37

870 60 0
                                    

PLAKK

Suara tamparan dariku berbunyi dengan begitu nyaring, dan bahkan aku  semakin shock saat tamparan dariku menimbulkan sedikit kemerahan disudut bibir pria itu.

Ingin aku mengatakan 'I'm sorry' tetapi aku sekuat tenaga menahan kalimat itu keluar dari mulutku. Isn't my fault! He kisses me! Dan tentu saja tamparan dariku itu begitu refleks.

Tubuhku bergetar dengan kuat saat pria itu mengangkat wajahnya dan menatapku dengan tajam tetapi juga begitu intens. Apa yang akan terjadi padaku? Berbagai pikiran negatif memenuhi otakku sekarang.

Air mataku mulai menetes lagi dan lagi saat pria itu mendekatkan tubuhnya semakin dekat kearahku. "Please, don't touch me." Lirihku dengan begitu lemah.

Sepertinya kalimatku sama sekali ia tidak perdulikan, tubuhnya semakin dekat hingga wajah pria itu hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajahku.

Aku terisak kencang dan hanya bisa menutup kedua mataku. Badanku masih begitu lemas sekarang, entah cairan apa yang pria itu suntikkan padaku. Efeknya terlalu kuat dan kurang bisa di toleransi oleh sistem tubuhku.

Entah apa yang terjadi, sudah hampir satu menit aku menutup mata dan tidak ada apapun yang terjadi. Tetapi aku bisa merasakan wajahnya masih berjarak beberapa sentimeter dariku.

"I'm sorry for making you cry."

DEG

Kalimat yang pria itu ucapkan membuat aku sama sekali tidak habis pikir. Apalagi ia mengucapkan itu dengan begitu lembut.

Aku bisa merasakan tangannya yang hangat mengusap pipiku yang sudah begitu basah.

"Open your eyes."

Lagi-lagi ia mengucapkannya dengan begitu lembut, bahkan tangan besarnya masih mengelus pipiku. Oh gosh! Aku tidak akan membuka mataku seperti yang ia minta.

"Open your eyes."

I ignored him! Aku tetap kekeuh menutup mataku, tidak ingin menatap wajahnya yang hanya berjarak sangat dekat dengan wajahku.

"Please. Jangan buat aku memaksa kamu."

Kali ini tangan besarnya sudah berpindah mengelus bibir atas dan bawahku. Oh my god! Dengan sangat terpaksa aku membuka mataku lalu menepis tangannya dengan cepat.

He smile!

So handsome!

I couldn't deny!

"Good girl."

So silent!

Aku tidak membuka mulutku dan tidak mengucapkan apapun, begitupun dengan pria itu. Ia hanya menatapku. Entah apa arti dari tatapannya itu. Begitu datar tetapi aku bisa melihat ada emosi dari tatapan matanya.

Jantungku bermarathon kuat saat ia melepaskan ikatan dasinya dan.....

Hal yang ia lakukan sangat tidak terduga. Ia mengenggam tanganku yang mengeluarkan banyak darah akibat jarum infus yang terlepas negitu saja dari tanganku.

Pria itu mulai melilitkan dasinya di punggung tanganku dengan begitu hati-hati seperti ia takut aku kesakitan.
Well... memang sakit rasanya tetapi aku tidak ingin menunjukkan hal itu dihadapannya.

"Wait here. Aku akan memanggil dokter Robert untuk memeriksa kamu."

Aku membulatkan mataku saat ia mengecup punggung tanganku yabg terbalut dasi itu begitu lembut.

Pria itu menatapku sekilas lalu berdiri dan berjalan menuju keluar kamar ini.

Aku menyingkap selimut yang menutupi tubuh bagian bawahku dan berjalan cepat dengan sisa tenaga yang aku miliki.

Satu yang aku tuju! Pintu itu! Ya! Aku akan kabur dari tempat ini, sekarang juga. Dan sialnya pintu kamar ini terkunci dengan sempurna.

Well... aku tidak akan berteriak meminta tolong karena aku yakin 100% tidak akan ada yang berani membuka pintu ini kecuali atas perintah pria itu.

Tidak ingin putus harapan, aku melihat kain jendela besar yang menutupi seluruh bagian dinding kamar ini yang tidak jauh dari sisi kanan ranjang itu. Aku berjalan cepat dan memyingkap kain yang menutupi dinding itu, dan ya..... sesuai dugaanku, dinding ini terbuat dari kaca dan aku melihat sebuah balkon besar dengan beberapa sofa tepat di balik dinding kaca ini.

Klik....

Thank God! Pintu kaca yang terletak di sudut kiri yang menghubungkan kamar ini dengan balkon tidak terkunci sama sekali.

Aku bisa merasakan angin yang berhembus kencang dan terasa begitu dingin menembus kulitku. Bahkan lantai balkon ini terasa seperti es karena aku tidak memakai alas kaki sama sekali.

Aku menatap keadaan sekitar, hari sudah larut dan aku menatap langit yang tidak lagi berwarna hitam, melainkan berwarna abu-abu yang menandakan saat ini sedang mendung. Aku bisa melihat pepohonan tinggi yang menjulang berjarak kira-kira seratus meter dari posisiku sekarang.

Oh my God! Jangan katakan mansion ini berada di dalam pegunungan dengan hutan terpencil. Dan sialnya, kamar ini berada di lantai dua dan itu artinya aku harus melompat agar aku bisa kabur dari sini.

DUARR

Guntur berbunyi dengan cukup keras yang menandakan hujan akan turun sebentar lagi.

Tidak ingin membuang waktu, step by step aku melangkahkan kakiku hingga aku memegang pembatas balkon yang juga terbuat dari kaca ini. Untung saja tingginya hanya sebatas perut atasku. Aku mengangkat satu kakiku hingga berhasil mengapit pembatas balkon tersebut.

Aku melihat ke arah bawah, dan kira-kira jarak yang harus aku lompati adalah sekitar lima meter. Entah mengapa tubuhku semakin lemas dan pamdanganku mulai berkunang.

"If i were you, i wouldn't jump."

DEG

Suara itu tiba-tiba muncul dan begitu mengangetkanku. Pria itu berdiri tepat di depan pintu balkon sambil melipat kedua tangannya. So cool and hamdsome!! Aku yakin wanita manapun akan bertekuk lutut untuk mendapatkan pria itu!

"Why not? Akan aku lakukan apapun untuk pergi dari tempat ini."

Pria itu menghela napasnya lalu maju satu langkah. "Jika kamu melompat, kemungkinan 50% kaki kamu akan patah. Dan walaupun kamu berhasil, kamu tidak akan bertahan diluar sana."

"Tidak bertahan?" Aku mencoba menatap pria itu dengan tatapan berani dan menantang walaupun jauh di dalam sana, i'm scared!

"Ya."

DUARR

Guntur dan petir menyambar dengan begitu kuat hingga aku refleks menutup kedua telingaku. Hujan turun begitu saja dengan sangat lebat. Angin berhembus dengan sangat kencang membuat aku mulai menggigil kedinginan.

Oh No! aku bisa merasakan tubuhku mulai basah terkena air hujan.

"AARGHH... Lepaskan aku!"

Gerakan pria itu begitu cepat, bahkan aku tidak menyadari sejak kapan pria itu berada di dekatku. Ia mendekapku begitu kuat hingga aku sekarang sudah berada di dalam gendongannya. Bridal style.

"Don't move."

Aku tidak peduli dengan apa yang ia ucapkan, aku meronta-ronta dan aku bisa merasakan ia semakin mendekapku dengan kuat.

Aku memukul dadanya dengan sisa tenaga yang aku miliki. Aku memukulnya terus menerus hingga aku tidak sanggup lagi melakukannya.

"What happened to me?" Lirihku karena aku merasakan sakit yang begitu hebat dikepalaku.

Tidak ada jawaban apapun darinya hingga hal terakhir yang aku ingat adalah ia membaringkanku kembali di atas ranjang besar itu. And it's all black!

TBC
.
.
.

Jangan lupa Vote dan komen ya.

Maafkan jika byk typo☺

Happy reading

Love y'll♥️












Surreptitious  | COMPLETED |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang