyi dan mereka harus segera masuk sebelum guru BK merajah mereka dalam ruangan pengap beraura mistis. Gradi yakin siapapun yang masuk ke dalam situ, keluar-keluar mimik wajahnya aman berubah takut dan masam.
Soalnya Gradi pernah sih. Jadi ga heran.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKALA [On Going]
Short StoryPernah dekat dengan seseorang yang memiliki kepekaan tinggi? Jika pernah, seperti yang dirasakan Ayuni, di jadikan ratu oleh pria yang baru ia kenal ketika SMA. Di perlakukan layaknya seorang yang amat berharga, tidak boleh di sentuh sembarangan dan...