16%

1K 96 46
                                    

Wakasa membuka pintu ruangan yang lumayan berantakan, dengan tumpukan kertas juga beberapa hiasan dinding kunci motor dan pernah pernik khas bengkel lainya. Menatap heran kusi kosong yang biasanya terisi seorang pria tampan yang sedang tidur dengan koran di wajah nya. Shin kini tak ada di ruangan nya, sehingga wakasa yang sudah terlanjur masuk membuka jaket yang ia kenakan dan kini hanya menyisakan kaus hitam biasa serta lolipop strawberry di mulut.

Cecapan manis itu senantiasa di mulut nya keran menghilangkan kebiasaan merokok nya yang dahulu sempat ia lakukan namun ia tersadar itu akan membuatnya mati lebih cepat dan membuat shin makin menggila menghisap batangan nikotin beracun itu setiap harinya jika tak ada dirinya.

Wakasa berjalan jalan ke meja shin dan menemukan sebuah meja dengan beragam figura di meja juga dinding bagian itu, foto shin, kakek nya, dan sang adik, foto adik nya yang menggunakan baju karate yang sedang di latih kakek nya, foto wajah marah kakek shin dengan sosok shin kecil yang nakal. Wakasa tertawa pelan, sejak dulu shin memang banyak tingkah lalu matanya beralih pasa foto shin saat lulus junior high school dengan tampang sok preman juga foto saat ia di nobatkan sebagai ketua black dragon lengkap dengan para anggotanya.

Wakasa tak akan menyangka bahwa kenangan kenangan lama ini terpatri rapih di dinding ini. Disana wajah tersenyum bahagia mereka tak bisa di pudarkan saat sosok sosok pendiri black dragon masih bersama sama menjadi kuat dan merasakan yang namanya solidaritas sebuah geng yang sesungguh nya. Wakasa tak akan menghakimi keadaan kadang kala rindu itu ada namun ia tak akan menyalahkan shin atas apapun keputusan nya kepada black dragon. Wakasa bersyukur pria itu kini kuat dan mampu berdiri sendirian walau tampa nya wakasa yakin shin bisa. Shin nya akan terus begitu namun wakasa manusia biasa yang penuh ego di dalam diri nya, dan mana mungkin ia rela meninggalkan shin... Cintanya.

"Biar ku tebak kau sedang memikirkan ku atau wajah ku saat dipukul kakek di foto yang itu hm"

Suara itu tepat di samping telinga wakasa membuatnya terkejut dan reflek berbalik. Shin di depan wajah nya tersenyum lebar dengan rokok di mulut nya  membuat wakasa menaruh ekspresi kesal dan mendorong dahi shin.

"Apa apan kau ini! Membuat ku terkejut saja" kata wakasa

"Hahahahaha... Kau sangat fokus huh? Ayo katakan apa yang kau pikirkan asa!" Kata shin kini menahan lengan wakasa di jidat nya, rokok itu ia hisap dan ia tarik dari mulut nya kemudian tangan nya ia bawa bersandar pada meja masih dengan tangan sebelah nya yang menahan wakasa sehingga kini wakasa terjebak atau tershimpit shin dan meja.

"Jangan senang dulu, aku hanya melihat wajah jelek mu saat kecil. Ternyata kau sama menyebalkan nya sejak kecil aku tak akan heran kakek mu selalu memarahi mu dulu"

"Oh ya.. bukan kah kau lihat aku juga tampan sejak dulu?"

"Percaya diri sekali tuan sano ini, aku tak melihat sepersen pun ketampanan mu" jawab wakasa mendekatkan wajah nya dengan alis bertekuk angkuh. Shin malah tertawa di sana membuat wakasa agak terkesima, melihat shin dari dekat itu kelemahan yang tak seorang pun tau dari sosok sang  white leopard.

"Ya aku sangat buruk rupa kan, aku bukan apapun jika berada di dekat kecantikan mu asa"

"Berhenti beromong kosong! Dan kau... Apa sudah makan siang?"

Shin kembali tertawa dalam hati merasa gemas dengan tingkah wakasa yang sedang malu, shin sangat paham jika sosok galak ini akan lebih senang membentak dan meninggikan nada suaranya jika malu dan memberi perhatian. Cara yang menurut shin benar benar imut untuk dilakukan sosok dengan tingkah barbar seperti mantan ketua devisi penyerangan black dragon ini.

"Belum, ada seorang pelanggan yang ban nya bocor jadi aku menangani itu dahulu karena draken dan inui ku beri libur hari ini" jawab shin menumpukan kening nya pada bahu wakasa dengan posisi yang masih sama.

N I E R V A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang