3. Azka Baik-Baik Saja

476 50 2
                                    

"Udah semua kan perlengkapan buat besok sekolah?" tanya Abang yang tiba-tiba muncul di pintu kamar Azka.

Azka yang tadinya sedang membereskan tasnya untuk sekolah besok langsung mengangguk untuk menjawab pertanyaan Abangnya.

Mulai besok Azka masuk ke sekolah barunya. Ia terpaksa harus pindah sekolah karena jarak antara sekolah yang lama dengan rumah barunya membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk sampai. Maka dari itu Papanya langsung mengurus surat kepindahannya dengan cepat.

Tidak mudah mendapatkan sekolah baru, karena Azka pindah di semester kedua. Biasanya hanya anak-anak bermasalah saja yang pindah saat semester genap ini. Untungnya Azka mendapat surat rekomendasi berperilaku baik dari sekolah yang lama. Jadi, tanpa perlu kecurigaan ia langsung diterima di sekolah barunya.

"Dulu Abang juga SMA si situ loh," kata Abang sambil duduk di kasur Azka.

"Iya, Papa udah cerita waktu aku dateng ke sekolah buat daftar," Azka menaruh tasnya di meja belajar.

Setelahnya ia beralih ke lemari dan mengambil piyama untuk bersiap tidur. Mamanya selalu membiasakan Azka untuk ganti baju sebelum tidur agar lebih bersih. Ia mengambil piyama berwarna biru muda. Saat akan membuka bajunya, ia terhenti. Baru ingat bahwa ada eksistensi makhluk lain di sini selain dirinya.

Azka menoleh ke arah Abangnya dengan tatapan menyuruhnya untuk keluar. Tapi yang diberi kode hanya cengar-cengir.

"Ya elah, kan Abang juga cowok," katanya protes saat Azka masih terus menatapnya dengan tatapan mengusir.

"Tetep aja, Abang keluar dulu," kali ini Azka menarik tangan Abang lalu menyeretnya untuk keluar.

"Hahahaha, lagian apa yang mau kamu sembunyiin sih?, perutmu nggak ada sixpack-nya juga."

Azka tidak menjawabnya.

Azka menutup pintu saat sudah berhasil mengusir Abang untuk keluar. Ia mengunci pintu dan tidak menghiraukan teriakan Abangnya di luar yang masih saja protes. Tak lama, ia pergi juga karena lelah tidak digubris adiknya.

Setelah tidak ada keributan lagi. Azka mengambil kembali piyamanya yang tadi tergeletak di lantai. Ia menyentakkannya sedikit untuk menghilangkan debu yang menempel, padahal lantai kamar Azka sangat kinclong dan juga wangi.

Azka terbiasa hidup serba bersih dengan Mamanya. Wajar saja, Mamanya adalah dokter, jadi kebersihan adalah peraturan tidak tertulis di rumah yang harus ditaati oleh Azka. Mengingat Mamanya, Azka jadi sedih.

Ia menatap pantulan dirinya yang ada di kaca pintu lemari. Wajahnya persis sekali dengan Mamanya. Matanya sudah berkaca-kaca dan siap untuk menumpahkan air mata. Sungguh, ia rindu dengan Mamanya. Azka menggelengkan kepalanya dengan keras berusaha menghilangkan memori bersama Mamanya yang tiba-tiba terlintas. Lalu dengan cepat mengganti bajunya dengan piyama yang sudah dipilih tadi.

Setelah selesai ia menuju ke arah kamar mandi yang berada di luar kamar untuk menggosok gigi. Ia bisa melihat Abangnya yang sedang bersama Papanya di dapur. Mereka pun menyadari kehadiran Azka.

"Azka sini nak, Papa tadi pesen martabak buat ngemil sambil nonton Moto GP nih," kata Papa sambil membuka satu persatu kotak martabak.

Martabak. Azka sebenarnya suka dengan martabak, akan tetapi tentu saja jika tidak ada kacang di dalamnya, ingat?, ia alergi kacang. Azka tampak ragu melihat martabak. Seolah paham dengan gelagat Azka yang ragu, Papa kembali melanjutkan perkataannya.

"Ini, Papa khusus pesenin buat kamu Nggak dipakein kacang, jadi jangan khawatir," ucap Papa sambil tersenyum dan memberikan kotak yang lebih kecil kepada Azka.

Azka melihat martabak tersebut yang bertabur coklat di dalamnya. Ia sejujurnya terharu, ia pikir Papanya akan dengan mudah lupa akan pesannya tadi pagi. Ternyata Papa sungguh-sungguh.

"Makasih, Pa," kata Azka sambil mengambil satu potong martabak tersebut. Seolah lupa kalau tujuan awalnya adalah gosok gigi lalu bergegas tidur.

Karena tadi ia sudah makan malam, jadi hanya makan satu saja ia sudah kenyang. Ia pun menutup kotak martabak itu dan beranjak dari kursi dapur.

"Loh, kok makan satu doang, ngga enak?" tanya Abangnya bingung.

"Udah kenyang, Azka masukkin kulkas aja yah, buat besok sarapan, tadi Azka mau sikat gigi tapi lupa,"

"Lah, udah mau tidur aja?, baru juga jam 10, Moto GP nya baru mulai," kata Abangnya, kenapa Abangnya ini suka sekali protes.

Azka meringis. Ia sama sekali tidak tertarik dalam bidang olahraga. Nilai mata pelajaran olahraganya selalu pas KKM. Ia lebih mirip Mamanya yang suka belajar.

"Azka nggak suka olahraga Hen, mirip Mamamu," jawab Papa.

Tiba-tiba suasana menjadi canggung saat pembahasan mengarah ke arah Ibu. Abangnya di meja menatap ke arah Papanya dengan penasaran. Sementara Azka tidak tahu harus apa. Hingga Azka teringat niat awalnya untuk sikat gigi.

"Ya udah, Pa, Bang, Azka mau sikat gigi dulu terus tidur, besok harus bangun pagi, hari pertama sekolah nggak boleh gagal," Azka bangkit dari duduknya. Papa dan Abangnya hanya mengucapkan kata 'Iya' dan 'Selamat malam' atau ia bisa mendengar Abangnya mengatakan 'Mimpiin Abang, yah'.

Azka menyelesaikan acara sikat giginya. Lalu ia kembali ke kamar, ia melewati ruang keluarga dan bisa melihat Papa serta Abangnya sedang asyik menonton Moto GP sambil memakan martabak. Sesekali mereka berseru saat jagoannya menyalip motor yang berada di depannya.

Azka tersenyum sebentar lalu kembali melangkah. Di rumah lamanya ia lebih banyak sendiri, Mamanya sibuk bekerja hingga larut. Jadi, biasanya tiap malam ia akan belajar dalam kesunyian lalu tanpa sadar waktu tiba-tiba sudah sangat larut dan ia bergegas tidur. Paginya ia hanya melihat sarapan yang sudah disiapkan Mamanya di atas meja. Begitu terus setiap harinya. Kini semuanya telah berubah, semuanya telah menjadi memori.

Azka menyemprotkan pengharum ruangan sebanyak tiga kali sebelum masuk ke dalam selimutnya. Wangi-wangian membuat tubuhnya rileks dan cepat terlelap. Ia memposisikan leher dan kepalanya pas dengan bantal agar keesokan harinya ia tidak sakit leher.

Setelahnya ia berdoa dan berharap bertemu Mamanya dalam mimpi.

Malam ini, kepada Candra yang sedang menggantikan tugas Baskara, aku memohon untuk sampaikan pesan pada Ibu bahwa aku baik-baik saja di sini. Setidaknya sampai saat ini.

---

Hai, aku update lagi hari ini (≧▽≦). Gimana part ini?, di sini mulai sedikit demi sedikit kita mengarah ke konflik (。•̀ᴗ-)✧.
Oh iya untuk visualisasi aku membebaskan kalian yah, yqng ada di cover dan tag hanya referensi dari aku aja ^^.
Jangan lupa tekan tombol bintang dan komentar yah untuk semangat buat aku (◍•ᴗ•◍).

Jakarta, 25 Maret 2022
Aku yang hari ini nggak ngapa-ngapain.

Revisi: 5 Mei 2022

(1) Aksara Azkara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang