Happy reading 🐣~saatnya dimulai sayang~_adelia azzura.
°°°°°°°°°°°°°°
"Jadi gimana?"
Gilang berhenti menyuapkan nasi goreng kedalam mulutnya dan menatap bertanya pada abi yang terlihat santai."Nih lo baca sendiri"
Abi menyerahkan hp nya pada gilang.dia memperlihatkan foto hasil pemeriksaan daffa yang diambilnya kemarin.gilang membaca dengan raut wajah kaget disertai bingung.
"Gue tau kalo lo mesum banget tapi yang mau gue tanyain kok bisa daffa yang sama-sama cowok kayak kita bisa hamil?"
Gilang menekan tombol keluar dari galeri foto namun dia terbatuk keras saat matanya melihat sesuatu yang lebih mengagetkan lagi.
"Anjing lo bi, sekarang gue ngerti kenapa dia bisa hamil semudah itu"
Gilang melotot karena mendapati pemandangan yang luar biasa dilayar hp abi.disana terpampang foto lubang daffa yang menelan rakus milik abi.
Gila...mereka tampak sangat bernafsu apalagi wajah abi seperti serigala lapar yang mendapat mangsa."Berani banget lo liat daffa kayak gitu,minta mati muda lo?"
Daffa merampas hp nya lalu memukul kepala belakang gilang.
"Kamu kasar terus deh sama aku,aku kan jadi takut"
Gilang berucap yang membuat abi menggeling jijik.rasanya kakinya sudah gatal akan menendang wajah temannya ini.°°°°°°°°°°°°
"Om rei sama daffa nya ada dirumah kan tan?"
Adel berbisik-bisik berbicara dengan seseorang diseberang sana.hari ini dia akan segera menjalankan rencana untuk menjebak daffa.untung saja mama tiri daffa adalah tantenya sendiri, jadi dia lebih mudah bergerak.
Setelah sambungan telepon berakhir,adel segera memasukkan dokumen palsu kedalam tasnya lalu memoles riasan agar wajahnya terlihat pucat."Kali ini gue pasti berhasil"
Adel tersenyum membayangkan bagaimana reaksi abi yang akan marah pada daffa.Suasana terasa mencekam saat daffa turun dari kamarnya.dia kaget saat papanya tiba-tiba berteriak menyuruhnya kebawah.daffa melangkah dengan tidak nyaman karena pinggangnya yang terasa nyeri.dia sudah mengompres dengan air hangat namun masih terasa sakit.
"Lo ngapain disini?"
Daffa menatap heran kearah adel yang berdiri dengan wajah pucat menghadap lantai.Plakkk...satu tamparan mendarat dipipi mulus daffa.daffa mundur kebelakang hampir terjengkang namun dengan cepat dia menyeimbangkan badan.dia tidak dapat membayangkan jika ada apa-apa dengan calon anaknya.
"Apa maksud papa nampar daffa?"
Daffa berteriak marah dengan tangan mengelus pipinya yang perih.
Dia sangat heran kenapa diperlakukan seperti ini ditambah dengan kehadiran adel dirumah mereka."Kamu masih tidak mengakui kesalahan daffa?,kamu baca kertas hasil pemeriksaan rumah sakit itu"
Riska menyudutkan daffa dengan kata-kata yang tidak dapat dipahami oleh daffa.
Rei menyerahkan kertas itu pada daffa lalu berbalik menuju sofa.dia sangat marah dengan tingkah daffa yang sudah diluar batas.dia tidak bisa membiarkan daffa terus berbuat semaunya,nama besarnya bisa tercoreng."Apa-apaan lo anjing,lo emang udah gila ya?mana mungkin gue hamilin elo sialan!"
Daffa memaki adel setelah tau akar permasalahannya.yang benar saja dia dituduh menghamili seseorang sementara dirinya sendiri yang sedang hamil.
"Hikkss....daffa kenapa lo gak mau jujur aja?ini kan anak kita daffa"
Adel menangis tersedu untuk meyakinkan papa daffa.daffa menatap nyalang padanya,perutnya terasa keram namun dia masih berusaha berdiri tegak.
"Sudah cukup! kamu harus berani bertanggung jawab daffa.papa akan mengatur pernikahan kalian secepatnya,tidak ada bantahan!"
Rei segera memberi pernyataan final karena sudah muak dengan semua ini.dia meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya yang diikuti oleh istrinya."Gue pastiin lo bakal nyesel berani main-main sama gue bangsat!"
Daffa berlalu meninggalkan adel yang menatap puas dengan keputusan papa daffa.dia tidak mengira akan semudah ini rencananya berjalan.°°°°°°°°°°°°°
Daffa merebahkan dirinya tidak nyaman dikasur.tangannya bergerak mengelus perut yang keram.dia meremas rambutnya kencang merasa kesal selalu dipermainkan takdir.
Daffa mengambil hp nya untuk menghubungi abi.dia sangat membutuhkan pelukan nyaman abi disaat seperti ini.
"Gue kangen bi"
Daffa mematikan sambungan telepon setelah berucap tiga patah kata.dia menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong.
Sepuluh menit berlalu,daffa dibuat terkejut saat jendela kamarnya tiba-tiba terbuka.dia menatap kaku saat seseorang berjalan kearahnya.
"Nafas fa.."
Abi duduk disisi kasur daffa lalu bergerak mengelus pucuk kepalanya merilekskan tubuh daffa.daffa bersandar didada bidang abi yang sangat nyaman.abi melepas jaketnya lalu menarik daffa kepangkuannya.
"Perut gue keram sakit banget"
Entah sadar atau tidak tapi daffa berucap lirih disamping telinga abi."Kenapa?udah makan?"
Abi bertanya dengan nada yang sangat halus.tangannya bergerak masuk kedalam piyama daffa lalu mengelus permukaan perut daffa naik turun.
Dia yakin ini karena kehamilan daffa yang membuatnya tidak nyaman.
Daffa menaikan baju piyamanya hingga batas dada.Abi yang tau keinginan daffa langsung mendekatkan bibirnya kedada daffa.memang sedikit membengkak itulah yang membuat daffa tidak nyaman.daffa memejamkan matanya saat hisapan demi hisapan yang dilakukan abi bergantian pada kedua putingnya.
Abi sangat menikmati rasa manis yang keluar dari puting daffa."Masih sakit?"
Abi menghentikan kegiatannya karena merasa sesak pada juniornya.dia takut nanti kelepasan pada daffa saat kondisinya sedang tidak baik-baik saja."Udah gak,lo temenin gue sampai gue tidur ya"
Daffa menurunkan bajunya kembali lalu berbaring dipelukan abi.rasanya beban daffa sedikit berkurang saat ada abi bersamanya."Iya lo tidur aja,gue disini kok"
Abi memeluk tubuh daffa lalu bernyanyi kecil agar daffa mudah tertidur.dia meraba tonjolan pada perut daffa dengan senyum hangat menghiasi bibirnya."Kamu jangan nakal ya sayang,kasian sama daffa"
Dia melanjutkan nyanyian dan menepuk pantat daffa menenangkan.Tbc......
KAMU SEDANG MEMBACA
hurt to be love(end) |Bl Lokal
Short StoryRasanya hidup daffa selama ini tidak ada hal yang menarik.semuanya hanya tentang masalah dan cara melarikan diri tanpa diajari cara menghadapi. Sejak kedatangan abian dikehidupannya membuat sedikit demi sedikit luka dan sakit daffa berkurang. Namun...