BAB 4

910 117 18
                                    

"Gak bisa Ino" kata sang ibu. Hal itu membuat Minho kembali kesal.

"Kenapa gak bisa sih?" Tanya Minho yang emosi.

"Kamu tahu kan, ayah Chan itu sahabat ayah kamu. Kalau dia batalin sepihak dia pasti bakal malu banget sama ayahnya Chan" jelas sang ibu. Minho menghela napas panjang.

"Tapi Ino benar-benar gak suka sama kak Chan" kata pria itu.

"Ino ibu pernah ngasi tau kan, jangan jutek-jutek sama orang. Biarpun gak suka kamu harus memperlakukan dia dengan baik. Jangan dendam atau marah ya" kata sang ibu. Minho lalu mengangguk.

"Jadi Ibu serahin semuanya ke Ino ya, besok adalah waktu kencannya. Kalau kamu emang gak cocok bilang aja baik-baik sama dia, pasti dia ngerti kok" kata wanita itu. Minho lalu mengangguk dan memeluk ibunya dengan erat.

"Ino gak pengen nikah, Ino mau sama Ibu dan ayah aja di sini" kata anak tunggal mereka itu.



💐💐💐

Chan benar-benar sudah rapi saat itu, bagaimana pun cara dia tak akan melepaskan putra emas itu. Hanya pernikahan ini yang akan bisa menyelamatkan hidupnya dari kemiskinan.

"Minho" panggil Chan melambai ramah saat melihat pria manis itu datang dengan masker di wajahnya.

"Kak Chan udah lama nunggu ya?" Tanya Minho yang mencoba biasa saja dengan pria itu.

"Udah setengah jam, tapi gak apa" kata Chan sambil tersenyum. Pria itu lalu menyerahkan Minho sebuah paperbag.

"Ini aku beliin kamu wiskas untuk kucing kamu" kata Chan. Minho lalu mengambilnya dan menunduk.

"Makasih kak Chan, gak usah repot-repot aku bisa beli sendiri kok" kata Minho.

"Okey deh, ayo kita mau pergi ke mana?" Tanya Chan sambil memegang tangan Minho. Pria manis itu nampak membeku.

"Kak Chan Tunggu" kata Minho tiba-tiba. Chan nampak menaikan salah satu alisnya melihat Minho.

"Kenapa Ino?" Tanya Chan.

"Ino minta maaf ya, karena jutek sama Kak Chan. Terus suka marah-marah. Kak Chan mau maafin aku kan?" Tanya Minho random.

Chan langsung menganguk dengan cepat. Ini benar-benar Minho kan? Kenapa bisa se-soft ini? Batin Chan.

"Iya udah kok" kata Chan.

Minho tersenyum, lalu dia melepaskan tangan Chan yang menggenggam pergelangan tangannya.

"Kak Chan kita udah damai kan, jadi Ino mau bilang kalau Ino gak bisa nikah sama kak Chan. Maaf ya Ino nolak, tapi Ino benar-benar gak bisa maksain diri sendiri. Ino tahu ini perjodohan keluarga dan ayah kita sahabatan. Tapi Ino gak mau dijodohin" jelas Minho.

Mendengar pernyataan Minho, Chan nampak langsung naik darah. Bagaimana bisa seseorang menolak ketampanannya ini?

"Terus kamu mau apa sekarang?" Tanya Chan pada pria itu.

"Ino mau bilang sama ayah kak Chan bahwa Ino gak mau" kata pria manis itu.

Chan benar-benar kehabisan akal, jika ini benar-benar terjadi mungkin saja perjodohan ini akan batal dan warisan Chan akan lenyap.

"Gimana ni ya?" Batin Chan.

"Arhhhh" Chan lalu memegang dadanya, mungkin akting sedikit bisa menyelamatkannya.

"Kak Chan kenapa?" Tanya pria manis itu pada Chan.

"Tiba-tiba dada ku sakit Ino" kata Chan yang nampak menjongkok di depan Minho.

"Apa yang sakit coba aku periksa " kata Minho pada Chan.

"Ino gimana ni? Tiba-tiba kak Chan sesak napas" kata Chan. Minho nampak panik, dia lalu mencoba menelepon ambulan karena sepertinya tidak bisa menanganinya sendiri.

"Kak Chan gak akting kan ini?" Tanya Minho sambil memegangi Chan.

"Jahat banget sih, orang sakit di kita pura-pura" kata Chan dengan lemas. Karena sangat menjiwai membuat tubuh Chan berkeringat.

"Dia baik-baik saja dok" kata dokter senior itu pada Minho.

"Makasih dok" kata Minho sambil menunduk memberi hormat.

"Kak Chan tadi gak akting kan?" Tanya Minho pada pria itu. Chan menggeleng sambil memegang kepalanya.

"Ya udah, kamu sana pergi aja. Aku mau istirahat dulu" kata Chan lalu dia kembali berbaring di kasur.

"Kak Chan kok ngambek? Ya udah deh aku pergi" kata Minho lalu pergi dari sana.

"Ayo Chan semangat bujuk dia demi uang" kata pria itu sambil menepuk pipinya sendiri.

💐💐💐

"Kak Ino kenapa?" Tanya Jisung saat melihat pria manis itu nampak memegang keningnya. Sepertinya dia terlihat sangat pusing.

"Gak apa kok Jisung, aku cuma pusing mikirin laporannya " kata pria manis itu sambil tersenyum kaku.

"Ini hampir selesai kok kak, besok bisa kita bawa ke atasan" kata Jisung.

"Makasih ya Jisung udah bantuin aku" kata si manis pada pria itu.

"Apa sih yang gak buat kak Ino" kata Jisung pada seniornya itu.

"Jisung" panggil Minho tiba-tiba saat makan di kantin dengan rekan kerjanya.

"Iya kak?" Tanya Jisung dengan mulut penuh.

"Kunyah aja deh dulu, nanti kesedak" kata Minho lalu dia kembali menyeruput kopinya.

"Duh capek ya, gak pengen jadi orang dewasa" kata Minho tiba-tiba sambil melihat ke arah beberapa pasien anak-anak yang tengah bermain di taman rumah sakit.

"Kakak sebenarnya kenapa?" Tanya Jisung yang sudah sangat peka dengan gerak-gerik pria itu.

"Jisung kalau kamu misalnya dijodohin gimana?" Tanya Minho.

"Hmmm gak mau lah, aku kan mau nikah sama kak Ino aja" kata pria itu. Seketika hal itu membuat Minho terkekeh, Jisung memang selalu bisa menghiburnya.

"Aku nanya serius Sung" kata Minho.

"Aku serius deh, demi alek" kata Jisung. Minho lalu menggeleng lalu mengambil ramen yang dia pesan.

"Kenapa kak?" Tanya Jisung lagi.

"Gak ada, makan aja yang banyak" kata Minho sambil menyumpit ramennya.


"Dokter Lee" suara itu membuat Minho menoleh. Rupanya dia dokter senior Minho.

"Gimana udah baikan?" Tanya pria itu pada Minho. Minho tersenyum lalu dia menunduk memberi hormat.

"Gak apa kalau di luar rumah sakit jangan terlalu formal" kata pria itu.

"Iya kak" kata Minho. Pria itu lalu memegang tangan Minho dan menggandengnya pergi dari halaman rumah sakit.

"Kemarin kamu ke mana?" Tanya pria itu pada Minho sambil berjalan di tepi jalanan ramai itu.

"Aku pergi kencan" jawab Minho.

"Ohh gitu, sama pria kemarin ya?" Tanya pria itu lalu menatap Minho.

"Iya Kak" kata Minho dengan ragu. Dia berusaha keras untuk tidak memikirkan perjodohannya. Karena selain hal itu,  Minho harus meneruskan hidupnya seperti biasa.

"Hmmm kak tadi aku nyari kakak di ruangan tapi kakak gak ada" kata Minho berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ohh kamu yang naruh laporan itu ya? Bagus banget. Udah aku langsung tanda tangan dan kirim ke pihak UNICEF. Udah ada email konfirmasi dari mereka, artinya kita bisa brangkat ke sana minggu depan" jelas pria itu. Mendengar itu membuat semangat Minho membara.

"Wah gak sabar bangat, duh aku benar-benar gak sabar ketemu sama anak angkat ku" kata Minho sambil tersenyum senang.

"Anak angkat?" Tanya pria itu.




TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

PERJODOHAN || BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang