chapter 8

4.3K 341 0
                                    

Happy reading 🐣

~mari kita tidak saling jatuh cinta~

°°°°°°°°°°

"Ehh ada daffa, ngapain sendiri aja disini?"

Gilang mendekati daffa yang duduk sendiri dibawah pohon dibelakang kampus.dia meneliti penampilan daffa yang cukup berantakan.daffa hari ini mengenakan maskernya dan memakai jaket Hoodie kebesaran ditubuhnya yang membuat Gilang menggigit pipi dalamnya gemas.pantas saja si abi sampai belok pada daffa pikirnya.

  "Gue lagi duduk kak"
Daffa menjawab pertanyaan gilang sekenanya.dia merapatkan jaketnya karena rasa dingin yang kembali terasa.suara daffa juga terdengar serak dengan nafas yang hangat.ini akibatnya jika dia tidak langsung mandi saat kehujanan kemarin.

"Mau gue panggilin abi gak daf?"
Gilang akan beranjak namun daffa meraih tangannya untuk menghentikan pergerakan gilang.

     "Jangan kak,lagi pengen sendiri gue"
Daffa mengambil headset dan menyalakan musik.gilang hanya mengangguk dan melangkah pergi untuk memberi ruang bagi daffa.

Belum sempat daffa tertidur namun tubuhnya sudah basah karena seseorang yang dengan sengaja menyiramkan air dingin padanya.

Daffa menoleh melihat siapa yang berani berbuat demikian padanya.dia sudah menduga adel lah yang kembali mencari masalah dengannya.

"Lo gak perlu gangguin gue del,gue juga gak ada urusan sama pacar lo"
Daffa beranjak pergi dari sana karena tubuhnya yang mulai menunjukkan reaksi yang dibencinya,lemah.

"Lo emang gak
Harus punya urusan sama dia!"

Adel balas meneriaki  daffa yang melangkah menjauhinya tanpa dia tahu seseorang merekam semua aksinya.
"Mati lo kali ini bitch"

°°°°°°°°°°

      "Terserah lo mau percaya apa gak bi"

Gilang tersenyum puas mendapati wajah merah padam abi saat melihat bukti bahwa adel lah yang menyakiti daffa dan membuat drama agar daffa yang disalahkan.

"Tolol!"
Abi memaki dirinya sendiri karena sudah memarahi daffa waktu itu.dia juga berucap sesuatu yang pasti sangat melukai hati daffa.

"Lo emang tolol banget bi"
Gilang menertawakan nasib cinta abi yang dipenuhi drama antara wanita dan seorang pria.

"Lo tau dimana daffa?"
Abi kembali bertanya pada gilang namun dibalas dengan gelengan.abi bangkit lalu berlari menuju tempat terakhir daffa berada namun saat disana dia tidak menemukan siapapun.

"Bi,ngapain kesini?nyariin aku ya?"
Adel menghampiri abi yang celingukan mencari keberadaan seseorang.dia dengan percaya diri menghampiri abi dengan suara dibuat selembut mungkin.

   "Lo  jangan ganggu daffa lagi atau lo dan keluarga lo bakal nyesel pernah kenal gue"

Abi menoyor kening adel kebelakang.dia sudah mencoba menahan diri namun saat bayangan wajah daffa yang menatap kecewa padanya kembali membuatnya naik darah.

"Pergi anjing!"
Abi membentak adel dengan keras membuat atensi siswa yang berada disana melihat pada mereka.

   Abi membawa langkahnya menuju parkiran untuk melihat motor yang biasa dipakai daffa namun tidak ada disana jadi dia dapat menyimpulkan bahwa daffa sudah pergi dari kampus.

Tring...abi mengecek polselnya yang berdering tanda pesan masuk.dia tersenyum saat melihat pesan gilang yang  menyarankannya agar pergi ke rumah daffa.sungguh sesekali abi bersukur memiliki teman seperti gilang meskipun bobrok dan usil.

"Tunggu gue fa"
Abi melajukan mobilnya meninggalkan kampus untuk menuju rumah calon kekasihnya.ya abi akan segera mengakui perasaannya pada daffa tentu saja setelah daffa memaafkannya.

°°°°°°°°°°

        Abi memandang kediaman daffa dengan gugup.dia takut daffa membencinya dan tidak menyukai kehadirannya disini.
Dia sudah berdiri didepan rumah daffa sekitar sepuluh menit lamanya.

  "Gue harus berani hadapin daffa gimanapun reaksi daffa nanti"
Abi menekan bel rumah daffa dan keluarlah pembantu yang pernah abi lihat dulu.

"Daffa nya ada bi?"
Abi bertanya sesekali melirik keatas,dia sangat yakin jika daffa berada disana.

"Masuk aja nak,nak daffa ada diatas.bibi bingung kenapa hari ini dia balik cepat"

Abi berlari menuju kamar daffa dan menetralkan degupan jantungnya.abi membuka gagang pintu tapi tidak terkunci.dia melangkah masuk lalu melihat gumpalan besar ditengah kasur.

Abi membuka selimut yang menutupi kepala daffa dan merasakan tubuh daffa yang panas.

"Fa,eii lo demam?"
Abi memencet hidung daffa agar daffa bangun.daffa membuka matanya dan melihat abi yang menatap khawatir padanya.daffa memutar tubuhnya membelakangi abi dan kembali menarik selimut agar membungkus kepalanya.

"Gue minta maaf fa, gue salah karena gak dengerin ceritanya dari lo"
Abi berjongkok disisi kasur Daffa dengan tangannya yang mencoba meraih tangan daffa.

Dia meraih pinggang daffa kearahnya lalu meletakkan kepalanya diatas perut rata daffa.

"Lo terus lukain gue kak,gue gak tau lagi mau kayak gimana sama lo.gue pengen lo jauhin gue dan gue juga bakal jauhin lo,karena dari awal aja kita udah salah langkah"

Daffa menahan sesak saat berkata demikian.hatinya sakit namun dia harus tegas agar tidak kembali disakiti.

"Gak daf..gak,gue gak mau"
Abi membenamkan wajahnya diperut daffa dengan air mata yang mulai mengalir membasahi baju daffa.dia sudah berusaha menahan isakannya namun rasa takut akan kehilangan daffa membuatnya hilang akal.

Daffa memandang abi yang menangis namun air matanya juga ikut mengalir.dia merasakan cinta yang coba abi tunjukkan padanya,namun semua akan sia-sia jika abi masih belum selesai dengan masa lalunya.sebenarnya bukan abi yang tidak ingin menyelesaikan namun adel lah yang menjadi masalah disini.

"Udah jangan nangis lagi,lo jelek"
Daffa mengelus rambut abi yang membuat abi menegakkan kepala memastikan bahwa daffa menerimanya disini.

Abi  mencium hidung merah daffa dengan pelan dan lama.setetes air matanya jatuh kedalam mata kanan daffa lalu mengalir menuju lehernya.
Daffa menarik abi kedalam pelukannya.biarlah dia mencoba mempercayai abi sekali ini saja,semoga abi tidak membuktikan pilihannya salah.

Tbc....

     

hurt to be love(end) |Bl LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang