12%

1K 108 67
                                    

Hari hari bagi takemichi tak sama lagi, jika kau tanya apa keinginan terbesar takemichi dahulu maka ia akan menjawab dengan lantang cake strawberry dengan ice cream diatas nya. Namun sekarang kematian adalah pilihan surga baginya.

Apa kau bisa membayangkan terjebak diantara mesin pembunuh dan para kriminal berhati batu? Takemichi saat ini sedang berada di kamar nya sendiri, atau bisa ia katakan sebuah tempat dimana dia tak bisa melakukan apapun. Terkurung di ruangan ini bahkan rasanya sudah lumayan terbiasa seringkali mendengar tembahan atau suara gaduh sepau di lantai di mana para penjaga berlalu lalang.

Kemarin top bontrn nomer 2 yaitu haruchiyo datang melihat kondisinya sambil memberinya makanan, wajah nya bersahabat tidak seperti saat lelaki gila ini menatsp nya kemarin ingin mrmatahkan lengan nya. Satu hal yang takemichi ketahui dari lelaki ini setelah beberapa hari di markas kriminal dan yang di kenal masyarakat perusaan terbesar di negara nya ialah haruchiyo mudah tersulut emosi dan tingkah nya tak bisa kau tebak.

Bisa saja dia memberi mu gula di awal namun sedetik kemudian kau di tebas dengan katana tajam milik nya. Takemichi tak seberani itu ingin menyulut api yang sudah membara milik orang ini.

Takemichi menghela nafas nya, bahunya di perban berkat gesekan lantai yang kuat membuat nya berdarah, buku buku tangan nya memerah juga lecet di mana mana sudut bibir yang sedikit robek juga memar di perut. Untung nya pehyan beberapa hari lalu meninggalkan kotak obat. Sepertinya lelaki itu tahu akan jadi apa takemichi jika ia pergi nanti.

"Kau merenungkan apa?"

Tiba tiba suara bariton yang familiar menjalar ke telinga nya diatara ruangan sepi dengan deru nafas takemichi miliki awalnya. Kakucho berdiri di ambang pintu, bersender dengan gagah memandang takemichi skaptis di ranjang. Penampilan nya lumayan rapih namun sebuah handgun menyembul di balik kantong saku pinggang. Sepertinya ia habis melakukan misi atau pertemuan.

"Aku, tidak aku tidak memikirkan apapun" jawab takemichi kini menopangkan kepala nya ke tangan yang ia taruh diatas paha

Kakucho mendekati sahabat mungil masa kecilnya itu, kemudian duduk di samping nya dengan tenang, pertemuan tadi cukup membuat nya emosi, semenjak pulang dari tugas nya tadi pagi ke negeri seberang ia merasa kelelahan, takemichi kini menoleh pada kakucho yang terlihat sangat lelah

"Kaku, kau tak apa apa?"

"Serius? Lihat diri mu harusnya aku yang bertanya begitu michi. Baru sehari aku meninggalkan mu dan kau sudah babak belur" kakucho tersenyum remeh sambil menyentuh sobekan di bibir takemichi hingga ia meringis

"Akh..! Jangan di tekan. Ini bukti aku bersungguh sungguh"

"Bersungguh sungguh apa? Di akui atau kau hanya ingin bebas dan merasa jagoan karrna berhasil selamat dari kandang singa"

"Kaku! Kau..."

"Baik baik... Tapi michi, aku hanya ingin kau ingat. siapapun yang kau kenal di sini tidak ada yang akan menjadin mereka tidak akan melubangi kepala mu. Besok adalah hari di mana kau harus berjuang sendirian aku tidak bisa membantu apapun tetapi tolong pakai ini-" kakucho merogoh saku nya, takemichi mengerjap kemudian melihat sebuah benda berkilau keluar dari saku kakucho dan membawanya tepat ke hadapan takemichi

"-aku ingin kau memakai nya, apapun situasinya. Jangan sampai orang lain mengetahui ini dan usahakan pakai jika terdesak" kakucho menarik tangan nya dan memasangkan sebuah cincin perak di telunjuk takemichi. Cincin itu sangat berkilau dengan warna perak membungkus cincin dengan permukaan atas datar itu sangat cantik nan elegan.

"Tapi... Untuk apa ini?"

"Tekan sesuatu yang ada di bagian samping cincin itu" Takemichi segera melakukan nya dan melotot setelah nya

N I E R V A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang