17. Aksa = Azka

297 37 11
                                    

Sebuah motor berjenis Kawasaki Ninja ZX-25R membelah jalan raya dengan kecepatan di atas rata-rata. Pengemudinya adalah anak laki-laki berusia di bawah umur yang tak lain adalah Azka. Ralat. Pengemudinya adalah Aksa.

Masih di bawa umur, mengendarai di atas rata-rata, menerobos beberapa lampu merah hingga hampir menimbulkan kecelakaan, dan ditambah lagi tidak memakai helm, sudah pasti menjadi sasaran empuk polisi lalu lintas. Seketika terdengar bunyi sirine dari motor polisi lalu lintas yang memperingati Azka untuk berhenti.

"Pengemudi dengan plat B 3011 HY dimohon untuk menepi." Suara polisi yang memberi peringatan melalui pelantang suara terdengar oleh Aksa.

"Sialan!" decihnya.

Aksa semakin menekan gas untuk menghindari kejaran polisi tersebut. Polisi di belakangnya juga tidak mau kehilangan jejak Aksa, bahkan kini satu rekannya sudah bergabung.

Aksa menghiraukan suara-suara peringatan dari polisi lalu lintas tersebut. Mengganggu saja, begitu pikirnya. Saat tiba di perempatan jalan, ia mengambil jalan lurus lalu dengan tiba-tiba memutar balik motornya dan menerjang cepat ke arah dua polisi lalu lintas tersebut. Sontak kedua polisi tersebut terkejut dan memilih untuk menepi untuk menyelamatkan nyawanya.

Akhirnya, Aksa berhasil melewati gangguan itu dan kembali melanjutkan perjalanan. Tidak jelas kemana arah tujuannya. Setelah kurang lebih 20 menit ia mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, Aksa berhenti di sebuah jembatan sepi yang berada di pinggir kota.

Ia memarkirkan motornya dan berdiri di pinggir jembatan tersebut. Bisa dilihat di bawah jembatan tersebut adalah laut yang dalam. Aksa menghela napasnya berat dan melihat sekelilingnya. Tidak ada orang. Aksa memanjat jembatan yang tidak terlalu tinggi tersebut. Berdiri di atasnya lalu melihat ke air laut di bawah. Aksa tersenyum miris.

"Mari kita akhiri semuanya...... Azka."

Aksa memejamkan matanya dan bersiap untuk menjatuhkan dirinya ke bawah. Tapi terdengar suara sirine dari kejauhan. Ia berdecih dan melihat ada mobil polisi yang menuju ke arahnya. Sepertinya urusannya dengan polisi masih berlanjut. Mengganggu sekali, pikir Aksa.

Aksa buru-buru menuju motornya dan hendak kabur. Tapi ia kalah cepat, mobil polisi itu sudah sampai dan sepertinya ia kena masalah kali ini.

---

Aksa duduk di depan polisi yang sedaritadi menanyainya dengan wajah kesal dan mengusap wajahnya frustasi. Pasalnya, Aksa tidak memberikan jawaban yang berarti.

"Dik, terakhir kali saya tanya sama kamu. Bisa tolong hubungi orang tua kamu?"

Aksa memutar matanya jengah, "Udah dibilang, aku nggak punya orang tua."

Polisi yang dibaju bagian dadanya bertuliskan nama Cahya Purnama itu mulai terlihat kesal.

"Oke, kalau memang begitu. Siapa nama kamu? Kami butuh data kamu untuk tindakan selanjutnya."

"Udah kubilang, percuma aku kasih tau namaku. Di data kalian namaku nggak bakalan muncul."

"Nggak mungkin, Dik. Tahu apa kamu sama sistem data kami?. Kamu tahu? Pelanggaran yang kamu buat itu banyak, kalau kamu tidak bisa diajak kerja sama, maka kami akan memprosesnya tanpa memberi keringanan," ancam polisi tersebut.

Aksa berdecih. Sungguh sangat menyebalkan.

"Oke, fine. Namaku Aksara Ferdinan," jawab Aksa pada akhirnya.

Polisi tersebut langsung mengetikkan nama itu dengan cepat di komputernya. Ia mengernyit bingung saat membaca keterangan di profilnya. Bahkan beberapa kali ia mencocokkan antara wajah yang ada di data komputer dengan wajah anak di depannya.

(1) Aksara Azkara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang