chapter 2

5K 370 3
                                    

Happy reading 🐣

~Dia cuma menanggapi bukannya memberi hati~

°°°°°°°°°°

Daffa buru-buru memarkirkan motor saat sampai dikediamannya.dia melangkah menuju kamarnya dilantai atas secepat yang dia bisa.

"Gara-gara telat bangun gue gak sempat sarapan tadi"
Dia meremas kemeja yang dikenakannya guna mengurangi rasa perih dan sakit yang berasal dari perutnya.

   Tanpa melepas sepatu daffa langsung berbaring telungkup diatas kasur dengan tangan mengepal gemetar kecil menahan sakit.keringat kembali mengaliri dahinya namun rasa sakitnya juga belum berkurang.

nafas daffa mulai memburu putus-putus.dia menegakkan badan susah payah untuk meraih laci meja.daffa segera menghirup inhaler yang disimpan didalam laci meja untuk membantunya kembali bernafas normal.
Dia memang sengaja tidak membawanya ke kampus karena tidak mau ada yang tau bahwa dia punya asma.

kegiatan orientasi mahasiswa baru yang dilakukan tadi sangat membuatnya kelelahan,hampir saja asmanya kambuh bila dia tidak cepat izin ketoilet untuk istirahat sejenak .

   "Gue lemah banget bangsat!!masak cuma begini aja udah sakit-sakitan!"

Daffa melempar inhaler keatas sofa yang berada disudut kamarnya.nafasnya sudah mulai teratur namun sakit perutnya masih belum hilang.dia hanya menikmati rasa sakit saat tubuhnya drop seperti ini,karena memang beginilah caranya untuk mengalihkan rasa kesepiannya tanpa sosok keluarga yang mendukung disisinya,dan mungkin saja orangtuanya juga sudah lupa jika dia sering sakit?siapa yang tau kan?

°°°°°°°°°°

       Daffa terbangun dengan keadaan kamar yang gelap.rupanya dia tertidur lama tanpa menyalakan lampu terlebih dahulu.dia bangkit dan meraih tombol lampu lalu segera meraih kunci mobil untuk mencari makan.nasib baik dia dapat tertidur sehingga sakit perutnya sudah lumayan berkurang.

  "Ngapain lo disini?gak ganti baju juga?dasar kotor banget"

Daffa berpapasan dengan abi yang menggandeng perempuan di restoran yang akan menjadi tempatnya mengisi perut.

"Bukan urusan lo"

Daffa menjawab acuh dan segera masuk kedalam.dia tau itu adalah seniornya,tapi dia tidak akan takut karena mereka sama-sama laki-laki.dia tidak tau saja jika otot lengan abi yang sangat jauh berbeda dengan dirinya itulah sebabnya dia tidak akan takut dengan abi.

"Siapa sih bi?kok kasar banget ngomongnya?"
Adel bertanya pada abi yang dibalas gelengan singkat.mereka lalu meninggalkan restoran setelah dirasa tidak ada keperluan lagi.

  
Daffa telah kembali dari restoran dengan membawa dua kantong besar berisi bahan makanan dan juga minuman kaleng.dia menata daging dan barang lain kedalam lemari pendingin agar tidak cepat membusuk.

Dia melangkah memasuki kamarnya dan menoleh kearah hp yang berdering pertanda Panggilan masuk.

daffa melihat nama penelpon dan menghela nafas saat papanya yang menghubungi.dia tidak membenci orangtuanya namun hanya sedikit kecewa pada mereka . seperti saat ini papanya hanya mengatakan akan mentransfer uang padanya lalu tanpa berbasa-basi papanya mematikan sambungan telepon.

    "Kok hidup gue gak enak banget ya?"

Daffa terkekeh kecil saat mengingat kembali kenangannya bersama mama dan papanya saat kecil dulu.saat mamanya akan menidurkannya dan menemaninya bermain.
Dia juga masih ingat wajah papanya yang khawatir saat asmanya kambuh dulu.namun itu hanya akan menjadi sedikit kenangan yang akan daffa ingat.

"Udah jam sembilan malam"

dia mengambil handuk dan membuka pakaiannya.niatnya akan berendam dengan air hangat agar tubuhnya menjadi rileks kembali.

   Daffa menghidupkan alarm pada hp yang ikut dia bawa kedalam kamar mandi lalu merebahkan kepalanya di bathtub.matanya mulai mengantuk kembali karena mendengar musik yang menenangkan.daffa mulai terlelap didalam air panas yang sudah berganti menjadi dingin namun itu tidak menganggunya sedikitpun.

°°°°°°°°°°

    Kringg...kringgg.....
Alarm berbunyi nyaring didalam kamar mandi tempat daffa berada.dia sedikit kesulitan membuka mata karena kondisi tubuh yang menggigil berendam semalaman.saat melangkah keluar hampir saja kakinya terpelet, namun daffa reflek berpegang pada gagang pintu dan meraih handuk yang tergantung.
Bibirnya sudah biru pucat hampir kehitaman dengan mata merah dan suhu tubuh yang sangat panas.

     "Gue harus bawa apa hari ini?aishh...gue lupa lagi"

Daffa memakai pakaian dan melangkah turun dengan tangan berpegangan erat pada pembatas tangga.
Dia juga memungut kembali inhaler yang kemarin dilempar karena dia cukup yakin nanti akan kambuh lagi.

Daffa telah memasuki area kampus dengan wajah pucat.dia berjalan menuju kelompoknya yang tengah bersiap-siap dengan barang-barang yang tampak aneh baginya.

"Fuck..gue lupa nyiapin ini lagi"

Daffa mengumpat pelan karena tidak membawa apapun.dia tidak takut jika dihukum namun dia sangat tidak mau kalau orang lain terkena masalah karenanya.

Abi melihat gerak-gerik yang mencurigakan dari pemuda yang baru ia tau bernama daffa itu.

"Semuanya,kalian letakkan barang yang kalian bawa didepan kalian berdiri.bagi kelompok yang kurang satu barang saja akan mendapat hukuman"

Abi memberi perintah yang langsung dikerjakan oleh para mahasiswa baru.dia berjalan menuju kelompok daffa yang nampak kesal dengan daffa yang tidak membawa apapun.abi terkekeh saat daffa hanya menunduk karena dia memang bersalah.

"Lo emang nyusahin orang aja kerjanya"

Abi yang berada disamping daffa berbisik pelan dan tersenyum sinis saat melihat reaksi daffa.namun dia cukup merasa aneh karena suhu tubuh daffa yang seakan membakar kulitnya,tapi dia tidak dapat memastikan bagaimana keadaan wajah daffa karena dia memakai masker hari ini entah dengan alasan apa.

"Gue bakalan tanggung jawab kok,lo tenang aja"

daffa membalas ucapan abi dengan nada pelan tanpa melihat abi sedikitpun.

"Kelompok yang gak lengkap sekarang keliling lapangan 10 kali gak pakai berhenti"

Seorang senior bernama dian berucap lalu memandang kelompok daffa karena memang kelompok inilah yang tidak lengkap.

"Kak bisa gue aja gak yang dihukum?karena emang disini gue aja yang gak bawa apa-apa"
Daffa bertanya pada dian selaku senior yang memberi hukuman.dian memandang pada senior lain untuk meminta pendapat yang dibalas dengan anggukan kepala.

"Oke,lo keliling lapangan sendiri nanti kalo udah,lo bisa gabung lagi sama kelompok lo"
Daffa mengangguk lalu berlari menuju lapangan dan mulai mengelilinginya.

Tbc.....
  

hurt to be love(end) |Bl LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang