26. Calm Before the Storm

226 32 10
                                    

Hari ini adalah waktunya Azka dan kawan-kawannya tampil di hadapan satu sekolah NUSA. Pagi ini Azka sudah merasa gugup sejak bangun tidur, tidak, tepatnya sejak semalam. Azka berulang kali menyanyikan bagian dari lagu RAN-Dekat di Hati itu. Azka adalah pembuka dari lagu tersebut, makanya ia sangat mewanti-wanti jangan sampai suaranya crack atau lebih parahnya lagi keluar dari nada.

Sambil mengamati penampilannya di cermin, Azka menyanyikan sedikit bagiannya. "Dering telfonku membuatku tersenyum di pagi hari...."

"Udah ganteng, kok." Mahen tiba-tiba masuk ke kamar Azka dan melihat adiknya yang sedari tadi tidak berhenti bercermin.

Azka memutuskan untuk memakai kaus putih, kemeja flanel kotak-kotak, celana jeans hitam, dan sepatu sneakers hitam. Rambutnya yang sudah sedikit gondrong ia biarkan tanpa balutan gel. Bahkan beberapa kali ia harus menyugar poninya ke belakang agar tidak menutupi pandangannya.

"Kalau itu aku tahu. Azka lagi latihan ekspresi wajah, kata Je, Azka nggak boleh keliatan kaku, harus senyum ikhlas." Azka kembali melatih ekspresi wajahnya di cermin. Bahkan sesekali ia mengedipkan sebelah matanya demi menunjang penampilan. Lagu yang akan dibawakan adalah lagu bertema romansa walaupun sudah diaransemen dengan angklung.

Mahen melotot kaget saat melihat adiknya itu bernyanyi sambil tersenyum lebar dan mengedipkan matanya genit. "Kamu siapa yang ngajarin begitu?"

"Je sama Kevin. Katanya aku harus begini biar nanti tampil memuaskan," Azka menjawab acuh-tak-acuh. "Udah sana Abang sarapan duluan, aku masih mau latihan," usir Azka.

Mahen hanya pasrah saat didorong paksa Azka untuk keluar kamar. Setelahnya terdengar suara pintu dikunci.

Di dalam kamar Azka melanjutkan latihannya hingga keseluruhan bagian dirinya di lagu tersebut habis. Oke. Azka sudah percaya diri untuk tampil nanti. Tapi nggak tahu saat dirinya sudah di backstage.

Azka merebahkan dirinya sesaat di kasur. Ia mengingat kilas balik kehidupannya seminggu ke belakang. Semuanya baik-baik saja. Dirinya baik-baik saja. Hubungannya dengan Papa dan Mahen semakin erat, bahkan Azka sudah tidak canggung lagi untuk meledek Mahen. Konsultasi dengan Kak Deon juga berjalan lancar, kata Kak Deon jika Azka terus berpikir positif seperti ini maka dirinya akan cepat sembuh. Ia juga rajin meminum obat anjuran Kak Deon, selain itu Aska yang menjelma menjadi alter ego nya tidak pernah kembali muncul setelah kejadian itu. Mamanya tidak pernah terlihat lagi, sepertinya sudah menyerah. Hubungan pertemanannya dengan Je dan Kevin juga tidak pernah ada konflik. Jika begini terus maka Azka yakin dirinya akan baik-baik saja sampai ke depannya.

Azka bangkit dari kasurnya, membenarkan rambutnya sedikit di cermin. Lalu keluar untuk sarapan dan berangkat ke sekolah.

---

Azka sampai di sekolah. Saat berjalan dari lobby hingga ke dalam, tampak semua murid NUSA dari tingkat SMP hingga SMA memakai pakaian bebas. Khusus hari ini, murid dibebaskan memakai baju apa saja asalkan sopan. Azka langsung menuju ke ruang latihan mereka untuk gladi resik terakhir. Kemarin sore mereka sudah gladi resik di panggung.

Azka membuka pintu dan melihat, Je, Kevin, dan Aci sudah di sana. "Pagi, semuanya," sapa Azka sambil tersenyum lebar.

"Wets, pagi mabro. Ganteng banget, nih, Dek Azka." Yang barusan menjawab tentu saja, Je. Ia menggunakan jaket kulit berwarna hitam, dipadukan kemeja bermotif titik-titik di dalamnya, celana ripped jeans hitam, dan sepatu kulit dengan sol sekitar 3 cm.

"Pagi, Ka. Fresh banget muka lu, nggak ada tegang-tegangnya." Kali ini Kevin yang menjawab. Kevin mengenakan kaus polo lengan pendek berwarna putih, celana bahan berwarna krem, serta sepatu kulit berwarna coklat. Berbanding terbalik dengan Je yang bernuansa hitam.

(1) Aksara Azkara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang