5

1.8K 92 8
                                    

Luke menepati perkataannya semalam. Sekarang Luke dan Delilah sedang berdiri di depan rumah peninggalan Maya Johnson. Untung saja Dave pergi semalam setelah mereka bertengkar dan belum pulang sehingga ia dengan bebas untuk pergi tanpa menjelaskan apapun kepada pria itu.

Rumah modern minimalis ini tidak terlalu besar dan tidak jauh dari jalan raya. Yang ia suka adalah disamping rumah ini terdapat seperti garasi kosong yang cukup luas dan hal itu menguntungkan baginya karena ia akan berencana untuk membuka toko bunga.

Delilah meyeret kopernya dan membuka pintu rumah itu. "Terima kasih sudah mau mengantarku kesini."

Pria itu hanya tersenyum kecil sambil mengangguk sekali. Delilah mulai mengerti dengan karakter pria itu. Luke tidak suka banyak berbicara dengan ekspresi minimalis.

"Ayo masuk." Ajak Delilah. Mereka berdua masuk dan wanita itu memperhatikan sekelilingnya. Semua perabotan rumah ini masih terutup dengan kain dan tentu saja banyak debu dimana-mana. Delilah sekarang harus hidup mandiri dan semua akan ia lakukan perlahan.

Delilah mulai menyingkirkan satu persatu kain tersebut lalu mulai membersihkan rumah ini. Luke hanya duduk di atas sofa sambil memperhatikan wanita itu. Sebenarnya ia ingin membantu tetapi Delilah melarang keras. Wanita itu mengatakan Luke tidak perlu bersusah payah membantunya dan menyuruh pria itu untuk duduk.

"Ada pesan dari nona Freya." Ucap Luke membuat Delilah berhenti menyusun beberapa barang

"Apa pesan darinya?" Tanya Delilah semangat.

"Ia akan berkunjung secepat mungkin setelah pulang dari Washington D.C."

"Fee sedang berada diluar kota?"

"Ya. Menemani Tuan Smith."

Delilah hanya mengangguk mendengar itu. Sejak menikah dengan Orlando, Freya menjadi sangat sibuk karena mengurus pria itu. Apalagi, Orlando selalu ngotot mengajak Freya menemaninya kemanapun pria itu pergi.

Sudah satu jam lebih berlalu, Luke masih tidak mengahlikan pandangannya kepada wanita itu. Delilah tampak kelelahan mengerjakan semuanya sendiri. Mungkin ini pertama kalinya wanita itu mengerjakan pekerjaan rumah sendiri sehingga ia lebih mudah kelelahan.

Luke menarik napas dan berdiri dari sofa lalu mengambil sapu dari tangan wanita itu. Delilah seperti sedang mandi keringat dan sedikit pucat.

"Istirahatlah."

Wanita itu menyeka keringat dengan punggung tangannya lalu mengangguk dan tersenyum kecil. Delilah menepuk jidat dan mengutuk dirinya dalam hati karena lupa memberikan suguhan untuk pria itu. Ia mengambil dua botol air di dalam kulkas dan menaruhnya di atas meja makan. "Maafkan aku." Ucap wanita itu panik tetapi Luke hanya tersenyum maklum.

Mereka berdua duduk di meja makan dan Delilah meneguk air itu denhan rakus sedangkan Luke hanya diam tanpa bergeming.

"So, are we friends now?" Tanya Delilah hati-hati.

"Friends?"

Delilah mengangguk semangat. Luke yang mendengar itu hanya terdiam tanpa ekspresi. Wanita itu sama sekali tidak tahu apa yang sedang Luke pikirkan karena ekspresi pria itu sangatlah datar.

"Hm...... ka-kamu tidak bekerja?" Delilah langsung mengahlikan pembicaraan karena ia tidak mau pria itu merasa kurang nyaman.

"Tidak."

Delilah hanya mengangguk saja. "So, can you tell me more about you?"

"About me?"

"Ya."

"Luke Danielson."

Delilah terkekeh mendengar jawaban itu. Apakah pria itu lupa kalau mereka sudah berkenalan? Ada-ada saja.

Surreptitious  | COMPLETED |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang