BAB 1

2.1K 185 83
                                    

"Brakk!!" Suara keras itu terdengar pada sebuah ruangan pertemuan yang berada di lantai paling atas gedung itu.

Tiga orang pria muda tengah duduk berjejer di sebuah meja panjang dan menghadap ke seorang pria paruh baya yang nampak agak kesal.

"Jadi aku tidak dapat warisan?" Suara itu membuat sang tertua semakin kesal. Memang anak tengahnya ini sangat menggemaskan sehingga membuatnya benar-benar geram.

"Salah satu syarat warisan itu adalah kau harus menikah Chan" kata pria itu.

"Kenapa? Apa hubungannya?" Jawab pria yang bernama Chan itu.

"Jika kau menikah, otomatis kau akan punya anak dan warisan punya mu akan di warisan padanya nanti" kata sang ayah. Chan benar-benar kesal mendengar itu.

"Aku pokoknya tidak mau menikah, kau tahu kan aku ini masih muda. Masih 26 tahun gila emang" katanya kesal sambil terkekeh.

"Lihat adik mu, Haechan dia sudah menikah dan umurnya juga lebih muda dari mu" kata Sang ayah.

"Pokoknya tidak mau" kata Chan kesal. Lalu dia memutuskan untuk mengambil jasnya dan pergi keluar dari sana.

"Gimana?" Suara itu terdengar saat Chan keluar dari ruangan itu.

"Gila banget si tua bangka, masak dia mau gue nikah dulu baru dapat warisan" kata Chan pada asisten pribadi sekaligus sahabatnya.

"Ya semangat aja Chan, lagipula kenapa lo gak nurut aja. Lagipula nikah itu asik lo, tiap hari lo bisa ena-ena barang istri" kata Changbin.

Chan langsung menutup mulut pria itu dengan jempol dan telunjuknya menggunakan jari telunjuk.

"Enak aja lo, lo kira gue apa? Yuk cari cewek open BO" kata Chan lalu dia pergi dari sana.

"Aiss ku kira suci tapi sesat" kata Changbin lalu dia mengekor di belakang Chan. Semoga saja Changbin mendapatkan traktiran Chan hari ini.






💐💐💐

Beberapa bulan setelah acara memperebutkan warisan itu. Chan memutuskan untuk melupakan warisannya dan kembali melanjutkan usaha Bir yang dia bangun sendiri.

"Gimana Bin? Kita kemarin kan udah buat iklan besar-besar pasti peminat bir kita akan tambah banyak  kan?" Tanya Chan dengan senyuman sumbringahnya di kursi itu.

Entah kenapa wajah Changbin nampak kusam dan kusut. Dia seperti sangat ketakutan saat ini.

"Lo napa? Kusut kek keset kamar mandi gue" kata Chan yang tidak bisa diajak serius.

"Chan ternyata orang yang kita percayakan untuk buat iklan, pergi" kata Changbin dengan nada takut. Chan nampak meneguk salivanya.

"Pergi? Maksudnya?" Tanya Chan sambil menaikan salah satu alisnya.

"Pergi bawa uang kita, alias dia udah nipu kita" kata pria itu. Chan benar-benar terdiam, dia seperti tersetrum listrik sang pokemon.

Jumah uang yang untuk iklan itu sangat besar, itu juga termasuk tabungan Berry  yang nantinya akan Chan gunakan untuk keperluan anjing.

"Apa? Duit gue ilang?" Kata pria itu dengan tatapan kosong.

"Maaf Chan gue seharusnya bilang sama lo bahwa dia itu emang gelagatnya agak aneh, maaf banget Chan gara-gara gue perusahaan kita jadi rugi" kata Changbin sambil bersujud di kaki Chan.

"Changbin Gimana ni? Kalau terus gini kita bisa bangkrut" kata Chan yang sudah mulai terserang baby blues.

💐💐💐

Chan duduk di sofa rumahnya itu dengan keadaan kacau. Tangannya masih membawa sebotol bir yang isinya masih setengah.

"Guk... guk..." suara itu terdengar mendekat ke arah Chan.

PERJODOHAN || BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang