BAB 15

728 98 14
                                    

Minho benar-benar senang saat anak itu bisa kembali dengan orang tuanya.

"Kau baik-baik saja kan Minho ah?" Tanya Chan dengan terengah-engah.

"Kak Chan kenapa bisa di sini?" Tanya Minho saat mereka sudah sampai dengan selamat di pos medis.

"Aku ah ingin membawa nu pulang ah" Chan berbicara dengan terengah-engah.

"Kak Chan kenapa?" Tanya Minho. Chan terlihat meringis.

"Sepertinya aku tertembak Minho" kata Chan sambil memperlihatkan punggungnya. Mata Minho benar-benar terbelakak melihat itu.

"Kak Chan kenapa hiks, ayo ke dalam" kata pria itu sambil membawa Chan.

Tubuh Minho benar-benar bergetar melihat keadaan Chan, sampai dia tak bisa berpikir dan berbuat apapun.

"Tembakannya benar-benar dalam" kata pria itu. Minho terdiam sambil berkaca-kaca.

"Minho kau diamlah, kami yang akan menyelamatkan teman mu" kata senior Minho. Minho lalu duduk sambil mengusap wajahnya.

"Kak Chan kenapa sampai melakukan ini?" Gumam Minho sambil menangis.

"Minho kau jangan khawatir, dia akan baik-baik saja" kata dokter lain yang berusaha menenangkannya.

"Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Apa yang harus aku katakan pada orang tuanya?" Tanya Minho sambil menangis.

"Jangan mengatakan seperti itu, aku yakin dia akan baik-baik saja" kata pria itu sambil berusaha menenangkan Minho.

"Karena kejadian tadi kami akan memulangkan mu lebih awal Minho" kata sang kepala dokter padanya.

"Maafkan saya, saya tidak bisa mengerjakan tugas dengan baik" kata Minho sambil menunduk.

"Kau sudah melakukannya dengan baik, jadi bawa suami mu pulang Minho. Rawat dia dengan baik, dia juga sudah berjasa mendungi kau dan anak itu. Jika dia tidak ada mungkin hal buruk akan terjadi pada kalian" jelas sang dokter.

"Kau baik-baik saja kan Minho?" Tanya Chan sambil menatap Minho dengan wajah pucatnya.

"Kak Chan jangan tanya itu terus pada ku, seharusnya kakak Tanya sama diri sendiri" kata Minho.

Chan lalu tersenyum dan menyandarkan kepalanya di bahu Minho.

"Syujurlah kau baik-baik saja, aku tidak peduli jika aku sakit. Yang penting kau selamat saja" kata Chan. Minho lalu memeluk bahu Chan dan mengusap tengan pria itu untuk menidurkanya.

"Maaf paman aku membawa Kak Chan pulang dengan keadaan seperti ini. Ini semua salah ku, jadi tolong jangan biarkan dia datang pada ku lagi dan menemuinya. Kalian bisa membantu ku kan?" Tanya Minho pada kedua orang tua Chan.

"Baiklah Minho jika itu yang kau mau, aku akan membawa Chan ke luar negeri" kata sang ibu. Minho mengangguk lalu menunduk memberikan hormat.

Satu bulan berlalu, Minho sudah kembali ke kehidupan lamanya. Setelah pulang dari perang Minho kembali bekerja di rumah sakit.

"Minho ada pasien yang menunggu mu, dia mengatakan sudah ada janji dengan mu" kata rekan dokter Minho, Kang Ayu.

"Janji? Tapi aku tidak ada janji dengan siapapun" kata pria manis itu.

"Cobalah lihat, mungkin kau lupa saking banyaknya. Soalnya dia udah nunggu sangat lama. Aku akan ke ruangan rawat inap ya untuk menjenguk kakek yang kemarin" kata Kang Ayu lalu dia pergi.

Minho lalu berjalan ke arah lobi untuk menemui pasien itu. Saat Minho sampai, pria itu langsung bangun dan menatapnya.

"Minho" kata pria itu saat melihat Minho. Minho menghela napas, lalu dia berusaha berbalik.

"Ino, aku lagi sakit. Apa kamu bisa mengobati aku?" Ujar pria itu. Minho lalu berbalik dan berjalan ke arah pria itu sambil menunduk.

"Kenapa kau kembali?" Kata Minho sambil menghela napas, sekeras apapun Minho berusaha menghindarinya dia terus datang pada Minho.

"Aku ingin menemui mu, ini blackcard mu yang waktu itu" kata Chan sambil menyerahkan kartu itu. Dengan cepat Minho mengambilnya.

"Aku tidak memerlukan kekayaan mu, aku rela perusahaan ku bangkrut karena kehabisan uang tapi aku tidak bisa kehilangan mu Minho" kata Chan sambil memegang tangan Minho.

"Apa mau bisa memberikan ku satu kesempatan lagi?" Tanya Chan dengan mata berkaca-kaca.

"Aku sudah menunggu mu sangat lama, orang tua ku sampai membawa ku ke luar negeri karena mu. Aku tahu kau hanya ingin menghindari ku kan?" Tanya Chan.

Minho nampak meneteskan air matanya sambil mencoba melepaskan tangan Chan.

"Aku membenci mu" kata Minho tiba-tiba.

"Jika memang kau benci, kenapa kau menyelamatkan aku saat aku tertembak dan pulang dengan ku. Semestinya kau membiarkan aku saja mati di sana kehabisan darah" jelas Chan.

"Kak Chan jangan ngomong lagi" kata Minho sambil mengusap air katanya.

"Aku mencintai mu Minho, aku rela mati untuk mu" kata Chan lagi, dia lalu menaikan dagu Minho dan menautkan bibirnya pada bibir si manis.

Untung saja saat itu, malam hari jadi tidak ada yang melihat mereka.

"Ayo bangun Ino" kata Chan sambil memeluk pinggang Minho saat ini. Pria manis itu masih menutup matanya sekarang.

"Sebentar Kak Chan masih ngantuk" kata Minho sambil mengusap rambut Chan. Chan terkekeh, padahal mereka hanya menangis bersama tadi malam dan tidak melakukan apapun.

"Pria Bang itu melihat cincin itu tersemat di jari manis milik Minho. Jujur ini adalah momen yang paling membahagiakan menurutnya.

"Sampai kapan calon istri ku akan tidur seperti kucing?" Tanya Chan sambil mencium bibir Minho berkali-kali.

"Kak Chan beneran kita akan ngomong sekarang? Gimana kalau mereka menolak?" Tanya Minho pada Chan saat mereka sampai di depan restoran tradisional itu.

"Jadi sampai kapan kita akan seperti ini? Aku ingin kita resmi Minho" jawab Chan sambil mengusap rambut Minho dan mencium kening Minho.

"Ayo masuk, aku yakin mereka akan setuju" kata Chan.

Suasana canggung sekali di dalam sana, kedua orang tua mereka menatap anak-anak mereka dengan kebingungan.

"Ibu ! Ayah" panggil Minho dengan gugup. Kedua orang tua Minho menaikan alis mereka.

"Ada apa dengan kalian?" Tanya ayah Chan pada mereka. Chan dan Minho nampak menatap satu sama lain.

"Apa kalian bertengkar lagi ya?" Tanya Ibu Chan.

"Bertengkar? Kenapa mereka bertengkar?" Tanya Ibu Minho.

"Iya kemarin Minho mengatakan pada ku, agar Chan tidak mendekatinya lagi. Jadi kami sampai membawa Chan ke liar negeri" jelas ayah Chan pada mereka semua.

"Ohh begitu? Minho apa itu benar?" Tanya sang ayah. Minho semakin gugup dia lalu menatap ke arah Chan.

"Mengangguk saja" bisik Chan. Minho kembali menatap mereka lalu mengangguk.

"Benar Chan? Kenapa kalian bertengkar?" Tanya Ibu Minho.

"Karena aku tidak kau membuatkan kalian cucu jadi Minho marah. Tapi kami sekarang sudah rujuk kembali" kata Chan. Minho langsung membulatkan matanya dan memukul bahu Chan.

"Bukankah pernikahannya di batalkan?" Tanya mereka lagi. Chan lalu memegang tangan Minho.

"Paman dan bibi, aku akan menikahi anak kalian" kata Chan pada kedua orang tua Minho.






TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

PERJODOHAN || BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang