8. Bekal dan Balon

17 5 0
                                    

HALLO GAES
SELAMAT MEMBACA
________________


Dari tadi pagi Ayuni masih sibuk mencari dasi dan kaus kaki. Hingga kini kamarnya sudah tak berbentuk,
"Aish, mana si dasi gue." dirinya bermonolog sembari mengobrak-abrik tempat biasanya dia menyimpan dasi

Membongkar setiap tempat di tanpa memperdulikan keadaan yang sudah berantakan.

Ayuni menghela nafas lelah setelah hampir sepuluh menit mengobrak Abrik isi kamarnya lalu keluar menuju meja makan tanpa mengenakan dasi

Bruks!

Ayuni terduduk di lantai, tas dan sepatu yang ia jinjing terlempar ke belakang. Lia dan Luffy melongo kaget mendengar suara jatuh sembari memandangi Ayuni.

Luffy tertawa kencang tanpa berniat membantu, dirinya sudah ngakak brutal hingga menyemburkan sarapan paginya

Ayuni berdecak sebal
"Bantuin kek malah ngakak aja Lo!" Ucapnya sembari bangkit dan memberi pelototan tajam kepada Luffy

Ayuni mendudukkan dirinya di sebelah Lia untuk menikmati sarapan sebelum berangkat sekolah. Disitu sudah tersaji makanan dan pencuci mulut yang sangat menggugah selera,

Tangannya menyendok kan satu centong nasi goreng lengkap dengan susu dan buah pisang.

******

Ayuni meletakkan tas nya asal ke bangku yang ia tempati lalu mengambil sapu untuk memulai piket rutin seminggu sekali membersihkan kelas serta membuang sampah yang sudah penuh di dalam tong.

Di mulai dari belakang kelas hingga depan kelas. Entah mengapa hari ini si manusia-manusia yang piket belum berangkat sampai Ayuni sudah selesai membersihkan seluruh bagian kelas.

Tangannya memungut sisa sampah yang tidak tertampung dalam tong untuk ia dedet agar muat untuk di buang ke bak sampah besar yang ada di belakang sekolah

Tok! Tok! Tok!

Suara sepatu pantofel beradu dengan lantai terdengar saat Ayuni melewati koridor sekolah yang lumayan sepi karena memang hari masih lumayan pagi,
Dirinya juga lupa membawa bekal karena masalah dasi tadi pagi yang hilang entah kemana.

Mungkin nanti ia akan makan di kantin sebelum melakukan latihan PMR.
Ayuni akhirnya sampai di belakang sekolah lalu menumpahkan sampah setelah itu kembali ke kelas untuk tidur pagi sebelum pelajaran dimulai

Dor!

Suara balon meledak terdengar di telinga Ayuni ketika dirinya sudah sampai di depan pintu kelas

"Selamat pagi Ayuni!"

Ia berbalik badan dan tersenyum melihat kehadiran pria didepannya. Sangat ribet dengan satu tangan membawa kotak bekal berwarna hitam putih lengkap dengan sendok dan botol air. Satu tangannya lagi membawa tusuk balon yang tadi meledak

Pria itu ikut tersenyum
"Ini buat Ayuni," Ucapnya sembari menyodorkan bekal tersebut

"Tapi balonnya meledak." Tambahnya sembari terkekeh kecil

Mata Ayuni memandang haru
"Ish, kak Kala gausah repot-repot," jawab Ayuni segan menerima uluran kotak bekal itu. Dari bau nya saja sudah sangat enak, pasti isinya sangat menggugah selera.

"Gapapa," ia menarik pergelangan tangan Ayuni lalu di letakkan bekal itu pada telapak tangan nya, "Buat Ayuni biar ga telat makan."

Ayuni terpaksa menerima bekal itu
"Terimakasih banyak kak Kala."

******

Latihan PMR pertama tanpa kehadiran Gradi Buna sang ketua PMR yang banyak di segani oleh anggotanya tak terkecuali Ayuni yang sudah mengenalnya sejak SMP terasa sedikit sepi.

Ayuni memilih duduk di tengah-tengah anggota lainnya agar tidak terlalu jauh dan tidak terlalu terlihat oleh kakak kelas di depan yang sedang menyiapkan beberapa kebutuhan latihan.

Hari ini sudah memasuki fase praktek terkhusus untuk anggota yang tidak terpilih kemarin agar lebih paham dan mampu mengikuti event tahun depan supaya merasakan bagaimana sih rasa nya ikut lomba.

Ayuni mendapatkan bagian di P1 yaitu bagian pinggang kebawah. Untuk menangani pasien yang patah tulang kaki, pergelangan kaki, dsb nya. Intinya bagian pinggang kebawah lah.

Latihan P1 di bimbing oleh kak Artha Gading, kakak kelas perempuan yang lumayan judes dan kurang di sukai oleh Anggota adik kelasnya. Tapi ya yang namanya belajar harus menerima siapapun pengajarnya.

Kami di diajari dengan urut dari mulai cara menangani A sampai dengan Z. Banyak sekali rangkaian nya sampai Ayuni terkadang bingung dan kurang paham.

Latihan di istirahatkan sejenak setelah setengah jam lebih berkegiatan. Ayuni mengambil kotak bekal dan botol air minum pemberian Akala untuk ia makan di sudut gedung seni,

Bukan mau menyendiri tapi memang hanya di sudut ruangan lah yang ada kursi semen panjang yang menempel pada tembok ruangan.

Tangan Ayuni masih ragu untuk membuka kotak bekal itu karena masih segan saja. Dia jadi memikirkan apakah Akala sudah makan atau belum? Padahal dirinya yang sibuk kesana kemari sedari tadi karena di beri tanggung jawab oleh Gradi untuk menggantikan nya beberapa hari.

Tangan Ayuni mengetikkan pesan singkat kepada Akala, bertepatan dengan Akala yang sedang online WhatsApp

Kak Akala

|Kak Kala dimana?

|Di relung hati kamu

Jawabannya tidak sesuai dengan apa yang Ayuni inginkan. Dirinya jadi senyum sendiri membaca pesan balasan Akala yang nyaris membuatnya oleng menubruk tembok.

|Cieee senyum-senyum

Ayuni melotot melihat pesan yang dikirim Akala. Pasti dirinya tidak jauh dari Ayuni, terbukti ketika Ayuni senyum-senyum sendiri dirinya bisa melihat

|Serius kak!

|Di ujung sebelah kanan kamu.
|Saya kesana sekarang deh

|Oke kak.

Tidak lama kemudian Akala datang dengan senyum merekah lebar. Dirinya menenteng tas ransel dan beberapa papan keperluan latihan.

"Kenapa nyariin saya?" Tanya nya ketika sudah duduk di sebelah Ayuni sembari menata papan itu agar tertumpuk menjadi satu

Ayuni menggeleng
"Gapapa, cuma mau bilang makasih bekalnya,"

Akala mengangguk memberi dua jempol
"Makan gih saya tungguin bentar lagi kita mulai latihan."

Ayuni membuka tutup bekalnya dengan hati hati
"Waduh ini mah banyak banget kak. Ayuni ga habis dong." Ucap Ayuni dengan ekspresi wajah sedikit terpukau melihat isi bekal pemberian Akala.

"Yaudah berdua." Jawabnya

Badan nya menghadap Ayuni, tangan kananya memutar tubuh mungil gadis di sampingnya nya agar berhadapan.

Akala membuka mulut
"Suapi." Ucapnya gamblang

Ayuni mendengus
"Dih, mau modus." Ucap Ayuni sambil meneplak pundak Akala membuat sang empu terkejut dan menutup mulutnya


TBC.

*
*
*
First chapter tanpa oret-oretan karena males dan kurang enak badan.

Silahkan tulis kritik dan saran yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan agar tidak menyinggung perasaan saya karena saya ini manusia gampang overthinking

Saya sangat butuh itu
and thanks for reading.
Jangan lupa vote untuk mendukung cerita saya.

Pamit ya..

See youuuuuuuuu ayang!!

AKALA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang