33. Menuju Kebahagiaan

376 38 3
                                    

Satu bulan kemudian

Waktu berjalan dengan cepat. Semua kejadian-kejadian yang menghebohkan kemarin sudah terlewat satu bulan. Kini Azka sudah kembali ke sekolah dan kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Sebagai laporan untuk kalian, ada beberapa hal yang perlu disampaikan. Azka sempat beberapa kali diinterogasi untuk kasus Mamanya. Mama Azka terbukti menjadi dalang penjual belian organ secara ilegal yang selama ini menjadi buronan. Mama bersama partner-nya Tomi sudah lebih dari 7 tahun menjalani bisnis gelap ini. Organ yang mereka ambil kebanyakan berasal dari anak-anak jalanan atau juga yang sudah tidak memiliki orang tua. Salah satu korbannya adalah kembaran Azka sendiri, Aksa. Berkat hasil rekaman suara dari ponsel yang diberikan Mahen saat misi kemarin, Mamanya berhasil ditetapkan sebagai pelaku. Sidang akhir akan diputuskan besok. Pada sidang sebelumnya akhirnya Mama dan juga Tomi memilih untuk mengakui perbuatannya karena dirasa sudah tidak ada harapan lagi untuk lepas dan demi masa hukuman mereka yang nantinya tidak akan bertambah karena terlalu banyak berbohong.

Azka, Mahen, dan juga Papanya lega mendengar itu semua. Mereka berhasil memberikan keadilan untuk Aksa. Sosok yang belum sempat mendapatkan kasih sayang. Tapi Azka yakin kini kembarannya itu bisa pergi dengan tenang di sana. Untuk masalah kesehatan mental Azka, semuanya masih sama saja. Tidak bisa dihindari Azka mengalami PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder setelah kejadian tersebut. Tapi Azka rutin menjalani terapi bersama Kak Deon. Untuk alter ego-nya sejauh ini belum pernah muncul lagi. Azka harap tidak akan pernah muncul lagi.

Azka kini disibukkan dengan ujian tengah semester. Azka rutin mengadakan kerja kelompok bersama Je dan Kevin di basecamp mereka. Terkadang jika tidak sibuk dengan OSIS, Aci akan ikut bergabung. Azka kini menjadi sosok yang lebih banyak tertawa dan berbicara. Ia tidak lagi terlalu menutup dirinya. Bahkan Azka mencalonkan dirinya sebagai ketua OSIS angkatan selanjutnya, dengan Kevin sebagai wakil. Je tidak berminat pada organisasi, katanya ia lebih baik mendekam dan bermain musik di basecamp saja.

"Besok jalan, yuk. UTS-nya, kan juga hari ini terakhir," ajak sambil memakan jatah makan siangnya di kantin. Di depannya ada Je dan Kevin yang juga sedang hikmat menyantap makan siang.

"Lah, enggak bisa gua, Je. Kudu les biasa," jawab Kevin sambil memindahkan sayur di piringnya ke piring Je. Je menyambutnya dengan senang hati.

"Lu, Ka?" Je menatap Azka yang sudah selesai makan.

Azka menggeleng. "Enggak bisa, Je. Besok aku harus dateng ke sidang terakhir Mama."

"Akhirnya sidang terakhir juga. Semoga lancar, deh. Ya udah besok gua jalan sendiri aja, deh. Gua males di rumah. Ada beruang besar."

Kevin mendengus. "Oke, deh gua temenin. Tapi nunggu gua selesai les. Besok cuman sampe jam 12 siang, kok," jawaban Kevin disambut sorakan bahagia dari Je. Azka hanya tertawa saja melihat keduanya. Bisa berteman dengan Je dan Kevin adalah salah satu anugerah menurutnya.

Setelahnya mereka berdiri dan berniat meletakkan piring kotor di tempatnya. Mereka tidak ada jadwal pelajaran lagi sekarang. Jadi Azka, Je, dan Kevin berniat untuk menyanyi di basecamp saja sambil menunggu waktu pulang. Oh, iya, satu hal yang perlu kalian tahu, kini ketiganya menjadi banyak perhatian siswi NUSA berkat penampilan mereka waktu acara beberapa saat lalu. Bahkan kini mereka memiliki sebutan 'AzJeVin' yang katanya dibuat dari penggemar mereka. Azka, Je, dan Kevin hanya membiarkan saja. Diam-diam mereka menikmatinya.

"Mau nyanyi lagu apa kita?" tanya Azka saat sudah sampai di basecamp.

"Lagu Indonesia Raya gimana? Kaya Azka dulu waktu pertama kali dateng ke sini," ledek Je sambil menaik turunkan alisnya. Kevin tertawa kencang di sudut sana.

(1) Aksara Azkara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang