5. Je dan Kevin

365 43 41
                                    

Setelah pernyataan mendadak dari dua laki-laki yang tidak Azka kenal itu, tiba-tiba bel berbunyi dan guru mulai masuk untuk melangsungkan kegiatan belajar-mengajar. Sontak semua siswa duduk di bangkunya masing-masing dan Azka tidak sempat untuk bertanya lebih dalam lagi.

Tidak ada perkenalan atau basa-basi dari guru. Sepertinya semua sudah mengenal guru laki-laki yang sekarang sedang mencoba menghubungkan laptop ke proyektur itu. Azka juga tidak berniat untuk bertanya, seiring berjalannya waktu ia juga akan tahu nama-nama guru di SMA Nusa, begitu pikirnya.

Pelajaran dimulai dengan serius, bahkan Azka agak dibuat culture shock karena baik guru dan juga teman sekelasnya terlihat sekali 'niat' untuk belajar. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan teman sekelasnya pun tidak main-main kritisnya, akan tetapi guru yang berada di depan selalu punya jawaban untuk pertanyaan mereka. Menarik, pikir Azka. Ia suka sekolah barunya. Benar-benar berbeda dengan sekolah negeri tempat sekolahnya dulu. Ia suka sistem belajar di sini. Selanjutnya Azka pun ikut serta dalam diskusi kritis pada kegiatan belajar mengajar tersebut.

Kegiatan belajar mengajar tiba-tiba saja sudah mendekati akhir. Ditandai dengan terdengarnya suara bel tanda jam istirahat. Azka sebenarnya masih tertarik dengan diskusi mata pelajaran ini. Setelah guru tersebut keluar, Azka memasukkan buku yang tadi dipakai saat jam pelajaran. Tiba-tiba ia merasakan bahunya ditepuk.

"Ka, ikut yuk," ajak laki-laki dengan model rambut undercut.

Azka menggeleng menolak, tentu saja ia menolak. Ia belum kenal dengan mereka.

"Wets, sombong banget sih," ujar laki-laki dengan kulit pucat.

"Aku belum kenal kalian," tutur Azka.

"Oh iya, kita belum kenalan. Nih, nama gua Kevin dan ini namanya Je, kita berdua paling ganteng seangkatan," jelas Kevin sambil cengar-cengir.

Azka memerhatikan mereka berdua dengan mata polosnya. Lalu akhirnya mengangguk dan memperkenalkan dirinya. Tidak salah membuat pertemanan di awal masuk sekolah.

"Aku Azka, aku nggak ganteng kaya kalian," ucap Azka sambil memegang tengkuknya tanda gugup.

Sontak Je tertawa.

"Nggak sadar kalo dirinya sendiri ganteng, Vin," ucap Je sambil menyenggol dada Kevin.

Kevin hanya balas menatap Azka dengan tatapan yang seolah-olah mengatakan "serius lo?".

"Ya udah terserah lo deh, intinya ayo ikut gua sama Kevin," perintah Je.

Azka bangkit dari duduknya dan mengikuti dua teman barunya itu. Koridor kelas 10 tampak ramai oleh siswa. Azka jalan di belakang Je dan Kevin yang jalannya cepat sekali itu. Ayolah di antara mereka bertiga tubuh Azka paling kecil, sudah jelas langkahnya pun lebih pendek. Karena sadar Azka tertinggal, Kevin menarik lengan jaket Azka agar tidak hilang di antara lautan siswa kelas 10.

Mereka berhenti di sebuah ruang kelas kosong. Isinya hanyalah sebuah piano dan beberapa pengeras serta pelantang suara, tak lupa juga karpet yang berada di sudut ruangan. Je dan Kevin duduk di karpet itu diikuti juga oleh Azka.

"Oke, Azka, sebagai new member, welcome to our pratice room," ujar Je dengan nada suara ala pembawa acara televisi.

Apa maksudnya, Azka bingung. Azka hanya menatap keduanya dengan tatapn bingung.

"Kok bengong sih, kan lu sekarang udah jadi bagian dari pengisi acara yang bakal tampil nyanyi di acara tahunan sekolah," jelas Kevin saat melihat raut kebingungan Azka.

Tunggu dulu. Azka belum mengiyakan hal itu.

"Aku kan belum jawab apa-apa tadi."

"Loh kita berdua emang bukan nawarin, tapi merekrut, jadi lu harusnya merasa terhormat bisa jadi bagian geng ganteng ini," Je overpede.

"Kita udah 2 minggu nyari anggota yang cocok tapi belum ada, kebanyakan bisa nyanyi tapi ngga ganteng atau malah sebaliknya," Je membuka kaleng minuman bersoda yang entah dapat darimana itu kepada Azka.

Azka sebenarnya tidak suka minuman bersoda. Menurutnya aneh, ia tidak suka sensasi yang dirasakan oleh lidah, menurjtnya itu menyakitkan. Tapi karena dikasih, maka ia menghargainya, untung saja hanya kaleng minuman bersoda ukuran mini.

"Kalian kan belum nanya aku bisa nyanyi apa engga, aku-" ucapan Azka terpotong.

"Pasti bisa," potong Kevin.

Azka semakin kebingungan dengan tingkah laku dua temannya itu.

"Nggak bisa. Aku nggak bisa nyanyi. Aku bahkan nggak pernah nyanyi. Aku juga buta nada," tegas Azka.

"Nggak pernah kan?, makanya dicoba dulu," jawab Je.

"Oke Azka sekarang coba lu nanyi lagu yang lu tau," perintah Kevin.

Cobaan apalagi ini?. Azka sama sekali tidak update tentang lagu-lagu masa kini. Ia hanya tahu mengani buku sains terbaru apa yang terbit. Azka kebingungan saat ini, rasanya ia ingin lari dari hadapan Je dan Kevin.

"Aku benar-benar nggak tahu lagu sama sekali, aku cuman hapal lagu Indonesia Raya yang selalu dinyanyiin kalau upacara," jawab Azka jujur.

"Oke, lu boleh nyanyi itu," jawab Je.

Eh? Padahal Azka hanya menjawab asal. Tapi kenapa ia benar-benar disuruh menyanyikan lagu Indonesia Raya. Karena terus-terusan ditatap oleh Je dan Kevin dengan tatapan "cepat nyanyi atau kamu aku lempar" itu. Akhirnya Azka menarik napasnya dan menyanyikan lagu Indonesia Raya sesuai dengan apa yang ia tahu.

Setelah selesai bernyanyi, Azka menatap Je dan Kevin. Keduanya memiliki ekspresi yang tidak terduga.

"Wah, bener-bener Je, kita ini..." ucapan Kevin tidak selesai.

"Salah pilih orang," diteruskan oleh Je.

Oh Tuhan. Azka malu sekali saat ini. Rasanya ia ingin meminta pindah dengan Ayahnya. Pasti suara dia tadi jelek sekali. Lagian juga sudah tahu Azka tidak bisa menyanyi masih saja dipaksa oleh dua teman barunya. Apa?, Teman?. Sepertinya kini mereka akan membencinya.

Kepada Baskara yang siang ini sedang bersinar terang, tolong pergilah sebentar saja dan tutupi aku dengan kegelapan. Rasanya aku ingin menghilang karena malu.

---
Hai, ketemu lagi sama aku di Azka universe. Gimana, gimana?. Ke depannya Azka bakalan sering main sama Je dan Kevin. Ditunggu aja di part selanjutnya. Bye bye (. ❛ ᴗ ❛.)

Jakarta, 1 April 2022
Aku yang ganti judul skripsi hari ini.


Revisi: 5 Mei 2022

(1) Aksara Azkara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang